Banjir Halmahera Tengah, DMC Dompet Dhuafa Respons Cepat Bantu Penanganan 

Halmahera Tengah, Maluku Utara—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa turut membantu penanganan bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.  

Banjir terjadi pada Minggu (21/7/2024) disebabkan karena meluapnya air sungai Kali Kobe. 

Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada tujuh desa di dua kecamatan terdampak aliran banjir yang terjadi, yakni Kecamatan Weda Tengah sebanyak lima desa dan Kecamatan Weda Utara sebanyak dua desa. Desa-desa tersebut antara lain Desa Lalief Waibulan, Desa Lukulamo, Desa Kulo Jaya, Desa Woejarana, Desa Woekob, Desa Sagea, dan Desa Kia.  

DMC Dompet Dhuafa pada Jumat (26/7/2024) membantu pendistribusian paket bantuan yang terhimpun di pos bantuan Desa Lokulamo, Kecamatan Weda Tengah menuju dua titik lokasi bantuan di Desa Woejarana, dan Desa Erafagogoru di Kecamatan Weda Utara.  

“Kami (DMC) mendirikan Pos Hangat untuk menyuplai kebutuhan penyintas di pos pengungsian Makodim 1512/Weda di Kecamatan Weda Tengah sejak Kamis (25/7),” lapor Maizar Helmi, PIC Respons Banjir Halmahera Tengah dari DMC Dompet Dhuafa. 

Maizar Helmi mengatakan kondisi langsung di wilayah terdampak bahwa banjir secara umum sudah surut sejak Kamis (25/7) dan para penyintas  mulai kembali ke kediamannya masing-masing dan mulai membersihkan rumahnya.  

“DMC masih terus berupaya melakukan penanganan yang tepat untuk para warga terdampak. Maka dari itu DMC akan menggencarkan pendataan terkait kebutuhan warga agar intervensi bantuan yang kami salurkan bisa tepat sasaran,” lanjut Maizar Helmi yang merupakan mahasiswa Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta.  

Selain mendirikan Pos Hangat dan membantu pendistribusian bantuan, tim DMC Dompet Dhuafa juga turut mengevakuasi warga dari kediamannya yang tergenang air ke zona aman.  

Tinggi banjir yang melanda beberapa wilayah di Halmahera Tengah mencapai satu sampai dua meter. Banjir besar seperti ini diduga ada pengaruh dari aktivitas industri perusahaan nikel yang dalam operasional produksinya menyebabkan perubahan dalam bentang alam di wilayah Halmahera Tengah.  

Melansir dari laman Mongabay Indonesia dijelaskan analisis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Maluku Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2001, hutan primer seluas 188.000 hektar atau 83 persen dari wilayah Halmahera Tengah masih ada. Namun, saat ini telah terjadi deforestasi seluas 26.100 hektar, dan angka ini terus meningkat akibat pembukaan lahan untuk pertambangan nikel. 

“Pembukaan lahan hutan, termasuk daerah aliran sungai, secara sporadis dan masif untuk pengambilan bijih nikel oleh perusahaan yang beroperasi menyebabkan hilangnya zona penyangga. Akibatnya, saat hujan deras, hutan tidak lagi mampu menahan laju air yang membawa material tanah dan logam ke dataran rendah di wilayah pesisir, terutama di desa-desa yang kini terendam banjir seperti Desa Woejerana, Desa Woekob, Desa Lelilef Waibulen, dan Desa Lukolamo,” jelas Direktur Walhi Maluku Utara, Faisal Ratuela. 

Kawan Baik, mari kita haturkan doa untuk para penyintas agar diberi kekuatan untuk menghadapi kondisi sulit akibat bencana ini, dan berharap mampu pulih kembali dan berdaya. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)