Nanik Pujiyanti: Penampungan Air Hujan Membawa Harapan

Gunungkidul, DIY—  Rabu (17/01/2024) “Sudah ada itu dari DMC bikin penampungan, jadi masyarakat sedikit agak tenang, ada harapan, tidak bakal kehabisan air,” ujar Nanik Pujiyanti salah satu warga Dusun Gagan, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul.

Sore itu Nanik, seorang ibu rumah tangga tengah menemani anaknya dalam kegiatan mengaji di Masjid Miftahul Huda, Dusun Gagan, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kala itu tim Disaster Management Center (DMC) tengah bertemu Ibu Nanik di bulan Desember 2023.

Di mana bulan tersebut sedang memasuki masa peralihan antara musim kemarau menuju musim hujan, sehingga hujan masih belum sederas di bulan Januari 2024 ini.

Kunjungan kala itu tim sedang melakukan monitoring evaluation bahwa program yang sudah diberikan itu terawat dan terjaga dengan baik.

Apabila ditemukan kekurangan, maka tim DMC Dompet Dhuafa akan segera melakukan perbaikan.

Bersama warga Dusun Gagan, DMC Dompet Dhuafa mendampingi program pembuatan Penampunan Air Hujan (PAH) yang terpasang di Masjid Miftahul Huda.

Pemilihan lokasi instalasinya di masjid, lantaran masjid merupakan fasilitas publik yang mampu merekatkan insan-insan yang sedang gundah gulana atas kekeringan yang kerap melanda wilayah mereka.

Terdapat dua tandon dengan masing-masing mampu menampung 2000 liter air hujan. Air hujan ini terkumpul melalui talang air hujan di pinggir atap masjid kemudian mengalir ke tandon pertama dan lanjut ke tandon kedua.

Di bagian keran dilengkapi dengan alat filterisasi air hujan selama dua kali, sehingga dipastikan air hujan sudah bisa digunakan dengan baik.

Air hujan digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci pakaian, wudhu, mandi dan menyiram tanaman.

“Sangat membantu bagi saya, karena (bulan-bulan) sebelumnya memasuki musim kemarau jadi tidak ada air sama sekali, untuk mengambil air di sini juga sama sekali susah (karena lokasi sungainya jauh),” terang Nanik.

“(Bermanfaat) untuk wudhu, menyirami tanaman dan lainnya,” sambung Nanik.

Nanik sebagaimana warga lainnya memiliki sumber mata air atau akses air bersih, namun tidak semewah atau melimpah seperti warga yang hidup di kota.

Sehingga ia harus menunggu lama untuk bisa menggunakan air di rumahnya untuk aktivitas sehari-hari.

“Punya mata air kecil, mata airnya tidak setiap hari ada. Saya ambilnya sehari sekali, tunggu sampai penuh,” imbuh Nanik.

“Selain itu warga juga menyambungkan selang dari sungai/kali trus sampai rumah, namun itu agak jauh. Jadi selangnya bermeter-meter panjang,”

Meski begitu, ketersediaan air tetaplah minim. Sehingga di wilayah Dusun Gagan juga terdampat sumur bersama, namun itu harus mengantri demi untuk dapatkan air bersih.

Lantaran kondisi sumur juga tidak lebih baik dari sumber mata air yang dimiliki warga.

Alhasil, ketika ada warga yang kekurangan air, maka tetangga-tetangganya akan saling membantu untuk memberikan ketersediaan air bersihnya kepada orang lain.

“Bagi-bagi mas airnya, tetapi tidak banyak (yang bisa dikasih karena pasokan juga terbatas). Kalau di rumah saya lagi ada (air), maka saya persilahkan untuk ambil,” akunya.

“Kalau kemarau, insyallah tidak kehabisan, hanya mengirit saja,” ungkap Nanik mencoba optimis.

Sejauh ini alhamdulillahnya belum ada kecelakaan atau masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kekeringan.

Kekeringan di sini biasanya menyebabkan kualitas panen menurun atau bahkan pada titik ekstrem, menjadi gagal panen.

Ketika gagal panen melanda, warga akan mengandalkan ketersediaan pangan yang ada diperjualbelikan di pasar.

Cukup ironis, warga yang terbiasa bertani menanam dan menghasilkan pangan yang berkualitas, harus menggantungkan nasibnya dari pangan orang lain.

“Gagal panen sering. Sakit sih belum ada. Panennya hanya menunggu hujan. (Ketika gagal panen) kita paling beli (untuk menutupi kebutuhan pangan),” pungkas Nanik.

Nanik bersyukur atas hadirnya DMC Dompet Dhuafa di Dusun Gagan, karena sudah bersedia mendampingi warga untuk mencari solusi atas kekeringan yang melanda wilayah mereka.

“Sudah membantu saja sudah senang banget,” tutup Nanik.

PAH di Dusun Gagan merupakan ikhtiar DMC Dompet Dhuafa bersama warga sekitar dalam mengantisipasi bencana kekeringan yang terus-menerus menghantui.

Pada tahap akhir, PAH akan dilengkapi dengan filter dan dukungan riset yang mampu membuat air hujan bisa dikonsumsi dengan aman.

Maka dari itu mari turut bergerak bersama DMC Dompet Dhuafa dalam konservasi dan kelestarian pasokan air. Air adalah dan Untuk Kehidupan. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)