Sumur Bor Muara Gembong: Mengairi Kehidupan, Membawa Harapan

Bekasi—Rabu (23/01/2024) Warga Desa Pantai Harapanjaya bersama Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa membangun sumur bor di Musholla Al Hikmah, Kampung Bulak, Desa Pantai Harapanjaya, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.

Warga berbondong-bondong saling membahu membuat sumur bor yang dimanfaatkan satu desa sebagai alternatif sumber air bersih.

Tingkat kedalaman sumur bor mencapai 80 meter. Pengeboran hingga tingkat kedalaman demikian lantaran untuk menghindari air permukaan tanah atau air sungai yang sudah tercampur air laut.

“Airnya tidak terlalu payau,” ujar salah seorang warga saat mengusapkan air dari sumur bor ke permukaan wajahnya.

Kondisi air sungai yang payau mengharuskan warga untuk merogoh kocek untuk membeli air bersih dari tukang air keliling.

Alhasil warga Desa Pantai Harapanjaya hanya memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan non-konsumsi, seperti mencuci baju dan mandi, bahkan menyirami tanaman.

Dalam Kajian Risiko Bencana Kabupaten Bekasi 2017-2021 wilayah Kecamatan Muara Gembong termasuk ke dalam wilayah dengan potensi luas bahaya yang tinggi atas ancaman bencana alam banjir, cuaca ekstrim, kekeringan, gelombang ekstrim dan abrasi.

Penduduk yang terpapar akibat bencan alam di atas juga termasuk dalam kategori yang tinggi.

Atas hal ini, DMC Dompet Dhuafa memutuskan bersama warga untuk menggencarkan program Kawasan Tanggap dan Tangguh Bencana (KTTB) di Kecamatan Muaragembong. Sebuah program perencanaan dan pengelolaan yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana di sekitarnya.

Sebelumnya DMC Dompet Dhuafa bersama mitra penyelenggara Indofest dan Mangrove Jakarta telah melakukan penanaman mangrove di Desa Pantai Bahagia.

Ekosistem mangrove di Muara Gembong, sudah terdegradasi.  Luas hutan mangrove alami di Muara Gembong 10.480 hektar. Namun, luas tutupan hutan sangat berkurang, sekitar 93,5 persen menjadi tambak dan lahan pertanian masyarakat.

Padahal hutan mangrove, mempunyai peranan sangat penting mencegah pengikisan pantai oleh gelombang air laut dan ekosistem mangrove juga produsen utama sektor perikanan.

Sekitar 23 juta orang di pesisir Indonesia diperkirakan harus menghadapi ancaman banjir laut tahunan pada tahun 2050 akibat peningkatan ketinggian muka air laut yang disebabkan perubahan iklim abad ini.

“Akan ada beberapa rekomendasi program untuk penguatan lembaga (Forum Pengurangan Risiko Bencana/ FPRB), peningkatan kapasitas tim dan pembangunan infratruktur kesiapsiagaan dari ancanam/ potensi bencana (plang jalur evakuasi, titik kumpul, dll),” terang Abdul Azis selaku PIC KTTB Muara Gembong yang merupakan staf Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa.

Kawan Baik, mari kita doakan bersama dan rapatkan barisan untk mewujudkan masyarakat yang tanggap dan tangguh hadapi bencana. Hanya dengan demikian, kita bisa berikhtiar untuk menekan angka dampak kerusakan akibat bencana alam. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (AFP/DMC Dompet Dhuafa)