Kabupaten Lebak, Banten—Kita tidak bisa mencegah terjadinya tsunami, tetapi kita mampu memangkas risikonya—korban jiwa dan segala macam kerugian lainnya. Kemampuan itu ada pada masyarakat yang tangguh. Kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana tsunami di wilayahnya menjadi kunci menuju ketangguhan itu.

Menyadari pentingnya hal itu, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar workshop kebencanaan dalam kunjungannya ke Komunitas Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) di Villa Hejo, Kiarapayung, Desa Panggarangan, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, pada Sabtu (29/06/2024) lalu.
Bersama juga Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sukamanah kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi 12 indikator Tsunami Ready Community yang terdapat di Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten.
Tsunami Ready Community atau komunitas siap tsunami adalah upaya seluruh elemen baik pemerintahan maupun penduduk setempat untuk menyelamatkan nyawa masyarakat yang rawan terhadap risiko bencana tsunami.
Tujuan dari tsunami ready community adalah untuk membangun masyarakat yang tangguh dan memiliki kesadaran serta kesiapsiagaan untuk melindungi kehidupan, mata pencaharian, dan harta benda dari tsunami yang bisa saja sewaktu-waktu melanda wilayahnya, sehingga dapat meminimalisir korban jiwa dan kerugian-kerugian lainnya.
Dalam kegiatan workshop yang berlangsung di sekretariat GMLS tersebut, para peserta mengidentfikasi 12 indikator sebagai standar suatu wilayah, dalam hal ini desa, dapat menjadi Desa Tsunami Ready.
Abah Lala selaku ketua Komunitas GMLS menjelaskan seluruh perangkat yang tersedia dalam sekretariatnya, seperti peta rendaman tsunami di wilayahnya, peta untuk evakuasi ketika tsunami terjadi, dan lainnya.

“Kami juga mendemonstrasikan kegunaan radio siaga sebagai alat komunikasi (early warning system) apabila terjadi bencana serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat apabila ada bahaya yang mengancam di sekitar sini (Desa Panggarangan),” jelas Abah Lala.
Segala hal yang diuraikan oleh Abah Lala merupakan sebagian dari keseluruhan 12 indikator tsunami ready community. Lainnya, salah satunya, adalah masyarakat sudah terbiasa melakukan latihan evakuasi menghadapi ancaman bencana gempa bumi ataupun tsunami.

“Dari membahas bencana desa akan banyak mendapatkan jalan untuk mendapatkan akses-akses yang lebih baik, misalkan dari segi pendidikan, pembangunan jalan (jalan rusak, bisa diperbaiki karena jalan itu nantinya akan dipakai sebagai jalur evakuasi), memperbaiki pertahanan pangan, dan lain sebagainya,” ujar Abah Lala.
“Jadi, ketika berbicara tentang kebencanaan masyarakat jangan merasa takut dan jadi terancam. Tapi harus memiliki kesiapan untuk menghadapinya dan mengetahui ancamannya, salah satunya untuk mengurangi kerugian di kemudian hari,” lanjutnya.
Kegiatan yang secara umum membahas tentang kesiapan suatu desa menjadi Desa Siap Tsunami, memantik rasa semangat kepada para anggota FPRB Desa Sukamanah. Termasuk Pak Ujang, salah satu anggota FPRB Desa Sukamanah sekaligus warga desa Sukamanah.
“Sepatutnya kita (anggota FPRB dan desa sukamanah) bersyukur dengan adanya bantuan dari DMC yang mau peduli dengan kondisi desa sukamanah. Seperti yang sekarang kita ketahui, bahwa Desa Sukamanah memiliki potensi ancaman bencana yang besar apalagi adanya isu gempa megathrust di wilayah pantai selatan Lebak ini,” ucap Pak Ujang.
“Mari kita sama-sama membangun kesadaran tersebut dan peningkatan pengetahuan kita untuk hal ini. Siapkan juga mental yang kuat, apabila terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan karena terjadi bencana, kita bisa survive menghadapinya dan dengan kegiatan semacam ini kita tidak menambah kerugian dari dampak bencanannya,” pungkas Pak Ujang.
Desa Sukamanah yang terletak di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten ini menjadi wilayah yang punya potensi tinggi akan bencana tsunami.
Hal in tidak lain karena letak geografis wilayah tersebut yang berhadapan langsung dengan sumber gempa pembangkit tsunami, yaitu megathrust zona subduksi lempeng tektonik aktif Indo-Australia dan Eurasia.

Desa yang termasuk ke dalam desa pesisir ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Oleh karena itu wilayah desa perlu merancang segala hal untuk siap menjadi desa yang tangguh akan bencana.
“Saya sangat berharap masyarakat terutama anggota FPRB sukamanah yang sekarang ini terus memiliki semangat untuk membangun kesiapsiagaan di Desa Sukamanah menjadi lebih kuat. Tidak dapat dipungkiri bahwa ancaman bencana yang semakin nyata, khususnya di wilayah pantai selatan Lebak ini sangatlah tinggi (adanya gempa megathrust, yang menjadi penyebab ancaman tsunami juga). Jangan sampai kita menunggu bencana tersebut terjadi dan menyesal dikemudian hari karena tidak adanya pengetahuan serta kesiapsiagaan yang akhirnya menyebabkan kerugian yang lebih besar,” ucap Desra Putri, staf Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa.
Kegiatan workshop ini termasuk ke dalam rangkaian program besar DMC Dompet Dhuafa yang ada di Kabupaten Lebak, Banten, yaitu Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana (KTTB).
Melalui kegiatan workshop ini dan juga rangkaian program KTTB DMC Dompet Dhuafa di Desa Sukamanah diharapkan mampu mewujudkan suatu desa yang tangguh dan tanggap terhadap bencana.
Kawan Baik, ketika bencana alam terjadi di suatu kawasan, yang hancur tidak hanya tembok dan atap, melainkan juga hubungan antar manusia, mata pencaharian, dan tujuan hidup yang telah ditata selama bertahun-tahun.
Namun, segala kerugian yang mengancam sebagai dampak dari kehadiran bencana masih bisa kita kendalikan apabila kita merespons situasi dengan tangguh, tepat dan penuh persiapan. Pengetahuan menjadi langkah ampuh untuk menangkal risiko bencana itu. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.(MAA/DMC Dompet Dhuafa)