Tanam 2500 Mangrove, Upaya DMC Dompet Dhuafa Pulihkan Pesisir Utara Subang  

Kabupaten Subang, Jawa Barat—Pesisir utara Pulau Jawa dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Dari tahun ke tahun daerah pesisir utara selalu berubah, tergerus abrasi. Seperti di Desa Legonwetan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat, ancaman abrasi dan banjir rob kerap menghantui warga setiap tahunnya. 

Imbasnya, tangkapan ikan nelayan berkurang karena sedikitnya kawasan mangrove di sekitar pantai sebagai habitat alami biota laut. Selain itu daratan yang semakin terkikis membuat jarak pemukiman warga dan batas laut semakin menyempit. Selain itu—yang paling nyata—di Desa Legonwetan, tambak-tambak ikan lenyap tak tentu rimbanya.  

Taryadi, warga Desa Legonwetan yang juga termasuk ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (PLHD) Legonwetan, menjelaskan fenomena abrasi dan banjir rob telah menenggelamkan tambak-tambak ikan milik warga yang berada di sekitar pesisir pantai.  

“Waktu tahun 2004 ada tsunami Aceh dan di sini terkena dampaknya seperti air pasangnya. Setelah itu air pasang terus berlangsung sampai dua minggu lamanya dan menggerus tanggul yang di depan (sekitar pantai). Lama-kelamaan, dari 2004 sampai sekarang, air pasang itu terus menggerogoti tambak-tambak yang ada di desa kami,” ujar Taryadi.  

Aktivitas manusia dan perubahan iklim menjadi muara dari sekelumit masalah yang hadir di pesisir utara Subang. Tidak hanya mengubah bentang alam dan memengaruhi ekosistem pesisir, tetapi dampaknya juga menguar ke sendi-sendi kehidupan warga Desa Legonwetan.  

Taryadi, seorang lelaki berusia 29 tahun itu juga bercerita bagaimana para nelayan mulai mencari sumber penghidupan baru di darat. Mereka terpaksa harus bekerja sebagai buruh upahan di tambak-tambak ikan yang tersedia, ataupun berdagang, seperti menjual buah mangga ketika musim berbuah tiba. 

Sedikitnya kawasan mangrove yang ada di sekitar pesisir membuat potensi tangkapan ikan di laut semakin sedikit. Implikasinya, semakin kecil juga penghasilan yang diperoleh nelayan dari laut.  

Data abrasi di pesisir utara Pulau Jawa yang tercatat di laporan penelitian Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia  menunjukkan bahwa wilayah peisisir di Kabupaten Subang mengalami total abrasi dari tahun 1996 hingga 2019 yaitu sepanjang 2,81 km (Suhardi dkk, 2020).  

Abrasi yang terjadi di wilayah Kabupaten Subang disebabkan oleh perubahan penggunanaan lahan di sekitar pantai. Pada awalnya ekosistem di pesisir ini berupa ekosistem alami yaitu kawasan mangrove. Kemudian terjadi alih fungsi lahan yang diperuntukkan untuk lahan tambak ikan, sawah, serta sebagian kecil pemukiman.  

Hal ini menyebabkan kawasan pesisir tidak memiliki penahan gelombang alami seperti halnya dahulu pesisir memiliki mangrove.  

Upaya DMC Dompet Dhuafa Pulihkan Ekosistem Pesisir Subang 

Keberadaan mangrove di pesisir mampu memangkas risiko kehancuran yang disebabkan air rob yang mengancam daratan dan upaya tepat dalam mitigasi pengikisan daratan akibat abrasi.  

Dalam memulihkan ekosistem pesisir di Kabupaten Subang, tepatnya Desa Legonwetan, Kecamatan Legonkulon, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, Dompet Dhuafa Jawa Barat dan para relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Bandung menggandeng PLHD Desa Legonwetan untuk bersama-sama menanam 2500 bibit mangrove di kawasan pesisir, pada Senin (16/12/2024).  

“Penanaman mangrove dan pengawasan mangrove adalah salah satu ikhtiar yang dilakukan DMC untuk memecah daya gerus arus terhadap wilayah pesisir,” ujar Lu’lu-u Azizah Akma, Staff Project Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa. 

“Di samping itu secara lebih jauh mangrove juga merupakan salah satu ikhtiar untuk menyerap dan menyimpan karbon 5 kali lebih baik dibanding hutan daratan sehingga diharapkan dapat membantu upaya mencapai net zero atau penyerapan karbon lebih banyak daripada karbon yang dihasilkan di bumi sebagai tindakan mengatasi perubahan iklim,” sambungnya.  

DMC Dopet Dhuafa menjalin kerjasama dengan LPHD Desa Legonwetan dalam program penanaman mangrove ini. LPHD Desa Legonwetan melakukan monitoring secara berkala tanaman mangrove yang ada.

“Dalam persiapan sampai monitoring-nya DMC menggandeng Lembaga Pengelola Hutan Desa Legonwetan sebagai mitra, baik DMC maupun LPHD memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga ekosistem pesisir,” lanjut Lulu.  

“Harapannya mangrove yang ditanam dapat tumbuh dengan baik setidaknya 50% dari total yang ditanam, sampai besar dan berakar kuat. Sehingga beberapa tahun ke depan dapat memiliki manfaat pemecah ombak sebelum sampai ke area pesisir dan pemukiman, selain itu juga manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan manfaat ekologi,” pungkasnya.  

Taryadi sebagai ketua LPHD Desa Legonwetan menyambut baik program penanaman mangrove dari DMC Dompet Dhuafa ini. 

“Saya sangat berterima kasih kepada pihak DMC Dompet Dhuafa. Karena ini pihak kedua yang mengajak LPHD bekerjasama dalam penanaman mangrove. Dari yang kedua ini lah saya belajar banyak supaya bagaimana Perusahaan, atau swasta, atau CSR bisa bergabung dengan kami untuk meningkatkan mangrove di desa kami itu bisa kembali. Tujuan kami yaitu ingin mengembalikan ekosistem mangrove di desa kami (Desa Legonwetan),” ucap Taryadi.  

Taryadi menjelaskan pentingnya keberadaan mangrove di kawasan pesisir. Menurutnya, tanaman mangrove mampu menghadang gelombang pasang air laut sehingga abrasi bisa dihindari. 

“Selain itu, manfaat mangrove bisa mengembalikan ekosistem biota laut seperti udang, kepiting/rajungan dan ikan-ikan laut lainnya. Jadi penghasilan nelayan dalam mencari nafkah untuk keluarga menjadi bertambah,” kata Taryadi.  

Para nelayan Desa Legonwetan bisa merasakan langsung dari keberadaan mangrove ini. Mereka tidak lagi sulit mencari tangkapan laut, karena di sekitar kawasan mangrove yang telah ditanam sebelumnya, meski belum bertahun-tahun, menyediakan sumber daya alam yang berlimpah. 

“Sekarang juga kan udah ada mangrove yang kita tanam dan tumbuh itu, Alhamdulillah, sudah bisa dirasakan oleh nelayan yang ada di sini. Karena sudah ada udang dan ada kepiting, seperti itu,” lanjut Taryadi. 

Kawan Baik, di tengah tantangan abrasi dan perubahan iklim yang mengancam kehidupan di pesisir utara Subang, kolaborasi yang terjalin antara masyarakat Desa Legonwetan, LPHD, dan DMC Dompet Dhuafa menunjukkan harapan.  

Penanaman mangrove dari DMC Dompet Dhuafa ini merupakan ikhtiar untuk memulihkan ekosistem pesisir utara Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Penanaman mangrove bukan hanya soal menjaga garis pantai, tetapi juga memulihkan keseimbangan ekosistem dan memberikan penghidupan yang lebih layak bagi warga. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang! (MAA/DMC Dompet Dhuafa)