Negara di Wilayah Asia Memiliki Ancaman Bencana Banjir Paling Tinggi Sedunia

Dalam satu studi yang berjudul Flood Exposure and Poverty in 188 Countries(2022) menemukan negara di wilayah Asia merupakan yang paling rentan terhadap risiko bencana banjir.

Mulai dari peringkat teratas populasi negara yang terancam banjir adalah Cina (394,8 juta jiwa), India (389,8 juta jiwa), Bangladesh (94,4 juta jiwa),  Indonesia (75,7 juta jiwa),  Pakistan (71,8 juta jiwa), Vietnam (45,5 juta jiwa), USA (42,6 juta jiwa), Nigeria (39 juta jiwa), Mesir (38,9 juta jiwa), dan Jepang (36,1 juta jiwa).

“India dan Cina, memiliki jumlah populasi tertinggi yang terancam bencana banjir dengan masing-masing 390 juta dan 395 juta, dan menyumbang sekitar sepertiga dari semua orang yang terpapar risiko banjir secara global. Kondisi geografis dan urbanisasi menjadi penyebab tingginya ancaman yang dihadapi,”tulis dalam laporan (Rentschler dkk, 2022: 3).

Kondisi geografis dan pola urbanisasi jadi faktor yang relatif dalam tingginya ancaman banjir. Risiko banjir fluvial mendominasi di daerah di mana populasi besar terkonsentrasi di daerah aliran sungai dataran rendah, seperti Brahmaputra (Bangladesh), Efrat dan Tigris (Irak), Irrawaddy (Myanmar), Indus (Pakistan), Mekong (Kamboja, Laos, Vietnam), dan Nil (Mesir, Sudan Selatan).

“10 negara teratas yang paling besar terancam bencana banjir merupakan negara-negara di mana penduduknya memutuskan hidup dan tinggal berdekatan dengan sungai (mis., Bangladesh, Mesir, Vietnam) atau di wilayah pesisir (mis., Indonesia, Jepang),” (Rentschler dkk, 2022: 4).

Adapun persentase populasi yang terancam bencana banjir fluvial adalah Bangladesh (44,5%), Mesir (38,7%), Irak (33,6%), Vietnam (32,4%), Laos (31,1%), Myanmar (27,5%), Pakistan (26,9%), Kamboja (25,4%), Sudan Selatan (24,5%), dan Thailand (23,2%).

Banjir pluvial memiliki faktor risiko geografis di pegunungan di mana kapasitas drainase alami lebih terbatas dan risiko banjir bandang meningkat (misalnya, Nepal, Andorra), atau di musim hujan intens yang melebihi kapasitas drainase dan ketersediaan wilayah resapan air (misalnya, Bangladesh, Guyana, Myanmar , Suriname).

Tercatat persentase populasi yang terancam bencana banjir pluvial adalah Guyana (30,8%), Suriname (30,5%), Bangladesh (26%), Myanmar (25,6%), Kamboja (25,2%), Timor Leste (23,5%), Filipina (23,5%), Laos (22,2%), Nepal (21,6%), dan Indonesia (21,3%).

Banjir rob mendominasi di negara-negara dengan urbanisasi pesisir yang luas (misalnya, Guyana, Vietnam) dan negara-negara kepulauan (misalnya, Bahama, Fiji). Terhitung persentase populasi yang terancam bencana banjir rob adalah Belanda (45,5%), Vietnam (15,5%), Jepang (13,1%), Fiji (10%), Bahama (6,6%), Guyana (6,3%), Myanmar (5,8%), Bangladesh (5,8%), Cina (5,8%), dan Islandia (5,2%).

Populasi yang terpapar banjir di negara-negara berpenghasilan tinggi lebih mungkin diuntungkan dengan mapannya suatu sistem perlindungan atau mitigasi terhadap banjir, bantuan sosial pascabencana, dan dukungan manajemen risiko lainnya.

Ancaman terdampak bencana banjir paling umum terjadi di negara berkembang, karena negara-negara berpenghasilan rendah/miskin dan menengah adalah rumah bagi 89% dari populasi dunia yang terkena banjir. Secara global, 170 juta hingga 780 juta orang terpapar ancaman banjir sekaligus hidup dalam kemiskinan.

Penduduk Belanda meskipun tinggal di daerah berisiko banjir, investasi skala besar dalam infrastruktur perlindungan banjir telah memungkinkan mereka untuk mengurangi risiko. Demikian pula, populasi yang terpapar banjir di Kanada atau Jepang lebih mungkin memiliki akses ke sistem dukungan pemerintah yang cepat dalam situasi pascabencana dibandingkan dengan orang-orang di Malawi atau Bangladesh.

Sedangkan Vietnam, di mana 46% penduduknya berada di zona banjir, adalah negara dengan salah satu upaya mitigasi banjir terbaik di antara negara berkembang lainnya. Sistem tanggul lautnya yang luas membentang lebih dari 2.600 kilometer, melebihi infrastruktur pelindung banyak negara lain.

Negara dengan jumlah penduduk miskin yang terancam banjir yakni India (65,6 juta), Nigeria (15,2 juta), DR Congo (11,9 juta), Bangladesh (7,5 juta), Sudan Selatan (4,6 juta), Cina (4,3 juta), Tanzania (3,9 juta), Madagascar (3,9 juta), Mozambique (3,2 juta), Ethiopia (2,8 juta). Adapun kemiskinan ini didefinisikan dengan besarnya konsumsi perhari yakni hanya US$1.90 atau setara Rp30.000.

Sejarah telah membuktikan banjir memberikan dampak kerusakan yang berjangka panjang di masyarakat berpenghasilan rendah/ miskin. Dalam masyarakat dengan penduduk berpenghasilan rendah atau termasuk dalam masyarakat miskin, bangunan dan aset yang berkualitas rendah akan mengalami kerusakan dan kehancuran yang tinggi.

Perencanaan tata kelola ruang yang tidak memadai dan infrastruktur drainase memperburuk tingkat ancaman bencana. Selain itu kurangnya perbankan formal yang tersebar luas mengakibatkan orang tidak dapat memanfaatkan tabungan aset likuid (liquid saving) atau kredit yang terjangkau untuk mengatasi dan memulihkan kehidupan pasca-bencana.

Terakhir sistem tatanan sosial yang belum memiliki sumber daya yang cukup dan jangkauan yang luas dalam meningkatkan kembali kehidupan masyarakat terdampak bencana.

Perubahan iklim dan pola urbanisasi yang berisiko diperkirakan menjadi faktor yang akan memperburuk ancaman bencana banjir di tahun-tahun mendatang. Namun, ketika memprioritaskan investasi perlindungan banjir, sebagian pihak akan lebih cenderung melakukan investasi tersebut di negara-negara berpenghasilan tinggi dan pusat-pusat ekonomi. Sedangkan negara yang mayoritas berpenghasilan rendah atau miskin akan cenderung terabaikan.

Sejalan dengan data yang terpapar di atas, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa berkomitmen dalam memberikan pelayanan penanggulangan bencana dalam satu siklus kebencanaan. Mulai dari pra-bencana, saat tanggap darurat bencana, dan pasca-bencana. Bagi yang tertarik untuk melakukan kerja sama dengan DMC Dompet Dhuafa dapat menghubungi hotline WA di 08116116916 atau menghubungi lewat surat elektronik di dmc@dompetdhuafa.org. Berdaya Hadapi Bencana, Karena Bumi Cuma Satu.

Sumber:

Rentschler, Jun,  Melda Salhab, dan Bramka Arga Jafino. 2022. Flood Exposure and Poverty in 188 Countries. Nature Communications volume 13, Article number: 3527.