Tekan Persebaran DBD, DMC Dompet Dhuafa Gencarkan Fogging

Tangerang Selatan—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa lakukan pengasapan (fogging) di Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan pada Minggu (21/04/2024).

DMC melakukan pengasapan sebagai bentuk antisipasi dari merebaknya demam berdarah dengue (DBD) yang mulai merebak di berbagai wilayah di Indonesia.

”Kami dan jajaran warga sudah menghimbau warga untuk senantiasa menjaga kebersihan dan melaporkan apabila warga yang terkena DBD, hal ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk kemudian ditindak lanjuti dengan langkah kuratif,” tulis Suharto selaku ketua RT/RW: 008/003 dalam surat kolaborasi yang diterima DMC Dompet Dhuafa.

”Dalam mencegah wabah DBD semakin meluas dan menjaga kondisi psikologis warga agar tidak timbul kepanikan, kami mengajukan kepada DMC Dompet Dhuafa untuk kolaborasi melakukan giat penyemprotan fogging di lingkungan Pondok Karya,” lanjut Suharto.

Ada tiga Rukun Tetangga (RT) yang menjadi penerima manfaat, yakni RT:02, RT:03, dan RT:08 dengan total penerima manfaat mencapai 1.020 jiwa.

”Terdapat 398 jiwa di RT 002/03, 428 jiwa di RT 006/03, dan 194 jiwa di RT 008/03,” ujar Erwandi Saputra selaku Staf Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Kerelawanan DMC Dompet Dhuafa.

Pada tahun 2023 kasus DBD mengalami penurunan dalam tahun sebelumnya, menurun sebesar 30 persen. Dia menyebutkan, pada tahun 2022 tercatat sebanyak 143.176 kasus DBD dengan 1.236 kematian.

Kasus terbanyak tercatat di wilayah Jawa Barat yakni 19.328 kasus dan kematian tertinggi berada di wilayah Jawa Tengah yakni 143 kasus.

“Pada tahun 2023 jumlah kumulatif kasus DBD di Indonesia sebanyak 114.720 kasus dengan 894 kematian,” kata Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan sebagaimana diwartakan oleh Antara (21/03/2024).

Akantetapi jika melihat dalam skala global mencatat ada peningkatan selama dua dekade terakhir. World Health Organization (WHO) mencatat dari tahun 2000 hingga 2019 mengalami peningkatan sepuluh kali lipat kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, meningkat dari 500.000 menjadi 5,2 juta.

Setelah terjadi sedikit penurunan kasus antara tahun 2020-2022 akibat pandemi COVID-19, pada tahun 2023, terjadi peningkatan kasus demam berdarah secara global, yang ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus secara simultan.

Sejak awal tahun 2023, penularan yang sedang berlangsung, ditambah dengan lonjakan kasus demam berdarah yang tidak terduga telah menghasilkan hampir lima juta kasus dan lebih dari 5000 kematian terkait demam berdarah yang dilaporkan di lebih dari 80 negara/wilayah dan lima wilayah WHO: Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Kawasan Mediterania Timur secara global.

Peningkatan risiko penyebaran demam berdarah juga ditopang oleh dampak fenomena El Nino pada tahun 2023, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu, tingginya curah hujan dan lain sejenisnya.  

Di kawasan Asia Tenggara WHO, 10 dari 11 Negara anggota diketahui endemis virus DBD. Pada tahun 2023, beberapa negara, termasuk Bangladesh dan Thailand, melaporkan lonjakan kasus demam berdarah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Secara khusus, India, Indonesia, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand termasuk dalam 30 negara dengan tingkat endemis tertinggi di dunia.

Dibandingkan tahun 2022, pada tahun 2023 Bangladesh dan Thailand mencatat jumlah kasus demam berdarah yang lebih besar.

Pada bulan November 2023, Bangladesh mengalami peningkatan kasus yang signifikan mencapai 308.167 dibandingkan dengan 62.382 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2022.

Thailand mengalami peningkatan lebih dari 300%, dengan kasus demam berdarah meningkat dari 46.678 pada tahun 2022 menjadi 136.655 pada tahun 2023.

Selain pemaksimalan pengasapan, Indonesia juga telah melakukan preventif dengan menerapkan Bakteria Wolbachia. Sebuah rekayasa genetik yang berada di tubuh nyamuk DBD.

Dalam laman Kementerian Kesehatan, wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kemampuan nyamuk tersebut sebagai penular demam berdarah.

Penelitian teknologi wolbachia dilakukan di Yogyakarta selama 12 tahun, yakni dari 2011 sampai 2023. Penelitian ini melewati 4 tahapan penelitian, mulai dari fase kelayakan dan keamanan (2011-2012), fase pelepasan skala terbatas (2013-2015), fase pelepasan skala luas (2016-2020), dan fase implementasi (2021-2022).

Persebaran nyamuk dengan genetik wolbachia berada di lima kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.

Penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Dilansir dalam laman resmi Kementerian Kesehatan, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu mengatakan penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman karena memanfaatkan bakteri alami wolbachia yang ada pada serangga dan telah melalui proses penelitian yang cukup panjang (01/04/2024).

Semoga masyarakat Indonesia dijauhi dari marabahaya DBD dan selalu berada di bawah perlindungan Allah SWT. Berdaya Sekarang, Karena Bumi Cuma Satu (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)