Tangerang Selatan—ID Humanity Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) menerima kunjungan studi lapangan dari mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) UIN Jakarta pada Jumat (18/07/25). Dalam kunjungan ini, DMC mengajak mahasiswa untuk mengenal dan mempelajari kiprah DMC dalam berbagai misi kemanusiaan dan kebencanaan.
Dosen Mitigasi Bencana UIN Jakarta, Jakiatin Nisa mengatakan, kunjungan ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran praktis kepada mahasiswa agar dapat lebih memahami implementasi teori mitigasi bencana dengan baik.

“Dalam mata kuliah mitigasi bencana, ada topik yang membahas tentang kelembagaan, manajemen disaster, dan relawan. Oleh karena itu, saya mengajak mahasiswa mengunjungi DMC agar bisa mempelajari secara langsung praktik dari teori yang sudah saya sampaikan di perkuliahan,” ungkapnya.
Kegiatan ini berlangsung dengan pemaparan materi seluruh divisi Tim DMC yang mencakup divisi Lingkungan, Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Rekonstruksi, serta Mitigasi dan Diklat Bencana. Kemudian kegiatan di akhiri dengan tur ruang kerja DMC.

Ahmad Lukman, Kepala Bagian Mitigasi dan Diklat Bencana DMC Dompet Dhuafa, membuka kegiatan dengan memaparkan sejarah perjalanan DMC dalam berbagai aksi kemanusiaan dan kebencanaan. Dengan runtut, ia menjelaskan perjalanan DMC yang telah bergulir dari tahun 1994 hingga sekarang.
Lukman juga menjelaskan bahwa DMC selalu berkomitmen untuk turun respon sejak pra-bencana hingga pasca bencana. Hal itu pun ditegaskan melalui penayangan video dokumentasi dalam setiap paparan seluruh divisi sehingga mahasiswa dapat melihat aksi nyata DMC dalam berbagai aksi.
Dalam sela-sela paparan materi, Tim DMC juga berbagi beberapa pengalaman pilu yang dirasakan saat turun respon. Salah satunya pengalaman yang dirasakan salah satu Staf Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Rekonstruksi, Erwandi Saputra, saat respon gempa bumi Palu, Sulawesi Tengah.

“Saya waktu itu bertemu dengan seorang ibu yang setiap hari bolak-balik ke rumah sakit tempat evakuasi untuk mencari anaknya yang ternyata belum ditemukan. Karena enggak kuat mendengar ibu itu cerita, saya sampai menangis, saya membayangkan bagaimana jika itu terjadi pada saya sendiri, dan bahkan harus dipulangkan,” ungkapnya dengan pilu.
Mendengar hal itu, Syahirul Basith, salah satu mahasiswa UIN Jakarta, menyatakan sangat terkesan sekaligus haru. Ia juga mengaku semakin memahami bahwa dalam aksi nyata respon bencana tidak semudah yang ia bayangkan.
“Saat ditampilkan video tentang gempa bumi Palu tadi, dan juga kayak yang tadi diceritakan itu cukup memberikan gambaran bagi saya kalau ternyata secara aksi nyatanya itu tidak mudah. Bahkan sampai ada yang menganggu secara psikologis dan akhirnya dipulangkan gitu, itu ternyata kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi terutama soal keteguhan hati,” ungkap Syahirul.

Dengan kunjungan ini, Jakiatin berharap agar para mahasiswa dapat termotivasi untuk bisa mengimplementasikan teori yang mereka pelajari setelah menyimak kiprah DMC dalam berbagai respon kemanusiaan dan kebencanaan.
“Dari kunjungan ini, saya ingin mahasiswa ini jadi punya motivasi untuk mengimplementasikan teori yang dipelajari. Harapannya agar ke depannya ini bisa jadi alternatif atau pilihan dari banyak pillihan rencana masa depan sehingga mereka tidak harus menjadi guru saja, tapi bisa duduk di sini jadi relawan, dan bisa mengkaji atau menganilisis risiko yang dihadapi,” ujar Jakiatin.

Kawan baik, menjadi seorang mahasiswa yang mampu mengimplementasikan keilmuannya dan menyebarluaskan manfaatnya kepada masyarakat merupakan suatu hal yang mulia. Begitu juga yang dilakukan insan DMC dalam berbagai misi kemanusiaan dan kebencanaan yang juga berangkat dari keilmuan yang dihimpun dari perkuliahan. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (Shinta Fitrotun Nihayah/DMC Dompet Dhuafa).


