Cianjur, Jawa Barat—Lusinda Pebrian (24) salah seorang relawan medis Dompet Dhuafa dalam percepatan penanganan gempa bumi Cianjur menceritakan pengalamannya selama menangani penyintas di Cianjur.
Ia merupakan warga asli Cianjur. Meski bukan termasuk penyintas, ia bisa merasakan penderitaan warga Cianjur yang terdampak akibat hentakan gempa bumi yang terjadi pada Senin lalu (21/11/2022).
Tetapi lain cerita bagi saudaranya yang di Kampung Sarampad. Saudaranya kini tengah mengungsi di rumahnya yang jauh dari titik kerusakan gempa bumi.
“Keluarga aman karena jauh dari titik gempa. Tetapi saudara di Kampung Sarampad sedang mengungsi di rumah saya,” imbuhnya pada Sabtu (03/12/2022).
Selama menjadi relawan medis Dompet Dhuafa ia sudah sering melihat luka dan duka yang dialami penyintas. Mulai dari kondisi patah tulang, pembengkakan dan kondisi lainnya. Sehingga hal ini membuat ia semakin semangat dalam membantu saudara-saudaranya di CIanjur.
“Karena panggilan kemanusiaan. Jad semakin merasa tergerak gitu,” ujarnya.
Ia menuturkan bahwa kondisi penyintas masih mengalami trauma. Sebagian mereka masih merasa cemas. Akibat gempa susulan, hujan dengan intensitas tinggi dan lainnya.
Namun di satu sisi, ia melihat penyintas sangat merasa terbantu dengan layanan medis Dompet Dhuafa.
Ia sangat perihatin dengan kondisi rumah penyintas yang rusak dan harus menetap di posko pengungsian. Mereka harus bertahan dengan kondisi yang terbatas dan seadanya. Tetapi berkat bantuan relawan kemanusiaan, setidaknya di kala sulit seperti ini, mereka masih bisa bertahan hidup dan melewati masa sulit.
“Melihat kondisi rumahnya patah dan listrik yang padam. Saya terketuk merasakan di posisi itu: bagaimana rasanya ditinggali orang tuanya. Saya sangat perihatin ketika melihat anak-anaknya yang orang tuanya meninggal,” terangnya mencoba mengingat.
Dalam penutup perbincangan dengan Lusinda ia masih berharap bahwa jerih payah dia dan semangat dia bisa membantu semua penyintas yang ada. Dengan demikian warga Cianjur bisa berdiri kembali menghadapi hidup dengan gagah dan sebagaimana mestinya.
“Saya belum merasa puas jika belum membantu semua penyintas,” gelora Lusinda.