Jakarta—Menyusulnya beberapa kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menghadirkan talkshow yang bertajuk “Ngopi Sore: Ngobrol Pinggir Kali Sore-Sore” pada Sabtu (10/12/2022).
Dengan mengundang Trinirmalaningrum (Direktur Yayasan Skala Indonesia) dan Drs. H. Isnawa Adji, M.A.P (Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta) yang diwakilkan oleh Michael Sitanggang (Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta) dan Haryo Mojopahit (Chief Executive DMC Dompet Dhuafa).
Perbincangan seputar bencana alam yang terpusat dalam Urban Disaster Management “Potensi Multi Hazard di Jakarta: Kesiapsiagaan Masyarakat” bertujuan untuk mengajak masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan bencana yang mengancam diam-diam di wilayah perkotaan.
DMC Dompet Dhuafa mempunyai empat tahap manajemen kebencanaan yaitu tanggap darurat, pemulihan (recovery-rekontruksi-rehabilitasi), mitigasi serta pencegahan bencana dan kesiapsiagaan bencana.
Tidak hanya saat terjadi bencana DMC Dompet Dhuafa turun ke lapangan, tetapi semua siklus sudah dilakukan oleh DMC Dompet Dhuafa. Tujuannya adalah bagaimana masyarakat berdaya dalam menghadapi bencana dan pengurangan risiko bencana.
“Kita berharap masyarakat itu juga selain berdaya secara ekonomi, sosial, pendidikan dan tentunya juga dapat berdaya dalam menghadapi bencana. Itu merupakan tagline kami (DMC Dompet Dhuafa) yaitu bagaimana kita berdaya ketika terjadi bencana,” tutur Haryo Mojopahit selaku DMC Dompet Dhuafa.
Hal ini sejalan dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah melalui BPBD DKI Jakarta. Menurut data BPBD DKI Jakarta, terdapat bencana yang lebih sering terjadi yaitu kebakaran gedung dan pemukiman. Berdasarkan data lima tahun terakhir (2017-2021), lebih dari 3000 kejadian kebakaran gedung dan pemukiman. Ini merupakan ancaman besar di kota Jakarta.
“Teman-teman DMC Dompet Dhuafa sudah punya sub-subnya yang memang ini sejalan juga dengan fase-fase penanggulangan bencana,” terang Michael Sitanggang selaku Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta.
Masyarakat mempunyai kesempatan untuk melakukan upaya-upaya mitigasi bencana berbasis komunitas. Karena banyak riset yang dapat ditemukan melalui komunitas-komunitas yang dapat menarik perhatian, khususnya untuk anak muda.
“Kalau teman-teman DMC Dompet Dhuafa melakukan pengembangan di wilayah tertentu, kenali dulu pengetahuan masyarakat. Jangan sampai kita buka koper, buka tenda padahal mereka tidak kosong pengetahuannya,” ucap Trinirmalaningrum selaku Direktur Skala.
Senada dengan Trinirmalaningrum, Haryo Mojopahit juga menuturkan bahwa komunitas merupakan garda terdepan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar terdekatnya. Komunitas selain penerima manfaat juga merupakan aktor aktif dalam penanggulangan bencana di tempatnya.
“Metode yang digunakan DMC Dompet Dhuafa adalah pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Salah satunya adalah bagaimana kita mengundang stakeholder ke komunitas seperti yang kita lakukan hari ini dan membawa komunitas ke stakeholder. Dari luar dibawa ke komunitas dan begitupun sebaliknya. Kita berharap semoga teman-teman komunitas semakin kuat, makin strong, dan makin aktif bertemu banyak orang” terang Haryo.
Peningkatan kapasitas dan kesadaraan akan kesiapsiagaan bencana merupakan salah satu kunci dalam mengurangi risiko terdampak bencana. Dengan mengenali ancamannya, niscaya akan memberikan pengaruh yang besar dalam penanggulangan bencana.
“Kenali ancamannya, kurangi risikonya,” tutup Michael. (AMR/ DMC Dompet Dhuafa)