Lagi-lagi Sampah Plastik Jangkit Tempat Wisata di Indonesia

Jakarta–Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) melaporkan temuan hasil pemilahan sampah yang dilakukan dalam acara Voluntrip Waste Summit yang dilakukan secara bergilir pada bulan Agustus – Oktober 2023 di 11 provinsi di Indonesia.

Kegiatan tersebut melibatkan 800 relawan dan 100 kolaborator serta berhasil mengumpulkan 2 ton sampah di tempat-tempat rekreasi di Indonesia.

Sampah jenis Low Density Polyethylene, seperti sampah kemasan plastic, botol-botol lembut, kantong kresek dan plastic tipis lainnya, merupakan sampah terbanyak yang ditemukan.

Kemudian diikuti oleh sampah jenis Polyethylene Terephthalate, seperti sampah botol air minum ringan dan air minum kemasan.

Secara garis besar sampah terbanyak merupakan sampah jenis produk kemasan makanan dan minuman.

Dengan demikian, seiring tingginya pola hidup konsumsi masyarakat, maka sampah yang dihasilkan juga akan meningkat.

Hal ini disampaikan oleh Akbar Saddam selaku Plt. GM Komunikasi dan Kemitraan DMC Dompet Dhuafa dalam talkshow bertajuk “Youth-Led Waste Revolution” dalam rangkaian acara Green Press Community yang diinisiasi oleh Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail Jakarta Selatan.

“Terlepas itu, kita harus apresiasi bagi pihak pengelola destinasi wisata yang telah melakukan pengecekan ketat terkait (potensi) sampah yang dibawa,” ujarnya.

“Pernah ada suatu tempat wisata, kami dicek membawa barang sampah apa saja. Maka ketika kami hendak pergi/pulang dari tempat wisata tersebut, maka jumlah barang yang dibawa harus sesuai,” sambung Akbar.

Perlu diketahui bahwa sampah plastik berbahaya bagi kehidupan. Sampah plastik dalam ukuran kecil atau yang disebut mikroplastik kerap dikonsumsi hewan-hewan sekitar.

Ketika hewan-hewan tersebut disajikan di meja makan manusia, maka tidak dipungkiri bahwa manusia juga akan mengonsumsi mikroplastik tersebut.

Dampak mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia adalah dapat terendap di saluran pernapasan, saluran pencernaan dan di organ lain.

Endapan mikroplastik dalam tubuh merupakan endapan benda asing yang tidak dapat dicerna atau diserap oleh tubuh. Ini dapat menimbulkan iritasi.

Bila dibiarkan terlalu lama maka akan terjadi peradangan yang dapat memicu timbulnya tumor bahkan kanker.

Di sisi lain pengelolaan sampah yang tepat juga harus dipertahankan. Pengelolaan sampah yang salah harus segera ditindak dan diubah cara pengelolaannya.

Salah satu pengelolaannya misalnya membakar sampah. Pembakaran sampah berbahaya karena itu menyumbang emisi gas rumah kaca dan gas dioksin.

Dioksin berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, antara lain dapat memicu kanker, alergi, merusak susunan saraf dan dapat mengganggu sistem endoktrin yang menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan.

Turut hadir dalam acara Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah, DItjen PSLB3 KLHK RI dan Prigi Arisandi selaku Pendiri Yayasan Ecoton.

Atas dasar ini DMC Dompet Dhuafa mengajak adanya kolaborasi kepada multi-stakeholders untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat serta juga memperkuat regulasi pemerintah terkait pengelolaan sampah kemasan plastik sekali pakai di area public, khususnya di destinasi wisata.

Selain itu juga DMC Dompet Dhuafa akan melakukan Waste Management di Maluku Utara, dan di Lombok bekerja sama dengan pemerintah serta pengelola setempat. Hal ini merupakan komitmen DMC Dompet Dhuafa dalam mengatasi masalah sampah dan menghadirkan solusi berkelanjutan.

Kenyataan ini juga untuk mendorong agar produsen-produsen dapat bertanggung jawab dengan menghadirkan solusi yang nyata terkait pengelolaan sampah kemasan plastik sekali pakai untuk makanan & minuman yang telah diproduksi melalui program keberlanjutan yang berkolaborasi dengan multi stakeholders. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.