Guys, did you know sekitar satu miliar anak-anak di seluruh dunia berada di posisi rentan terdampak bencana. Saat ini ada 195 total negara di dunia, dengan demikian ada lima juta anak di setiap negara yang rentan terdampak bencana.
Saat terjadi bencana, anak-anak kehilangan akses untuk mengenyam pendidikan, kebutuhan pangan dan pelayanan kesehatan.
Anak-anak juga rentan kehilangan akses layanan dan perlindungan sosial, di tengah situasi bencana yang belum kondusif. Kerentanan ini berkali-kali lipat bagi anak-anak disabilitas dan hidup di bawah kemiskinan.
Lalu mind blowing-nya sebanyak 43,1 juta anak-anak dalam 44 negara selama periode enam tahun rentan mengungsi akibat bencana.
Artinya 20.000 anak-anak mengungsi setiap harinya, menurut laporan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF). Di Indonesia sendiri ada 960.000 anak-anak yang mengungsi akibat cuaca ekstrem terbanyak sepanjang 2016-2021.
Dengan besarnya rentan anak-anak terdampak bencana, peran pemerintah, pebisnis, akademisi, media dan komunitas masyarakat sangatlah penting untuk menunjang kesejahteraan dan keselamatan anak-anak, bahkan untuk peradaban itu sendiri.
Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan, misalnya melakukan donasi. Dalam laporan Charities Aid Foundation yang berjudul World Giving Index (2024), Indonesia berada di peringkat nomor 1 sebagai negara yang paling dermawan secara keseluruhan.
Indonesia berada di peringkat nomor 1 sebagai negara yang paling banyak mendonasikan uang untuk membantu dan meluangkan waktu menjadi relawan kemanusiaan.
Negara dengan 10 urutan teratas paling dermawan adalah Indonesia, Kenya, Singapura, Gambia, Nigeria, Amerika, Ukraina, Australia, Uni Emirat Arab, dan Malta.
Meski daya donasi negara Indonesia tinggi, tetapi taraf hidup, mitigasi dan kesejahteraan—baik dari segi keamanan dan jaminan—masih jauh dari sempurna.
Salah satunya kurang maksimalnya kekuatan dermawan tersebut adalah anak-anak masih menjadi korban akibat bencana, misal pada gempa bumi di Cianjur yang menelan korban 100 anak. Dua tahun sebelum gempa bumi Cianjur, terhitung ada 39 anak meninggal pada Januari hingga Februari pada 2020. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)