Jakarta—Segala macam pemberitaan tentang kerusakan lingkungan hidup tak lagi asing dalam pengamatan dan pendengaran kita saat ini. Tanpa kita sadari ada salah satu upaya pelestarian lingkungan yang sering kali kita hiraukan, yang justru sangat berdampak terhadap kehidupan sehari-hari. Tak semua orang menyadari pentingnya upaya mengurangi penipisan lapisan ozon yang justru menjadi hal yang krusial dalam kehidupan kita.
Ozon secara alamiah terbentuk melalui proses fotokimia. Proses fotokimia adalah reaksi kimia yang terjadi akibat penyerapan radiasi, seperti sinar ultraviolet, sinar tampak, atau radiasi inframerah. Proses ini dapat melibatkan pemutusan ikatan kimia atau stimulasi molekul tanpa mengubah sifat kimianya.
Konsentrasi ozon terbesar sekitar 90% berada di stratosfer. Stratosfer adalah lapisan kedua atmosfer bumi yang berada di atas troposfer dan di bawah mesosfer. Fungsi utama lapisan stratosfer adalah melindungi kehidupan di Bumi dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya dari matahari. Stratosfer memiliki lapisan ozon yang menyerap sebagian besar sinar UV-B.
Sisanya 10% berada di troposfer. Troposfer adalah lapisan atmosfer terbawah dari permukaan tanah. Di sini lah manusia, tumbuhan dan hewan hidup berada. Pada lapisan troposfer manusia dan makluk hidup lainnya masih mungkin bernapas, namun semakin ke atas dan mendekati batas troposfer, manusia akan lebih sulit bernapas dan mengalami keringat dingin hingga hipotermia.
Tanpa lapisan ozon, kehidupan di bumi akan terancam, karena paparan UV yang tinggi dapat menyebabkan kanker kulit, merusak sistem imun tubuh dan kerusakan ekosistem.
Persoalan itu menjadi topik utama pembahasan dalam kegiatan “Swara Sore Seru” dalam rangka memperingati Hari Ozon Sedunia 2024 yang berlangsung pada jumat (20/09/2024) sore di NEHA Hub Id ,Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Kegiatan ini berisikan Talkshow edukasi yang bertema “Lindungi ozon kurangi perubahan iklim” diselenggarakan oleh Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Officer Program Lingkungan Dompet Dhuafa.
Diawali dengan pembahasan mengenai kebijakan dan Upaya pemerintah dalam penyelamatan lapisan ozon yang di sampaikan oleh Ibu Ir. Zulhasni, M.Sc (Kepala Sub Direktorat Pengendalian Bahan Perusak Ozon, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
“Pemerintah Indonesia, dari tahun 1992 sudah meratifikasi. Bahan perusak ozon itu, kan, banyak jenisnya. Ada CFC, ada metil kloroform, dan lain-lain. Termasuk bahan pelarut tipe-x yang pernah kita gunakan waktu di sekolah. Itu salah satunya juga. Jadi di kehidupan kita tuh banyak sekali bahan perusak ozon yang kita gunakan. Tapi perlahan-lahan dari tahun 92 itu kita mulai mengurangi penggunaan bahan perusak ozon itu. Dicarilah alternatif penggantinya. Jadi sampai sekarang pun sudah banyak yang sudah kita hentikan penggunaan bahan perusak ozon tersebut,” ucap Zulhasni.
Dari pembahasan yang dibahas dapat disimpulkan bahwa pemerintah telah melakukan upaya mengurangi penggunaan bahan yang mempengaruhi lapisan ozon maka dari itu, kita sebagai masyarakat juga memiliki peran penting dan kontribusi besar dalam menjaga lapisan ozon bagi keberlangsungan hidup manusia.
Selain itu kegiatan ini juga diisi dengan Talkshow dan diskusi dipandu dan dimoderator oleh Dinda Sanaloka (Program & communication Manager Filantropi Indonesia). Pembawaannya yang sangat komunikatif juga interaktif membuat audiens antusias mengikuti kegiatan ini.
Ahmad Baikhaki (Manager Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa) salah satu pembicara pada sesi talkshow dan diskusi menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim, khususnya terkait ancaman radiasi sinar UV yang dapat merusak kulit dan mengancam ketahanan pangan. Ia menyoroti betapa pentingnya kesadaran terhadap lapisan ozon, yang jika tidak dijaga, dapat mempengaruhi sektor pertanian secara signifikan.
“Dalam menghadapi perubahan iklim, kita harus menjaga agar lapisan ozon tidak bocor. Gas-gas seperti CO2 sangat berpotensi merusak lapisan tersebut, dan kita harus terus berupaya untuk menghindarinya,” ucap Baikhaki
“Perubahan iklim bukan hanya soal suhu yang meningkat atau cuaca yang tidak menentu. Ini juga menyangkut ketahanan pangan kita. Jika lapisan ozon rusak, tanaman akan gagal panen, kesehatan masyarakat terganggu, dan krisis ekonomi serta air dan lain sebagainya,” ungkapnya lagi.
Dyah Hastari, mahasiswi dari STIM Budi Bakti adalah salah satu peserta acara menjelaskan bagaimana ia begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini juga banyak mendapatkan ilmu dan insight baru terutama dalam hal perubahan iklim dan pelestarian lapisan ozon.
“Kegiatannya seru. Dapat insight baru tentang perubahan iklim dan ternyata memang bumi ini sedang dilanda oleh krisis iklim. Harapannya dengan DMC membuat kegiatan seperti ini bisa memberikan insight baru khususnya bagi generasi muda untuk menjaga bumi indah, rindang karena bumi cuma satu” Ungkap Dyah
Kondisi terkini lapisan ozon menunjukkan perkembangan yang positif. Setelah penerapan Protokol Montreal, konsentrasi zat perusak ozon seperti CFC (Klorofluorokarbon) telah menurun secara signifikan.
Data satelit terbaru mengindikasikan bahwa lapisan ozon mulai pulih. Meskipun demikian, tantangan seperti perubahan iklim dan zat baru yang berpotensi berbahaya tetap perlu diwaspadai untuk menjaga kesehatan lapisan ozon secara keseluruhan.
Setiap dari kita memiliki peran dalam menjaga bumi, marilah kita bersama-sama menjaga dan melestarikan bumi ini demi kehidupan di masa yang akan datang. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya sekarang. (KF/DMC Dompet Dhuafa)