Gorontalo—Disaster Management Center (DMC) dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Gorontalo hadirkan workshop temu relawan penanggulangan di Gorontalo pada pada Minggu (23/06/2024) di Cafesera Bakery, Gorontalo.
Dengan tajuk “Perkuat Komunikasi Tangguhkan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana”, para peserta menyimak dengan khidmat materi-materi yang dibawakan.
Puluhan peserta yang terdiri dari perwakilan 5 kabupaten dan 1 kota yang ada di Provinsi Gorontalo berkumpul di sini untuk saling bertukar pikir dengan bebas.
Adapun para pematerinya adalah Haifa Nurul Aeni (Staf Project Tanggap Darurat, Pemulihan dan Kerelawanan DMC Dompet Dhuafa), Narwan (Manager Komunikasi Organisasi DMC Dompet Dhuafa), dan Akbar Saddam (Plt. GM Komunikasi dan Kemitraan Strategis DMC Dompet Dhuafa).
”Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk membangun jaringan DMC di Provinsi Gorontalo atau kekuatan dan ketangguhan masyarakat dalam penanggulangan bencana,” ujar Haifa.
Berdasarkan laporan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2022, Jika diurutkan kota/kabupaten di Provinsi Gorontalo, wilayah dengan risiko bencana tertinggi ke terendah, maka Pahuwato yang tertinggi. Kemudian disusul Bone Bolango, Gorontalo Utara, Boalemo, Gorontalo, dan Kota Gorontalo.
Bentuk bentang alam dan per mukaan tanah di wilayah ini sebagian besar adalah perbukitan, oleh karenanya Gorontalo memiliki banyak gunung dengan ketinggian yang beragam.
Selain itu kondisi tektonik wilayah ini juga dilintasi oleh Sesar Gorontalo yang melewati Kota Gorontalo. Kondisi geologi demikian menjadikan Provinsi Gorontalo sangat rawan terhadap bencana gempabumi dan tanah longsor.
”Yang membuat saya tertariknya itu di sesi pra-bencananya karena menurut saya banyak sekali relawan hanya terfokus pada saat terjadi bencana, sedangkan bagian pra-bencana ini masih kurang (peminatnya). Semoga penguatan di bagian legal dan sosialisasi masyarakat tidak berakhir di penanaman pohon saja,” terang Oktaviani Mansa salah satu peserta.
Berdasarkan dari data yang dihimpun dari DIBI BNPB data dari BPBD selama periode 10 tahun terakhir provinsi Gorontalo, dari tahun 2018-2022, telah mengalami sebanyak 169 kejadian bencana.
Bencana banjir dan tanah longsor telah berdampak pada korban jiwa serta berbagai kerugian dan kerusakan. Kerusakan fisik bangunan banyak disebabkan bencana banjir, sementara tanah longsor, angin puting beliung, gempabumi berdampak pada kerusakan rumah.
”Menurut pengalaman saya, bencana yang paling sering terjadi di Gorontalo adalah banjir dan orang hilang/hanyut. Menurut saya informasi (dalam penanggulangan bencana) itu penting, banyak informasi yang kurang valid ketika hendak melakukan aksi (SAR). Itulah pentingnya koordinasi dalam aksi penanggulangan bencana,” ujar Sarton Kiki peserta lainnya.
Semoga dengan hadirnya kegiatan ini mampu menumbuhkan semangat kemanusiaan dalam bidang penanggulangan bencana. Semoga juga dengan hadirnya acara ini mampu menekan risiko atau dampak berkepanjangan dari bencana alam itu sendiri. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)