Penguatan Manajemen Penanggulangan Bencana berbasis Mahasiswa

Lebak, Banten—Universitas Mathla’ul Anwar gandeng Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dalam penguatan kapasitas penanggulangan bencana di Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten pada Kamis (26/10/2023).

Sebanyak 25 peserta yang merupakan dari Himakom (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) dan HIMIP (Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan) mengikuti paparan menarik dan inspiratif dari kawan-kawan DMC Dompet Dhuafa dan Jaga Balai Siaga Bencana.

“DMC dan Jaga Balai memberi pembekalan materi dan diskusi seputar potensi gempa bumi dan tsunami serta pengenalan risiko bencana berbasis komunitas di wilayah Desa Sukamanah,”pungkas Ahmad Baihaki selaku Community Resilience and Advocacy Manager DMC Dompet Dhuafa.

Berdasarkan temuan dari observasi dan pantauan teman-teman PPL UIN Sultan Maulana Hasanuddin yang melakukan kerja sama dengan DMC Dompet Dhuafa bahwa Desa Sukamanah rawan akan bencana tsunami, mengingat pengalaman Desa Sukamanah sebagai salah satu tempat terdampak dari tsunami akibat meletusnya Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883.

Selain tsunami, juga ada gelombang laut pasang yang menjadi ancaman. Biasanya gelombang laut pasang ini terjadi dua bulan sekali, meski tidak memakan korban jiwa, tetapi gelombang tersebut merusak UMKM sekitaran Pantai yang menjadi tulang punggung perekonomian setempat. Kemudian juga ada abrasi yang mengintai wilayah Desa Sukamanah.

Lebih jauh dijelaskan bahwa di wilayah Desa Sukamanah minim akan tanaman penahan gelombang pasang, hal ini menambah kerentanan masyarakat akan gelombang pasang dan tsunami yang menjadi kekhawatiran bersama. Kenyataan ini juga diperparah dengan banyaknya limbah tambak udang yang dibuang ke laut lepas oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Di sisi lain, minimnya rambu-rambu evakuasi dan jalur evakuasi yang sulit dilalui menjadi tantangan masyarakat dalam menghadapi bencana alam tsunami.

Menurut Kajian Risiko Bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten juga mencatat indeks risiko bencana pada masing-masing kabupaten/ kota se-Provinsi Banten yang paling besar indeks risiko bencana adalah wilayah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang, serta wilayah paling rendah indeks risiko bencana adalah Kota Tangerang Selatan.

“Daerah selatan Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi. Sementara itu, hasil kajian risiko bencana gempa bumi menunjukkan bahwa wilayah dengan kelas risiko tinggi terjadi di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebakm” tulis dalam laporan BPBD Provinsi Banten di atas.

Adapun wilayah Provinsi Banten yang memiliki kelas risiko tinggi terhadap bencana tsunami adalah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon.

Wilayah Lebak terancam risiko bencana alam yang banyak. Mulai dari banjir, banjir bandang, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tanah longsor, dan tsunami.

Semoga dengan adanya kegiatan ini mampu mendorong dan mewujudkan mahasiswa yang sadar akan bencana dan mampu menjadi agen perubahan di bidang penanggulangan bencana.

“Panduan pembelajaran kebencanaan untuk mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan salah satu upaya untuk memberikan kesadaran, pengetahuan dan memberikan pembekalan kepada mahasiswa agar mampu membangun kesadaran dirinya terhadap bahaya dan mengurangi risiko bencana serta sebagai salah satu proses percepatan pembentukan karakter mahasiswa yang utuh, berkualitas, serta siap menerapkan pengetahuannya di masyarakat,” tulis Panduan Pembelajaran Kebencanaan Untuk Mahasiswa Di Perguruan Tinggi (2019). (AFP/DMC)