Kawan, sering kita melihat banyak relawan yang terjun membantu masyarakat di lokasi bencana. Mereka datang dari berbagai daerah hingga profesi yang berbeda-beda. Semua mengambil peran sesuai dengan kemampuannya. Seorang jurnalis misalnya, mereka berperan dalam menyiarkan peristiwa bencana ke seluruh pelosok nusantara.
Namun pemberitaan bencana tak jarang menuai kritik, terutama saat informasi yang sebarkan banyak menampilkan sisi dramatis. Oleh karenanya penerapan prinsip jurnalisme bencana penting untuk diperhatikan, baik pada fase pra-bencana, tanggap bencana dan pasca-bencana.
Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional tanggal 9 Februari, dan juga Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), DMC Dompet Dhuafa berinisiatif menghadirkan ruang diskusi dalam sebuah webinar yang bertajuk “Jurnalisme Kebencanaan; Antara Bantuan dan Dramatisasi”.
Acara ini turut mengundang Ahmad Arif (Ketua umum jurnalis bencana & wartawan Kompas), Adek Berry (Jurnalis Photo dan Penulis Buku Mata Lensa), dan Haryo Mojopahit (Chief of Disaster Management Center Dompet Dhuafa).
Berikut merupakan materi paparan masing-masing narasumber yang sudah mendapatkan izin dari masing-masing narasumber untuk disebarluaskan (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).
Klik untuk unduh materi. Video selengkapnya klik di sini.