Katingan,Kalimantan Tengah—Dompet Dhuafa Kalimantan Tengah dan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa telah menutup aksi percepatan penanganan respons bencana banjir di Katingan, Kalimantan Tengah (16/08/2022).
Dengan menilai tingkat gawat darurat di kondisi lapangan, Dompet Dhuafa Kalimantan Tengah dan DMC Dompet Dhuafa memberikan layanan bantuan dengan makanan siap saji kepada penyintas terdampak bencana banjir.
“Tim melakukan distribusi makanan siap saji dalam setiap harinya sebanyak 150 paket di Desa Hiyang Bana, Kecamatan Tasik Payawan, dan di Desa Asem Kumbang, Kecamatan Kampingan, Kabupaten Katingan,”jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.
“Rencana ke depan, DMC Dompet Dhuafa akan membuat program recovery di wilayah pasca-bencana banjir Katingan. Saat ini sedang masih didiskusikan terkait program apa yang cocok di sana,”lanjut Haryo.
Sebelumnya banjir yang terjadi sejak Jumat lalu (05/08/2022) telah menggenangi sejumlah desa di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Peristiwa ini terjadi akibat curah hujan yang tinggi hingga membuat debit air Sungai Samba dan Sungai Katingan meluap.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan melaporkan banjir berdampak pada sejumlah desa di tiga kecamatan. Berikut ini sejumlah desa terdampak banjir di wilayah tiga kecamatan, Kabupaten Katingan.
Desa Tumbang Habangoi, Nusa Kutau, Batu Tukan, dan Batu Badak di Kecamatan Petak Malai. Selanjutnya, Desa Tumbang Kaman, Tumbang Labehu, dan Tumbang Manggu di Kecamatan Sanaman Mantikei. Sedangkan Desa Samba Bakumpai di Kecamatan Katingan Tengah.
Sebanyak 733 KK terdampak banjir tersebut. Sementara itu, 419 rumah terendam, dan fasilitas publik terdampak, seperti fasilitas pendidikan 3 unit, perpustakaan 1 unit, sarana kesehatan 2 unit, tempat ibadah 5 unit.
Melihat analisis kajian inaRISK, sebanyak 13 kecamatan di Kabupaten Katingan merupakan wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Dari sejumlah kecamatan tersebut, tiga kecamatan yang terdampak merupakan wilayah dengan potensi bahaya tersebut.
“Saluran-saluran air baik primer, sekunder dan tersier harus dijaga dari sampah dan sedimentasi agar optimal dalam menampung dan mengalirkan air. Upaya jangka menengah dan jangka panjang sebagaimana arahan Presiden untuk merehabilitasi ekosistem dari hulu hingga hilir seyogyanya sudah dimulai sehingga potensi banjir berulang mulai bisa dikurangi,”tulis Abdul Muhari, selaku Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.