Bagaimana Jadinya Apabila Tidak Ada Listrik di Dunia?

Perkembangan teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan era globalisasi ini. Manusia dari berbagai dunia tentunya memang sudah terpengaruhi dengan hadirnya teknologi.

Lalu, apa jadinya jika di kehidupan ini tidak ada teknologi? Akankah manusia dapat menjalani kehidupannya seperti sekarang? Akankah dunia ini dapat maju tanpa adanya teknologi?

Jika teknologi tidak hadir dalam kehidupan ini, tentunya semua akan terasa cukup sulit. Dapat dibayangkan, jika Thomas Alva Edison dan Michael Faraday tidak berhasil menemukan listrik. Akankah pada waktu malam kita dapat saling melihat tanpa adanya penerangan dari lampu? Bisa, namun hanya penerangan dari sinar bulan saja.

Salah satunya adalah hadirnya listrik yang sangat membantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Listrik merupakan faktor penentu kemajuan peradaban sebuah negara. Tidak ada satupun kebutuhan masyarakat yang tidak tersentuh listrik baik di desa apalagi di perkotaan.

Nah selanjutnya, siapa sih masyarakat zaman sekarang yang tidak mengenal internet?

Yap, internet adalah sumber informasi yang mudah untuk diakses, dengan adanya internet dapat membantu manusia dengan mudah mengakses informasi dan saling berkomunikasi dengan manusia lainnya dari berbagai belahan dunia.

Lalu, apa jadinya jika tidak ada listrik dan internet di Dunia ini?

Masyarakat di dunia akan sulit mendapatkan informasi. Salah satunya adalah informasi terkait mitigasi bencana, yakni sebelum hingga pasca bencana.

Nah, di sinilah teknologi informasi berperan penting dalam menanggulangi bencana bahkan memberikan peringatan awal sebelum terjadinya bencana.

Sebelum adanya listrik dan internet, masyarakat menggunakan kentongan dan telepon satelit untuk memberikan peringatan dini akibat bencana alam.

Melansir dari Kominfo.go.id,  setelah bencana gempa berkekuatan 7,4 magnitudo di Donggala dan disusul tsunami di Palu dan Mamuju, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/21), jaringan telekomunikasi terputus karena ketiadaan pasokan listrik PLN serta terputusnya kabel fiber optik.

Selama pemulihan jaringan telekomunikasi, Kominfo mengoptimalkan penggunaan telepon satelit. Perangkat itu dinyatakan sangat efektif untuk membantu proses koordinasi dan komunikasi di daerah lokasi bencana.

Telepon satelit memiliki jangkauan yang luas, dapat digunakan di daerah pegunungan, pedalaman hingga di tengah lautan yang sulit mendapatkan jaringan sinyal BTS (Base Transceiver Station) sekalipun.

Selain itu, pengalaman penggunaan layanan satelit dalam memudahkan penanggulangan bencana bisa dilihat ketika bencana erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12/21).

Usai erupsi, seluruh jaringan komunikasi terputus, namun para relawan maupun para penyintas tidak habis akal untuk mengoptimalkan tentang bagaimana mereka bisa saling berkomunikasi dengan sanak keluarga yang lain.

Selain layanan satelit, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selalu menekankan kepada masyarakat untuk memanfaatkan berbagai peralatan peringatan dini berbasis kearifan lokal. Misalnya, kentongan.

Sejak dahulu kentongan sudah menjadi salah satu alat komunikasi maupun alat tradisional yang digunakan untuk menyebarluaskan peringatan dini kepada masyarakat dalam satu lingkungan.

Saat ini kentongan pun juga masih efektif jika dioptimalkan sebagai salah satu alat peringatan dini karena bunyi kentongan cukup khas. Kalau bunyi sirene bisa dari apa saja, namun kalau bunyi kentongan tetap khas.

Cara tersebut juga untuk menyiasati sistem peringatan dini berbasis teknologi yang masih terbatas. Maka ada baiknya pemanfaatan kentongan dioptimalkan lagi sebagai tanda atau peringatan dini dalam mengantisipasi kebencanaan.

Jadi, masyarakat dimudahkan untuk mitigasi bencana dengan cepat dan sigap. Bencana alam memang tidak dapat dicegah dan diprediksi, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat meminimalisir kerugian akibat bencana, baik kerugian materi dan kerugian jiwa.

Nah, kalo kamu gimana? Apakah sudah memanfaatkan listrik dan internet dengan baik dan bijak dalam mencari dan mengelola informasi kebencanaan saat ini?