Tangerang Selatan – Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dukung pelaksanaan Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) XV. Acara yang digelar secara virtual melalui platform Zoom ini dimulai dari Senin (03/10/2022) hingga Jumat (07/10/2022).
Membuka acara, pemangku kepentingan lintas-sektor termasuk pemerintah Indonesia dan organisasi-organisasi masyarakat sipil di tingkat lokal maupun internasional menegaskan pentingnya ketahanan bencana yang dimulai dari tingkat komunitas.
“Bencana terjadi di masyarakat, sehingga resiliensi perlu tumbuh dan diperkuat. Jangan biarkan bantuan membuat masyarakat terdampak bencana menjadi tergantung pada pihak lain,” kata Lilik Kurniawan, Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam pidato pembukaannya.
Sebagai negara kepulauan yang mengalami lebih dari 3.000 bencana setiap tahunnya, masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan bencana. Konsekuensinya, kesiapsiagaan bencana menjadi penting bagi masyarakat lokal, yang menjadi garda depan sekaligus pihak yang pertama kali terdampak bencana. Hal ini turut terungkap dalam sesi diskusi tentang temuan dan refleksi pengalaman PRBBK dari Aceh hingga Papua. Pelibatan komunitas pun tampil dalam beragam wajah, untuk menjangkau masyarakat seluas-luasnya.
Pada hari ketiga yakni Rabu (05/10/2022), DMC Dompet Dhuafa akan mengadakan talkshow yang bertajuk “Penguatan Peran Komunitas PRB dalam Aspek Kelembagaan dan Kemandirian Financial”. DMC Dompet Dhuafa melihat bahwa komunitas yang ada di masyarakat seperti padepokan, paguyuban, remaja masjid, pelaku UMKM dan lainnya memiliki potensi sebagai agen PRB. Posisi mereka yang strategis dan dekat dengan masyarakat memungkinkan mereka melakukan intervensi yang cepat dalam program PRB.
Kemudian pada hari keempat, Kamis (06/10/2022) DMC Dompet Dhuafa akan menggelar talkshow dengan tema “Penguatan Perencanaan dan Peluang Pembiayaan Program PRBBK di Indonesia” bersama Arif Rahmadi Haryono selaku GM Advokasi & Aliansi Strategis Dompet Dhuafa.
“Melalui unit departemen Community Resilience and Advocacy DMC Dompet Dhuafa, kami memiliki program intervensi berbasis komunitas lokal. Mulai dari program Kawasan Tanggap Bencana di Desa Kaliurang, Magelang. Di mana kami meningkatkan kapasitas masyarakat wilayah Desa Kaliurang dalam siap siaga bencana erupsi Gunung Merapi, “jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa melalui pesan singkat.
PRBBK merupakan cerminan dari kepercayaan bahwa komunitas mempunyai hak sepenuhnya untuk menentukan jenis dan cara penanggulangan bencana di konteks mereka. Bila agenda-agenda pengurangan bencana tidak lahir dari kesadaran atas kapasitas komunitas lokal serta prioritas yang dimiliki oleh komunitas maka upaya tersebut tidak mungkin berkelanjutan.
“Penguatan komunitas dalam aksi pengurangan risiko bencana sangat penting. Mereka merupakan salah satu garda terdepan dalam menebarkan semangat dan awareness tentang pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan bencana. Sebagaimana yang dilakukan DMC Dompet Dhuafa, saat ini tengah melakukan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko bencana di wilayah pesisir. Tepatnya di Kabupaten Pacitan,”terang Ahmad Baihaki selaku Community Resilience and Advocacy Manager DMC Dompet Dhuafa.
“Kemudian kami juga ada penguatan kapasitas pengurangan risiko bencana kekeringan di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami akan menguatkan komite air yang bertanggungjawab dalam melestarikan dan mengkoordinir masyarakat lokal dalam menjaga serta meningkatkan kualitas sumber daya air sehingga terhindar dari bencana kekeringan, “lanjut Ahmad.
Tidak ada yang lebih berkepentingan dalam memahami masalah bencana di tingkat komunitas selain komunitas yang kerap bertahan dan bertaruh dengan bencana itu sendiri. Komunitas lokal memiliki kesempatan untuk lebih mengetahui tantangan, ancaman, hambatan, dan kekuatan lokal dalam menghadapi bencana.
Idealnya, PRBBK merupakan pendekatan berbasis pemberdayaan komunitas demi mengurangi ketergantungan eksternal, terutama pada saat darurat bencana maupun dalam rangka meningkatkan kapasitas dan ketangguhan/daya lenting (resilience) penghidupan komunitas yang menjadi sasaran. PRBBK mengaplikasikan prinsip “leave no one behind” alias antidiskriminasi yang berbasis gender, umur, kelompok agama, ras, suku, dan antidiskriminasi minoritas.
Dalam proses pengimplementasian PRBBK di beberapa wilayah terkadang menghasilkan hal-hal yang berbeda jauh dari kata ideal. Banyak komunitas yang belum bisa mandiri secara kelembagaan dan finansial. Sehingga dengan kata lain, masih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan untuk mewujudkan PRBBK yang berhasil dan berkelanjutan. Beberapa aspek yang perlu ditingkatkan ini adalah keterbatasan kualitas SDM, Akses Informasi dan Kapasitas, Jaringan dan Branding komunitas.
“Mohon doa dan dukungannya sehingga DMC Dompet Dhuafa dapat terus menebar kebaikan dan kebermanfaatan di acara KNPRBBK dan program-program yang kami perjuangkan di masyarakat,” tutup Haryo.