Sambut Hari Pahlawan, Kesaksian Perempuan Tangguh dalam Penanggulangan Bencana

Tangerang Selatan—Desi Edian Sari, seorang staff Community Resilience and Advocacy di Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa berbagi kisahnya selama menjadi pegiat kemanusiaan di bidang penanggulangan kebencanaan. Sebelumnya ia merupakan relawan penanggulangan bencana yang fokus dalam bidang pendidikan. Awalnya tepat di tahun 2018 ia menjadi relawan guru dalam penanganan pasca-gempa bumi di Lombok tahun 2018.

Dengan menjadi relawan guru ia memberikan edukasi dan hiburang bagi anak-anak penyintas bencana supaya mereka tidak khawatir dan takut akan ancaman bencana alam. Bermain, belajar hingga berbagi kisah menjadi upaya terbaik dalam penanganan Psychological First Aid (PFA) di pasca-bencana.

“Kalau di DMC Dompet Dhuafa sudah memasuki tahun ke-4 sekarang. Namun sebelumnya saya menjadi relawan guru di emergency response gempa bumi yang terjadi di Lombok pada tahun 2018,” imbuh Desi buka pembicaraan saat ditemui di markas DMC Dompet Dhuafa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (09/11/2022).

Enam bulan menjadi relawan, Desi tinggal di pengungsian bersama warga penyintas bencana gempa bumi di Lombok.

Enam bulan bukanlah waktu yang singkat, ia beraktivitas layaknya penduduk lokal. Seperti, tinggal satu atap bersama warga, pergi ke pasar, memasak bersama di dapur umum, makan bersama dan bisa menggunakan bahasa Lombok. 

Tentu saja menjadi relawan pasti ada suka dukanya. Tapi, menurut Desi lebih banyak sukanya. Karena dengan menjadi relawan kita bisa bertemu orang-orang baru, mengenal budaya-budaya baru, cara berkomunikasi yang baru dan menambah ilmu & pengalaman baru.

“Dalam bermasyarakat, seorang relawan lebih banyak belajar daripada membawa pengalaman untuk mereka. Karena mereka lebih tau kondisi wilayahnya, sejarahnya dan lain sebagainya,” lanjut Desi.

Misalnya, mereka memberikan informasi tentang bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan penyandang disabilitas.

Sedangkan, kesulitan menjadi relawan adalah adaptasi terhadap kebiasaan baru yang ada di masyarakat. Di satu sisi warga lokal juga membutuhkan waktu untuk mengenal relawan yang notabene bukan merupakan warga setempat.

Kesulitan yang lain adalah minimnya kepekaan warga terhadap isu bencana alam yang ada di sekitarnya. Mereka menganggap bahwa bencana alam hanyalah suatu kejadian yang terjadi begitu saja tanpa sebab.

Saat ini Desi bersama tim CRA lainnya tengah mengkoordinir program-program penanggulangan bencana dari aspek pengurangan risiko bencana. Contoh membuat sarana media edukasi mitigasi bencana berbasis permainan tradisional maupun modern.

Boardgame, puzzle, ular tangga dan lainnya. Lalu 2020 – 2021, saya dan tim mengembangkan edukasi mitigasi bencana dengan konsep Virtual Reality (VR).  Ini bisa dimanfaatkan langsung oleh semua orang dari segala jenjang usia dan latarbelakang,” pungkasnya.

“Di VR ini menghadirkan mode survivor  atau penyintas bencana alam dan menjadi rescuer  atau relawan tanggap darurat,” lanjut Desi.

Selain itu Desi melanjutkan saat ini tim sedang mengadakan program Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana yang berada di beberapa titik. Salah satunya di komunitas pemberdayaan Sungai Ciliwung. Adapun komunitas itu meliputi komunitas Saung Bambon Riverside (Srengseng Sawah), KPC Kedung Sahong (Lenteng Agung), Ciwilung Muara Bersama – CMB (Tanjung Barat), Padepokan Ciliwung Condet – PCC (Balekambang), dan Kometa (Balekambang).

Dengan kerja sama yang terjalin antara masing-masing komunitas dan DMC Dompet Dhuafa, mereka telah melakukan pembangunan dan renovasi trab terasering, dermaga pangkalan, sarana sanitasi MCK, dan taman baca. Selain itu juga DMC Dompet Dhuafa melalui dukungan masyarakat mampu mengadakan pelatihan siap siaga banjir, penanganan pemadaman kebakaran api ringan dan penanaman pohon di sekitaran bantaran Sungai Ciliwung.

Dengan semangat kuat yang terpancar di komunitas, mendorong Desi dan tim untuk semangat dalam memberikan layanan penanggulangan bencana terbaik di masyarakat.

Dalam menyambut Hari Pahlawan Indonesia yang jatuh pada 10 November. DMC Dompet Dhuafa mengajak masyarakat untuk selalu serta mengapresiasi pahlawan yang berada di sekitarnya. Mulai dari orang tua, kerabat, teman hingga di luar lingkungan terdekatnya, seperti guru dan termasuk juga relawan penanggulangan bencana.

Desi sebagai seorang perempuan yang berjalan di dunia penanggulangan bencana melihat bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang besar dalam turut serta program,-program penanggulangan bencana baik di Indonesia maupun mancanegara.

Peran perempuan diketahui memiliki jiwa melindungi yang tinggi pada anak dan keluarga, sehingga dengan bekal pengetahuan yang memadai perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam membentuk kesiapsiagaan dan ketangguhan terhadap bencana.

Perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan dan wawasannya tentang kesiapsiagaan dan ketangguhan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

Perempuan dapat berperan dari mulai sebelum terjadi bencana dengan persiapan di tingkat keluarga dan komunitas. Saat terjadi bencana, perempuan juga dapat membantu evakuasi dan pertolongan pertama serta juga dapat memastikan kebutuhan-kebutuhan spesifik berbasis gender, hingga pascabencana seperti pemulihan ekonomi dan kesehatan mental.

Tidak hanya melakukan respon terhadap bencana, Desi juga membangun masyarakat untuk tangguh bencana. Khususnya kepada perempuan dan anak-anak kecil.

“Senyum dan semangat warga penyintas untuk melewati semua cobaan bencana alam merupakan salah satu motivasi dan sebagai penyemangat Desi untuk selalu setia menjadi relawan bencana,” tutup Desi.

Penulis: Amira Nissa Umniyya

Fotografer: DMC Dompet Dhuafa

Editor: Arifian Fajar Putera/ DMC Dompet Dhuafa