Jakarta—Menurut data dari Global Burden of Disease/ GBD (2019), Indonesia berada di peringkat keenam di antara negara yang memiliki tingkat kematian akibat kebakaran.
Peringkat pertama diduduki oleh Libya, kedua dipegang oleh nilai kematian rata-rata di dunia, ketiga Amerika Serikat, keempat Brazil, kelima China, dan keenam Indonesia.
Masih dalam GBD, usia penduduk yang paling banyak meninggal akibat kebakaran yakni berada di usia 15 -49 yakni 539 kematian. Disusul oleh penduduk usia 50-69 dengan total 362 kematian, kemudian usia di atas 70 dengan total kematian 283, lalu di bawah 5 tahun dengan total kematian 206, dan terakhir mereka yang berusia 5 – 14 dengan total kematian 64. Total ada 1.454 jiwa yang meninggal akibat kebakaran dan peristiwa sejenisnya.
Bahkan dalam laporan Fire and Burn Prevention 2021 Resource Guide dari Children’s Safety Network mencatat hampir 300 anak dan remaja meninggal akibat kebakaran atau luka bakar setiap tahunnya dan lebih dari 100.000 dirawat di rumah sakit atau dirawat di unit gawat darurat.
Atas kenyataan di atas Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa mengadakan “Sosialisasi dan Pembelajaran Mitigasi Bencana di Pusat Kota” di SDN Ragunan 01, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan pada Jumat (27/01/2023). Mulai dari pelatihan pemadaman api skala kecil, simulasi gempa bumi hingga pengenalan tentang perubahan iklim di Indonesia.
“Alhamdulillah hari ini dilaksanakan sosialisasi kebencanaan. Tujuannya agar seluruh siswa ini mengenal dan paham. Kemudian mampu mempkratikan (upaya mitigasi) ketika terjadi gempa bumi. Sehingga anak-anak nanti mampu melindungi diri dan menyelamatkan diri. Baik di sekolah, di rumah maupun di jalanan,” terang Yulia Kratiningsih selaku Kepala Sekolah SDN Ragunan 01.
Salah satu peserta bernama Kayla dari kelas V-C menuturkan bahwa kegiatan seperti ini sangat menarik. Selain menambah ilmu mereka juga bisa menambah keterampilan untuk keselamatan diri mereka atas peristiwa kebakaran maupun bencana alam seperti gempa bumi.
“Belajar tentang bencana alam, upaya menghindari (memitigasi) seperti apa. Contoh gempa bumi, saat terjadi gempa bumi kita harus melindungi kepala kita menggunakan tas atau tangan,” ujar Kayla.
“Selain itu kita diajarkan memadamkan api dengan cara memakai kain basah untuk memadamkan api mulai dari sisi api yang tidak terlalu besar”.
“Jujur, seru banget dan kita belajarnya enak. Kakak-kakaknya juga seru-seru dan baik-baik banget,” tutup Kayla.
Mari wujudkan Indonesia Berdaya Hadapi Bencana. Kita bisa memulai dan belajar secara perlahan-lahan namun dengan pasti, kita bisa menjadi agen penanggulangan bencana di lingkungan sekitar kita.
“Semoga Indonesia Berdaya Hadapi Bencana dan semua masyarakat dari berbagai jenjang usia mampu memliki kesadaran dan keterampilan dalam melakukan upaya mitigasi terhadap segala macam bencana alam,” terang Ahmad Lukman selaku Manager Humanitarian Academy DMC Dompet Dhuafa. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)