Karanganyar, Jawa Tengah—Dompet Dhuafa melalui departemen Aliansi Strategis Mitra Pengelola Zakat dan Zona Layanan (MPZ-ZL) menggelar pelatihan tanggap bencana di Telaga Madirda, Karanganyar, Jawa Tengah Sabtu (24/09/2022).
Para peserta merupakan anggota MPZ-ZL dan anggota Dompet Dhuafa Volunteer yang berasal dari tiga provinsi, yakni Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Pelatihan dilakukan secara bergilir yang dimulai dari Senin (19/09/2022) hingga Rabu (21/09/2022) dilakukan secara daring.
Melalui unit Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa melatih para peserta-peserta potensial anggota MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa yang berasal dari tiga provinsi. Pada sesi awal ini DMC Dompet Dhuafa memberikan paparan tentang kiat-kiat asesmen cepat setelah terjadinya bencana, manajemen logistik bagi penyintas terdampak dan mekanisme penanganan kelompok rentan di wilayah dan kondisi tanggap darurat.
“Peran serta Lembaga Amil Zakat dan Lembaga Sosial dalam pencegahan dan penanggulangan bencana sangatlah penting. Dengan banyaknya potensi dan bencana yang telah terjadi, keterlibatan non government organization (NGO) telah terbukti memberikan daya dukung yang sangat besar bagi pemangku kepentingan,” jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.
Pada sesi selanjutnya Kamis (22/09/2022) hingga Sabtu (24/09/2022) pelatihan dilakukan secara luring di Telaga Madirda. Sesi ini DMC Dompet Dhuafa memberikan pelatihan tentang manajemen posko relawan di masa tanggap darurat, strategi membuka Dapur Umum, kesigapan dalam melakukan pertolongan pertama hingga penyelamatan permukaan air (water rescue).
“Kami ingin menghadirkan kebermanfaatan dengan mengundang MPZ-ZL Dompet Dhuafa yang terdiri dari BMT, lembaga sosial, yayasan pendidikan, masjid dan beberapa entitas yang termasuk ke dalam Dompet Dhuafa Volunteer,” terang Imam Alfaruq selaku Senior Officer Aliansi Strategis MPZ-ZL Dompet Dhuafa
MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa sebagai jaringan strategis Dompet Dhuafa memiliki peran yang sangat penting sebagai relawan dalam memperkuat kapasitas penanggulangan bencana dan mempercepat pertolongan pada korban.
“Harapannya lewat pelatihan dan kehadiran kami insan-insan Dompet Dhuafa bisa mengurangi risiko bencana dan insyallah 47 peserta. Kami ingin siapkan mereka untuk memberikan sumbangsih terbaik ketika hadapi bencana,”lanjut Imam.
Letak geografis MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa yang tersebar di seluruh Indonesia akan menjadi garda terdepan dalam membantu korban bencana di lokasi terdekat. Melalui peran serta MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa mampu memperkuat jaringan tenaga kesiapsiagaan yang selalu terkoneksi. Dengan ribuan relawan terampil yang selalu siap siaga akan menjadi kekuatan baru dalam dunia penanggulangan bencana di Indonesia.
Dengan mengambil tema “Bersatu untuk Selamat”, DMC Dompet Dhuafa berharap jaringan kebaikan MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa akan menjadi potensi/unsur pencegahan dan penanggulangan bencana yang diperhitungkan ditingkat lokal maupun regional. Dengan menyatukan kekuatan dan menghubungkan jaringan komunikasi MPZ-ZL dan relawan Dompet Dhuafa dari sabang sampai merauke, DMC Dompet Dhuafa meyakini bahwa penanganan terhadap bencana akan semakin efektif, cepat dan tepat.
Berdasarkan laporan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada tahun 2021 dengan memperhitungkan komponen bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas (capacity) di masing -masing provinsi dan kabupaten/kota, memberikan paparan nilai tentang bahaya bencana alam di masing wilayah dan besaran dampak kerusakan terhadap masyarakat.
Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki gunungapi aktif sebanyak 5 yakni Gunung Slamet, Gunung Dieng, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Merapi. Selain itu, Jawa Tengah dilintasi oleh beberapa sesar aktif yaitu Sesar Baribis Kendeng, Sesar Ajibarang, Sesar Ungaran, Sesar Merapi-Merbabu, Sesar Muria, dan Sesar Pati Thrust. Pada selatan Jawa Tengah juga terdapat Zona Megathrust Jawa dengan Segmen Jawa Tengah. Kondisi ini yang menyebabkan wilayah di kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah berada dalam kelas risiko sedang hingga tinggi. Risiko bencana tertinggi di wilayah Jawa Tengah terdiri dari letusan gunung api (Temanggung), tanah longsor (Purbalingga), cuaca ekstrim (Pati), Kekeringan (Purbalingga), dan Banjir (Pati).
“Karena saya tinggal di Jawa Tengah dan paling sering terjadi bencana banjir. Barangkali ketika terjadi banjir saya bisa ikut terjun dan membantu penyintas,”ujar M. Albet Balya selaku peserta dari Jawa Tengah.
Sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki bentang alam yang dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah. Wilayah Provinsi DIY dilewati oleh Patahan Opak. Patahan Opak inilah yang menjadi sumber gempa merusak di Yogyakarta pada tahun 2006 lalu. Selain rawan dengan gempa bumi, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga rawan dengan letusan gunung api dengan adanya gunung api aktif yaitu Gunung Merapi. Kenyataan ini mendorong relawan seperti Dewi Agustin sangat antusias terhadap pelatihan ini.
“Itu sangat menambah pengetahuan banget. Bagaimana kita merespons bencana dan menyelamatkan korban bencana alam. Paling berkesan ialah vertical dan water rescue, karena itu adalah hal baru bagi saya,”aku Dewi Agustin, peserta dari DIY.
Terakhir wilayah Jawa Timur dilewati oleh beberapa patahan diantaranya Sesar Baribis Kendeng, Sesar Pasuruan, Sesar Probolinggo dan Sesar Wonorejo. Provinsi Jawa Timur juga memiliki beberapa gunungapi aktif yakni Gunung Kelud, Gunung Arjuno Welirang, Gunung Semeru, Gunung Bromo, Gunung Lamongan, Gunung Raung dan Gunung Ijen. Selain ancaman letusan gunung api, Jawa Timur memiliki risiko bencana cuaca ekstrim (Kota Mojokerto), tsunami (Pamekasan), dan gelombang ekstrim/ abrasi (Kota Surabaya). Fakta ini menjadi motivasi bagi peserta Muhamad Nur Aziz untuk menambah kapasitas penanggulangan bencana di wilayah Jawa Timur.
“Banyak hal baru, terutama ketika belajar di segi praktik. Banyak hal-hal yang secara teori, kita sudah mengetahui. Tetapi ketika praktik, beberapa hal teknis lumayan kesulitan. Jadi training ini sangat penting untuk menambah wawasan pengetahuan dan untuk pengalaman para relawan di aksi kemanusiaan,”pungkas Muhamad Nur Aziz selaku peserta dari Jawa Timur.
“Dompet Dhuafa sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Disaster Management Center (DMC) selalu berkomitmen hadir menolong masyarakat yang terdampak bencana tanpa memandang ras,suku, agama, dan gender,”tutup Haryo.