Ternate, Maluku Utara—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa hadirkan pelatihan Kelembagaan dan Model Bisnis Ekonomi Sirkular kepada komunitas masyarakat di Kelurahan Maliaro, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate pada Minggu (07/07/2024).
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sumber sampah terbesar yang memadati wilayah Maluku Utara adalah yang berasal dari Rumah Tangga, 80.97%. Jumlah tersebut dua kali lipat dari tahun sebelumnya yakni 2021 yang hanya sebesar 40%. Namun sayang, data pada tahun 2023 dan 2024 tidak ada.
Artinya pengentasan sampah yang ada di Maluku Utara harus dimulai dari wilayah terkecil, yakni rumah tangga atau keluarga, karena sumber terbesar sampah dari sana.
Dilansir dari Halmaheranesia, peningkatan volume sampah di Kota Ternate berkisar sebanyak 180 sampai 200 ton per hari untuk tahun 2023, dibandingkan tahun 2022 yang hanya 120 ton per hari. Dalam satu tahun jumlah sampah mencapai 73.000 ton.
Sedangkan dilansir dari Mongabay, TPA di Ternate sendiri hanya ada satu. Artinya jika tidak dilakukan pengelolaan dengan bijak, maka sampah-sampah tersebut menjadi tidak terurus.
Dengan jumlah tersebut pula, jika diibaratkan sebuah daging mampu memberikan konsumsi kepada orang yang banyak.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), konsumsi daging per kapita secara global adalah sekitar 40 kg per tahun per orang. Jika dianalogikan dengan daging hewan dengan berat yang sama yakni 73.000 ton atau setara 73.000.000 kilogram, jumlah tersebut mampu untuk makan 1.825.000 orang.
Sampah dengan berat 73.000 ton juga akan memakan lahan sebesar 9.125 meter persegi atau setara 0,9125 hektar, dengan asumsi kedalaman TPA 10 meter dan kepadatan sampah terkompresi 800 kilogram per meter kubik. Luas lahan tersebut jauh lebih besar ketimbang luas lapangan sepak bola standar FIFA.
Lahan tersebut juga bisa digunakan untuk menampung 228 orang, jika rata-rata kepadatan penduduk di area perkotaan indonesia 250 orang per hektar. Artinya ada 228 orang yang terancam terdampak dari polusi atau penanganan sampah yang buruk, bahkan jumlah tersebut bisa dua atau tiga kali lipat.
Maka dari itu DMC Dompet Dhuafa memutuskan memberikan pelatihan pengelolaan sampah di Kota Ternate. Tepatnya di Kelurahan Maliaro.
Dilansir dari Indotimur, Kelurahan Maliaro termasuk ke dalam wilayah dengan Rukun Tetangga yang banyak. Atas dasar itu DMC Dompet Dhuafa memutuskan menghadirkan pelatihan pengelolaan sampah yang mulai dari Kelurahan Maliaro.
”Kalau kondisi timbulan sampahnya cukup tinggi, ditambah juga di sini cukup padat penduduknya,” ujar Alya Putri Firdaus, selaku penanggung jawab kegiatan.
Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan komunitas dan kelompok pengelola sampah di Kelurahan Maliaro dalam membangun strategi pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan, serta meningkatkan manfaat ekonomi bagi para anggotanya.
Dilaksanakan di Kantor Kelurahan Maliaro, sebanyak 17 peserta mengikuti pelatihan ini, terdiri dari anggota Komunitas Lorong Eco Green, Kelompok PKK Kelurahan Maliaro, Kelompok Satgas Operator Becak Motor Maliaro, Babinsa, dan Lurah Maliaro.
Para peserta mendapatkan materi tentang kelembagaan, model bisnis ekonomi sirkular, dan penyusunan rencana usaha (business plan) menggunakan metode Business Model Canvas (BMC).
“Pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan, kelengkapan, dan kemapanan operasional komunitas dan kelompok pengelola sampah di Kelurahan Maliaro,” ujar Alya yang juga merupakan Staf Project Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (KMAPI) DMC Dompet Dhuafa.
Berdasarkan tema yang diusung terkait Aspek Kelembagaan, para komunitas dan kelompok sudah memiliki struktur untuk pengelolaan sampah di kelompok atau komunitasnya. Hanya perlu mendetailkan kembali peran dan tugas serta jalur koordinasi yang dapat dilakukan.
“Sebelum mengikuti pelatihan ini, komunitas kami sudah memiliki struktur organisasi yang cukup efektif. Namun, setelah mengikuti pelatihan, kami mendapatkan banyak insights baru untuk mendetailkan kembali peran dan tugas setiap anggota, serta menyusun jalur koordinasi yang lebih jelas dan terstruktur,” ujar Dio, anggota Komunitas Lorong Eco Green.
Selama pelatihan, peserta dibantu fasilitator DMC dalam mengerjakan lembar identifikasi masalah pengelolaan persampahan di tingkat komunitas untuk mengeksekusi bersama kendala internal kelembagaan maupun kendala yang hadir dari masyarakat Kelurahan Maliaro.
Kurangnya biaya operasional, sumber daya manusia yang sedikit, dan faktor lain seperti honor menjadi masalah Kelompok Satgas Operator. Menimbulkan permasalahan adanya komplain dari masyarakat tentang jadwal pengangkutan yang dirasa belum dapat melayani timbulan yang di kelurahan.
Permasalahan yang hadir dari kelompok pengelola sampah menemukan solusi dalam pelatihan ini, yakni dengan membuat kegiatan usaha pengelolaan sampah melalui kelompok atau komunitas yang ditujukan untuk memberdayakan ekonomi tiap anggota.
Pelatihan yang melibatkan Pemerintah kota Ternate ini juga mengambil narasumber dari DLH yang diwakili oleh Syarif Tjan untuk membahas tentang model bisnis ekonomi sirkular, di mana peserta dijelaskan cara membuat rencana usaha (business plan) menggunakan metode Business Model Canvas (BMC).
Metode ini dijalankan dengan mengidentifikasi kategori-kategori penting yang perlu disiapkan saat merencanakan strategi bisnis dengan mengandalkan elemen-elemen visual, seperti target pasar, keunggulan SDM/SDA, alur pemasukan dan pengeluaran, dan lainnya.
“Ternyata banyak sekali peluang bisnis yang bisa kita lakukan,” kata Yuli, anggota Kelompok PKK RT/04. “Harapannya dengan bisa memaksimalkan kegiatan PKK yang berfokus pada pengelolaan sampah rumah tangga dan kebun pangan kita bisa meningkatkan manfaat ekonomi untuk para anggota.”
Melalui pelatihan ini, komunitas dan kelompok pengelola sampah di Kelurahan Maliaro diharapkan mampu membangun usaha dan memaksimalkan aktivitasnya untuk memberikan kesejahteraan bagi setiap anggotanya.
“Harapannya semoga setelah pelatihan ini komunitas penggerak di Kelurahan Maliaro yaitu Komunitas Lorong Eco Green, Kelompok PKK dan Kelompok Satgas bisa menemukan pandangan dan tujuan yang sama terhadap perkembangan aktivitas di kelompok masing masing. Pun saling menguatkan dan terus bersinergi melakukan kegiatan juga menghadapi tantangan pengelolaan di Kelurahan dengan baik ke depannya,” ujar Alya.
Pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen DMC Dompet Dhuafa dan DLH Kota Ternate dalam mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Ternate. (ALY/ AFP/ DMC Dompet Dhuafa)