Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 2024, DMC Dompet Dhuafa Gencarkan Pendampingan Pengelolaan Sampah untuk Komunitas

Jakarta—Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa mengadakan pendampingan pengelolaan sampah untuk komunitas peduli Sungai Ciliwung di Balekambang, Kec. Kramat Jati, Kota Jakarta Timur, Jakarta pada Kamis (7/3/2024).

Kegiatan yang berlangsung di Warung Kopi Pinggir Kali (Warpingkal) Kometa ini dihadiri oleh tujuh peserta yang di antaranya anggota komunitas Kometa (Belakambang) dan komunitas Ciliwung Muara Bersama – CMB (Tanjung Barat).

Adapun rangkaian kegiatan ini memuat pemaparan materi terkait pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan konsep 3R (reuse, reduce dan recycle), pemanfaatan sampah organik dan non-organik, pengenalan model bisnis pengelolaan sampah serta workshop eco-enzyme.

Materi-materi tersebut disampaikan langsung oleh Ika Saragih dan Alya Putri Firdaus (Kesiapsiagaan & Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa).

Kegiatan bertajuk Komunitas Berdaya Kelola Sampah Bersama ini bertujuan untuk meningkatkan partisipatif masyarakat, dalam konteks ini adalah komunitas, dalam mengelola sampah dari hulu ke hilir.

Membuang Sampah pada Tempatnya Saja Belum Cukup

Saat ini, membiasakan perilaku membuang sampah pada tempatnya saja belum cukup untuk punya andil dalam menyelesaikan permasalahan sampah.

Permasalahan ini berujung pada kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang kelebihan muatan dan berakibat pada peningkatan risiko pencemaran lingkungan dan risiko perubahan iklim.

Karena itu, upaya pemilahan dan pemanfaatan sampah dari sumbernya perlu dibangun guna mengurangi beban TPA yang membludak.

Menurut Ika Saragih, 60 persen sampah yang terbuang di TPA adalah sampah organik. Jika tidak dikelola dengan bijak, sampah organik di TPA menimbulkan bau tidak sedap di lingkungan.

Selain itu, lanjut Ika, sampah organik yang menggunung di TPA dapat meningkatkan risiko terjadinya ledakan TPA.

“Pembusukan sampah organik menghasilkan gas metana. Gas metana rentan sekali meledak. Ini pernah terjadi di TPA Leuwigajah Bandung pada tahun 2005 yang sekaligus jadi peringatan Hari Peduli Sampah Nasional,” ungkap Ika.

“Dengan begitu, pengelolaan sampah organik perlu ditangani dengan baik. Dari masyarakat solusi itu bisa melalui pembuatan lubang biopori, komposter atau eco enzyme,” pungkas Ika.

Membuat Eco-Enzyme, Upaya Mengurangi Efek Rumah Kaca

Dalam kegiatan ini, anggota komunitas yang hadir mempraktikkan langsung mengolah sampah organik menjadi eco enzyme.

Eco enzyme sendiri merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Eco enzyme menjadi cairan serba guna, seperti pembersih lantai, peralatan makan dan minum, bahkan sabun mandi. Selain itu, produk ini juga bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman yang ramah lingkungan.

Dalam proses pembuatannya, Eco enzyme melepaskan gas ozon yang bisa mengurangi gas karbon dioksida di atmosfer.

Sehingga eco enzyme turut mengurangi efek rumah kaca yang menjadi sebab pemanasan global.

Komunitas Kometa dan CMB sebagai penerima manfaat menanggapi baik kegiatan yang diadakan oleh DMC Dompet Dhuafa ini.

“Ini sangat bermanfaat bagi kita yang komunitas karena keseharian kita tidak lepas dari permasalahan sampah. Harapan saya ke depan kita bisa mengelola sampah sendiri dan bisa menularkan untuk masyarakat sekitar Kometa. Semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut dan bisa bermanfaat untuk, khususnya Kometa, dan umumnya masyarakat sekitar Kometa,” ucap Rohmat atau karib disapa Bang Omat, salah satu anggota Kometa.

Dari DMC Dompet Dhuafa sendiri, melalui kegiatan ini, berharap dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat sekitar pangkalan Ciliwung dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang berkelanjutan.

“Melalui kegiatan ini, semoga teman pangkalan lebih sadar dengan pentingnya pengelolaan pada sumber dan menerapkan keterampilan yang diperoleh untuk mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang telah berjalan di lingkungannya,” ujar Alya Putri Firdaus, staf Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa.

“Semoga teman-teman pangkalan terus menyebarkan semangat untuk berpartisipasi mengelola sampah bersama dan mengembangkan Ciliwung yang berdaya untuk lingkungan,” tutup Alya.

Kawan Baik, kita semua punya tanggung jawab untuk mewarisi bumi hingga beberapa puluh tahun ke depan.

Mengelola sampah dengan bijak—tanpa menyisakan kerusakan terhadap lingkungan—menjadi satu upaya yang punya efek besar bagi terciptanya bumi yang layak huni untuk kita wariskan kelak. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)