Gunungkidul, Yogyakarta-Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa saat ini sedang membangun Kawasan Tangguh Tanggap Bencana (KTTB) di empat titik wilayah Indonesia salah satunya di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (13/01/2023).
Di tahun 2022, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa merencanakan empat titik lokasi Kawasan Tanggap dan Tangguh Bencana. Pertama, ada di Kabupaten Pacitan tepatnya di Desa Sidomulyo. Kedua, ada di Ciliwung. Ketiga, di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, dan Keempat, di Desa Kaliurang.
Program Kawasan Tangguh Tanggap Bencana (KTTB) Gunungkidul ini tepatnya berada di Dusun Macan Mati dan Dusun Kadisobo di Desa Girimulyo, serta Dusun Gagan di Desa Pengkol.
Tepatnya empat tahun lalu, Gunungkidul mengalami kekurangan air dan hanya mengandalkan air tangki dari bantuan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dari lembaga-lembaga tertentu.
Pada masyarakat Kabupaten Gunungkidul, air yang digunakan untuk kebutuhan domestik berasal dari air tanah dan air hujan.
“Bercerita tentang air, sumber mata air tentunya kita adakan konservasi, harapan kita dengan adanya pohon-pohon air bisa meresap ke dalam tanah,” jelas Sukiyana selaku Ketua Penggiat Lingkungan Hidup Dusun Gagan.
“Untuk yang saat ini, seperti biasa kalau di musim kemarau itu airnya semakin berkurang tetapi tidak sampai habis. Kalau musim penghujan seperti ini air melimpah tetapi kualitas airnya berasal dari air tanah yang kurang layak dikonsumsi,” lanjutnya
Indonesia memiliki bentang alam Karst yang bercirikan tropik yang khas dan unik di dunia, kawasan Karst yang membentang di Pulau Jawa terutama di bagian selatan disebut Karst Gunung Sewu. Karst Gunung Sewu merupakan aset bertaraf internasional berdasarkan tipologi karst (holokarst-tropik) dan kelas karst (kelas i,ii).
Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi bentang alam Karst. Kawasan bentang alam Karst Gunung Sewu di Gunungkidul merupakan ekosistem yang unik dan menjadi bagian kekayaan wisata alam unik yang memperkuat daya tarik kawasan itu, bahkan termasuk cagar geopark yang diakui UNESCO seperti lembah Karst Mulo.
Meski demikian, Kawasan Karst memiliki potensi sumber air tanah yang melimpah. Air tanah tersebut terkonsentrasi pada lorong-lorong atau retakan yang ada di bawah tanah.
Salah satu keunggulan dari mata air Karst adalah waktu tunda yang panjang antara hujan hingga keluar ke mata air sehingga beberapa mata air Karst akan memiliki debit yang besar saat musim hujan.
Dulu kurang lebih dua tahun lalu, Kabupaten Gunungkidul melakukan dropping air sampai 30 tangki air. Karena di wilayah Padukuhan Gagan terdapat 140 Kepala Keluarga yang membutuhkan kualitas air bersih.
Sumanto selaku Ketua Seksi Bidang Konservasi Dusun Gagan menuturkan bahwa Dusun Gagan sangat terbantu dengan hadirnya sumur bor dari DMC Dompet Dhuafa.
“Semenjak hadirnya DMC di Padukuhan Gagan, Alhamdulillah kemarin dibantu ada sumur bor yang sampai sekarang kita bisa menikmati hasilnya. Jadi untuk kebutuhan air masih diambang aman,” kata Sumanto.
“Harapannya dengan adanya pembimbingan dan bantuan, kita bisa mandiri. Selain mandiri di dalam bidang pelestarian alam dan kita bisa mandiri tentang bagaimana cara kita mendapatkan air, cara menghemat air agar dusun kami tidak mengandalkan bantuan dari orang lain. Justru kalau bisa dusun kami yang bisa membantu warga lain,” lanjut Sukiyana.
“Harapannya di program KTB Gunungkidul ini, kita punya mimpi masyarakat di sana tidak lagi mengalami kekeringan. Kita bisa memaksimalkan goa atau sumber-sumber air yang ada di sana dan juga kita bisa melakukan konservasi agar kemudian sumber-sumber air itu tetap lestari dan melimpah,” terang Ahmad Baihaqi selaku Manager Program Commmunity Resilience and Advocacy.
“Dan kemudian kami (DMC Dompet Dhuafa) mengucapkan terima kasih kepada donatur yang terlibat atas Program KTB Gunungkidul,” tutup Baihaqi. (AMR/ DMC Dompet Dhuafa)