Kalimantan terkenal dengan hutannya. Banyak orang mengatakan di sana letaknya paru- paru dunia. Namun apakah sebutan itu masih layak disandang?
Kalimantan, pulau yang dikenal dengan kekayaan alamnya, kini menghadapi tantangan serius yang mengancam keberlangsungan ekosistemnya. Hutan-hutan yang dulunya rimbun dan menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna kini semakin berkurang akibat aktivitas ilegal, konversi lahan, dan kebakaran hutan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati, tetapi juga mengganggu kehidupan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka.
Hutan Kalimantan adalah salah satu paru-paru dunia karena kawasan hutannya yang sangat luas, yaitu sekitar 40,8 juta hektar. Sayangnya laju deforestasi di hutan Kalimantan demikian cepatnya. Deforestasi paling besar salah satunya diakibatkan oleh adanya pelepasan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan. Deforestasi atau penebangan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah hutan atau mengubah guna lahan hutan menjadi pemanfaatan non hutan untuk kepentingan ekonomi dan pembangunan.
Deforestasi di Kalimantan terjadi secara besar-besaran. Pada awalnya luas hutan di Kalimantan mencapai sekitar 40,8 juta hektare. Sementara itu menurut Greenpeace, hutan Kalimantan hanya tersisa 25,5 juta di tahun 2010. Kini, luas hutan Kalimantan Timur tahun 2015 sekitar 8.339.151 hektare.
Sangat disayangkan sekali padahal Kalimantan menjadi paru-paru bumi terbesar kedua di dunia setelah hutan hujan Amazon yang berada di Amerika Selatan. Selain itu hutan Kalimantan juga menjadi rumah untuk spesies langka. Terdapat 15.000 spesies tanaman berbunga, 3.000 spesies pohon, 221 spesies mamalia, dan juga 420 spesies burung. Menariknya, hutan Kalimantan juga menjadi satu-satunya habitat asli Orang Utan Kalimantan yang saat ini terancam punah. Selain itu, Kalimantan juga menjadi habitat utama untuk bekantan, gajah Kalimantan, badak, landak, rusa, tapir, dan sejumlah spesies lain yang terancam punah
Selain itu, alih fungsi lahan juga menjadi faktor penyebabnya. Alih fungsi kawasan hutan di Kalimantan sangat mengancam keselamatan masyarakat, karena dapat menimbulkan berbagai macam bencana salah satunya yaitu banjir. Semua itu terjadi karena keegoisan investasi besar-besaran baik untuk perkebunan ataupun pertambangan. Sejak terjadinya alih fungsi lahan, terjadi berbagai macam sekat bisnis para pemodal dan elit pemerintah menjadikan hutan kalimantan terus tergerus keberadaannya.
Seiring terjadinya pembukaan area hutan juga menjadi pemicu kerusakan hutan seperti pembakaran hutan untuk membuka lahan. Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) menghasilkan asap yang mengurangi kualitas udara dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, serta menyebabkan masalah seperti kabut asap. Selain itu dampak sosial terhadap masyarakat pun kerap terjadi seperti masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka, seperti nelayan dan petani, mengalami hilangnya sumber daya yang vital, memicu konflik lahan dan ketidakpastian ekonomi.
Dari peristiwa tersebut dapat disimpulkan bahwa ancaman bencana di Kalimantan semakin dekat. Seperti banjir. Deforestasi dan alih fungsi lahan mengurangi kapasitas tanah untuk menyerap air, meningkatkan risiko banjir di wilayah hulu dan hilir. Banjir ini dapat menghancurkan infrastruktur dan mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat.
Erosi tanah dan perubahan iklim pun menjadi ancaman. Perubahan iklim global, yang menyebabkan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan suhu yang tidak menentu, yang berpotensi meningkatkan frekuensi bencana alam. Sejatinya Hutan Kalimantan adalah benteng Indonesia maupun dunia untuk melawan perubahan iklim, maka dari itu hutan Kalimantan harus terus dijaga keberadaannya.
Mengatasi ancaman-ancaman ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan untukw menjaga keberlanjutan Kalimantan. Kawan baik, marilah sama sama kita berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan hutan Kalimantan.
Setiap langkah kecil yang kita ambil, mulai dari mendukung praktik berkelanjutan hingga berpartisipasi dalam program penghijauan, dapat memberikan dampak besar bagi keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat. Bersama, kita dapat memastikan bahwa hutan Kalimantan tetap menjadi paru-paru dunia dan sumber kehidupan bagi generasi mendatang. (KF/DMC Dompet Dhuafa)