Sarasehan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024: Mewujudkan Ketangguhan Komunitas Pantai  

Padang, Sumatera Barat—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa hadir dalam acara puncak Hari Kesiapasiagaan Bencana (HKB) tahun 2024 yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Gedung Youth Center Bagindo Aziz Chan, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Jumat (26/4/2024).

Dalam acara puncak ini, berlangsung kegiatan Sarasehan HKB 2024, yang mengangkat tema Ketangguhan Komunitas Pantai.

Pada pengantar pembuka kegiatan sarasehan, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo mengatakan melalui sarasehan mencoba membagikan edukasi terkait upaya penanggulangan bencana. Di tahun ini mengajak insan kebencanaan dari berbagai daerah untuk membangun ketangguhan masyarakat pantai.

“Output dari diskusi ini nantinya akan dijadikan buku, yang di dalamnya membahas abrasi pantai, mitigasi bencana, menggali sumber kegiatan di masyarakat pantai,” ujarnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi dalam sambutannya menjelaskan bahwa sarasehan ini sebagai upaya pencegahan untuk dijadikan bekal di wilayah tatanan pesisir pantai, yang erat kaitannya dengan perubahan iklim.

“Masyarakat pantai hidup berdampingan dengan wilayah peisisir. Sarasehan di tahun ini membahas ketangguhan lokal komunitas pantai seperti Sumbar, Jatim, Sulut dan Maluku. Hasil ini menjadi bahan pengayaan publikasi bertajuk ‘Masyarakat Pantai Bertutur’,” jelas Prasinta dalam sambutannya.

Sarasehan HKB tahun 2024 menghadirkan tujuh pembicara dari berbagai stakeholder dan pegiat komunitas lingkungan pantai, di antaranya Eliza Marthen Kissya (Kepala Kewang Negeri Haruku, Maluku), Pati Haryose (Pendiri dan Pengelola Konservasi Penyu Jambak Sea Turtle Camp Pokmaswas Samudera Pasir Jambak, Sumatera Barat), Mohammad Mukhyi (Pegiat Konservasi di Pantai Rejo, Jawa Timur), Jull Takaliuang (Inisiator #SaveSangihe dan Aktivis Lingkungan Pesisir, Sulut), Dr. M. Ilman (Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara), Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro (Program Regional, SIAP SIAGA) dan Shofa Qudus (General Manager Program DMC Dompet Dhuafa).

Seperti yang tertera di atas, DMC Dompet Dhuafa, melalui Shofa Qudus, berkesempatan untuk menjadi salah satu pembicara pada acara Sarasehan HKB tahun 2024 ini.

Dalam kesempatan yang diberikan, Shofa Qudus, menguraikan upaya-upaya yang dilakukan DMC Dompet Dhuafa pada kawasan pantai di Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), tepatnya di Desa Sidomulyo.

Menurut Shofa, DMC Dompet Dhuafa melakukan pendampingan pada masyarakat kawasan pantai di Desa Sidomulyo, Pacitan bermula dari kerjasama DMC Dompet Dhuafa dengan BNPB dalam kegiatan penanaman mangrove di sekitar pantai di Desa Sidomulyo.

Bermula dari kegiatan tersebut, Shofa mengatakan bahwa DMC Dompet Dhuafa mendapati adanya kegelisahan masyarakat sekitar pantai terhadap abrasi yang mengancam keberadaan mereka.

Abrasi paling parah terjadi pada tahun 2022 di Pantai Soge, Kabupaten Pacitan hingga menghabiskan lahan-lahan pariwisata. Dampak terjadinya abrasi salah satunya yaitu rusaknya tempat wisata anak-anak yang dekat dengan pohon cemara dan lahan-lahan perorangan yang ditanami kelapa dan pohon lain juga habis akibat abrasi tersebut.

Upaya yang dilakukan DMC Dompet Dhuafa untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah mengajak masyarakat sekitar menanam mangrove di kawasan pantai. Selain itu memfasilitasi penanaman bibit mangrove guna penanaman tanaman bakau ini terus berlanjut dalam waktu yang lama.

“Kita juga memberikan penguatan kapasitas kepada teman-teman FPRB di desa tersebut, dan kemudian memberikan penguatan pada struktur pantainya. DMC Dompet Dhuafa mencoba membangun permabel, dengan tujuan untuk menangkap endapan-endapan yang dibawa sungai ke laut, agar menahan untuk tidak terjadinya abrasi,” tutur Shofa dalam kegiatan sarasehan.

Kemudian Shofa menjelaskan upaya DMC Dompet Dhuafa lainnya dalam kasus ancaman abrasi di Pacitan ini adalah pemberian early warning system (EWS) untuk peringatan ancaman bencana yang mungkin terjadi.

“EWS ini kita pasang di masjid-masjid yang ada di Desa Sidomulyo dengan harapan ketika peringatan dari EWS ini menyala, informasi ini bisa diteruskan segera melalui speaker di masjid-masjid tersebut,” jelas Shofa.

Di bidang ekonomi, DMC Dompet Dhuafa juga bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sidomulyo dalam pengembangan pemasaran air kemasan yang diproduksi langsung di Desa Sidomuyo.

“Kita membantu manajemennya dan branding produk tersebut. Karena Bumdes sepakat keuntungan dua sampai lima persen dari produksi tersebut untuk kas kebencanaan,” kata Shofa.

“Di tahun 2023 kemarin, kita sudah melakukan simulasi bencana gempa dan tsunami di wilayah Desa Sidomulyo. Harapannya mungkin setahun bisa dua atau tiga kali kita mengadakan simulasi ini, dengan tujuan simulasi ini dapat menjadi pengingat bahwa pernah ada bencana,” pungkas Shofa dalam sesi pemaparannya.

Hasil dari diskusi sarasehan ini akan menjadi buku yang bertajuk Pantai Bertutur, sesuai dengan tema sarasehan HKB tahun 2024: Ketangguhan Komunitas Pantai.

Tema tersebut dilandaskan pada letak geografis Kota Padang-Sumatera Barat, sebagai tuan rumah HKB 2024, terletak pada daerah pesisir pantai yang memiliki ancaman gempa megathrust Mentawai yang dapat memicu potensi bahaya tsunami.

Adanya potensi bahaya tersebut, peningkatan kesiapsiagaan sangat dibutuhkan masyarakat dan pemerintah daerah.

Selain bencana geologi berupa gempa, tsunami dan erupsi gunung api, Sumatera memiliki ancaman bahaya hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan cuaca ekstrem.

Kawan Baik, Indonesia sebagai negara maritim perlu menyorot pentingnya ketangguhan kawasan pantai, termasuk masyarakat di dalamnya. Ini merupakan hal penting yang perlu diupayakan. Dan upaya menuju itu perlu kolaborasi kuat dari berbagai lembaga dan elemen masyarakat, guna membangun Indonesia yang siap untuk selamat. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)