Padang, Sumatera Barat—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menyelenggarakan sarasehan dengan tajuk Ngobrol Bareng Santai (Ngobras) “Kesiapsiagaan Menuju Indonesia Gerbang Emas Bersinar”, di Pilantrokopi, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Kamis (25/04/2024) malam.
Ngobras ini merupakan side event dari acara utama yakni Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2024, di mana Kota Padang ditunjuk sebagai tuan rumah acara puncak pada tahun ini.
Isu utama yang dibicarakan dalam acara ini mengenai Gerakan Membangun Ketangguhan Masyarakat Bersinergi Secara Digital.
Menghadirkan empat narasumber yang merupakan tokoh sentral dalam penanggulangan bencana, baik skala nasional maupun daerah, antara lain Drs. Pangarso Suryotomo (BNPB), Patra Rina Dewi (Forum PRB Sumbar), Indrayanto (Ketua FOZ Sumbar), dan Buya Mas’oed Abidin (Tokoh Masyarakat Padang)
Melihat narasumber yang ada, acara ini berisikan gagasan-gagasan informatif terkait kesiapsiagaan bencana.
Salah satunya penjelasan dari Buya Mas’oed Abidin. Menurutnya, kesiapsiagaan merupakan ihwal wajib yang perlu dimiliki setiap diri manusia.
Hal ini menyangkut kenyataan bahwa bencana yang hadir dan lantas memberi derita pada kehidupan manusia disebabkan oleh ketiadaan sikap siaga pada diri manusia itu sendiri.
Menurut Buya, yang merupakan seorang ulama besar Minangkabau, kita tidak bisa mewujudkan arti salam tangguh mana kala kita tidak menyertai dengan kesiapsiagaan.
Dalam hidup, semua agama mengajarkan kesiapsiagaan itu wajib dimiliki oleh setiap manusia.
Ada kalanya kesiapsiagaan itu disebut dengan takwa, ada kalanya kesiapsiagaan itu disebut bagian dari iman, dan ada kalanya kesiapsiagaan itu disebut sebagai sunah.
“Berbagai macam latar belakang melandasi konsep kesiapsiagaan. Namun tetap hakikatnya kesiapsiagaan itu wajib dimiliki setiap manusia yang hidup. Tidak adanya kesiapsiagaan dalam hidup, bencana akan datang. Maka dari itu kalau kita ingin siap untuk selamat, kita wajib untuk siaga,” ujar Buya Mas’oed, yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat bidang dakwah (2003-2006)
“Kesiapsiagaan bisa diajarkan secara top down dan juga bisa diajarkan dari bawah ke atas. Berdasarkan ajaran agama Islam, siaga itu dimulai dari pribadi. Mulai dari diri anda. Kemudian kembangkan kesiagaan itu kepada keluarga anda. Kemudian lingkungan anda. Ini sudah beratus-ratus tahun lalu diajarkan,” tutur Buya Mas’oed.
“Oleh karena itu, kesiapsiagaan perlu diciptakan mulai dari keluarga siaga, berlanjut ke RT/RW siaga, kabupaten siaga sampai akhirnya adalah nagari siaga,” lanjutnya.
Sementara, Patra Rina Dewi mengatakan tentang pentingnya peran pemerintah dalam mengakomodir kesiapsiagaan secara sistematik dan aktif di setiap daerah, seiring dengan apa yang telah diperjuangkan setiap komunitas dan beberapa NGO atas kesiapsiagaan bencana selama ini.
“Kekuatan legalitas, kekuatan kebijakan dan anggaran (kesiapsiagaan bencana) itu harus didukung oleh pemerintah. Tidak mungkin hanya teman-teman NGO yang concern dan gigih yang memperjuangkan itu,” ucap Patra saat menjadi pembicara di kegiatan Ngobras DMC Dompet Dhuafa.
Kemudian Patra mengungkapkan kebanggaannya atas setiap komunitas, terutama elemen akar rumput di Kota Padang perihal kesiapsiagaan bencana masyarakat Padang.
“Di HKB tahun ini Kota Padang sebagai tuan rumahnya, kami sangat berbangga karena berarti kami masih dipercaya untuk bisa diperlihatkan pentas nasional,” ujar Patra.
Dengan adanya pelaksanaan simulasi evakuasi mandiri di enam titik di Kota Padang, menurut Parta, merupakan penataan ulang prosedur yang sudah dipahami oleh masyarakat dan sekolah. Dan yang bekerja di ranah bawah itu tetap kelompok siaga bencana akar rumput di Padang.
Kegiatan Ngobras ini dihadiri pula oleh Prasinta Dewi, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, yang turut menyampaikan tanggapannya dalam sesi opening speech tentang kegiatan sarasehan yang diselenggarakan oleh DMC Dompet Dhuafa.
“Saya menyambut baik kegiatan ini karena kita harapkan—pasti semuanya (berbagai stakeholder kebencanaan) di sini mempunyai program—bagaimana kita bisa bersinergi dan berkolaborasi, karena pemerintah tidak bisa sendiri, perlu kehadiran Bapak-Ibu di sini. Ke depannya kita tidak hanya kepada pra-bencana, tetapi juga kepada kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana dan perencanaan. Mungkin kita bisa mensinergikan perencanaan yang ada. Karena tujuan kita satu, yaitu bagaimana membuat Indonesia tangguh dan Indonesia hebat,” tutur Prasinta Dewi.
Kawan Baik, menukil kembali gagasan yang disampaikan Buya Mas’oed Abidin, bahwa terjadinya bencana di darat maupun di laut, salah satunya karena disebabkan oleh tangan manusia itu sendiri. Yaitu, manusia yang pada dirinya tidak ada sikap kesiapsiagaan.
Maka dari itu, kesiapsiagaan perlu kita pahami dan terapkan dalam hidup, agar kita menjadi masyarakat yang siap untuk selamat. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)