Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat—Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk. Kutipan populer dari Tan Malaka ini mungkin cocok untuk memulai cerita dari relawan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa ini. Sebab, sampai di tahap ini, ia melewati banyak proses yang membentuknya kini. Ia adalah Doni Putra (36), seorang lelaki asal Jambi, yang turun dalam aksi respons Bencana Banjir Bandang di Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Tanah Datar.
Terhimpun sebagai relawan DMC Dompet Dhuafa di Tanah Datar merupakan hal yang ia tunggu selama ini. Lantaran sebelumnya ia melakukan aksi kerelawanan secara swadaya bersama teman-temannya.
Pada Bulan April, ia sempat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh DMC Dompet Dhuafa di Jambi, yakni Training Tanggap Bencana (TTB). Dari sanalah ia menyadari perubahan tegas atas pandangannya tentang giat tolong-menolong antar sesama, terutama saat menolong dalam kondisi yang membahayakan keselamatan manusia.
“Sebelum ini ketika saya menolong orang saya turun sendiri bersama teman-teman. Tidak ada lembaga atau organisasi yang menaungi. Dengan tidak di bawah komunitas, saya asal menolong saja, tanpa SOP yang benar,” ucap Doni pada Senin (20/5/2024).
“Ternyata setelah saya ikut pelatihan TTB itu saya jadi tahu banyak hal. Kita tidak bisa asal tolong orang yang kecelakaan, misalnya. Ada prosedurnya,” lanjutnya.
Sepanjang hidupnya ia bercerita bahwa ia sering menjadi orang pertama yang turun untuk menolong orang ketika dalam bahaya. Misalnya, membawa sendiri anak sekolah yang tertabrak mobil ke rumah sakit, menolong seorang nenek yang terserempet motor di jalan, sampai mencari orang yang hilang di hutan selama empat hari.
Berbagai pengalaman menolong orang itu ia lakukan ketika orang-orang lain tidak melakukan usaha apapun untuk membantu.
Namun, dari berbagai pengalamannya itu ia sadar bahwa dirinya perlu wadah organisasi dan dari sana ia bisa tahu banyak hal tentang menolong dengan prosedur yang tepat dan lebih-lebih tidak membahayakan dirinya sendiri.
“Sekarang saya tidak gegabah untuk segara menolong, karena menghindari kesalahan yang justru malah semakin memperparah keadaan,” ucap Doni.
Dalam aksi respons DMC Dompet Duhafa di bencana banjir bandang di Sumatera Barat ini, Doni ditugaskan dalam giat SAR atau pencarian korban yang hilang di Kabupaten Tanah Datar.
Keanggotaannya dalam komunitas pecinta alam (KPA) di Jambi membuatnya tak asing dengan medan yang terjal dan tak biasa ketika dihadapkan pada pencarian. Ini menjadi salah satu perangkat yang cocok untuk turun dalam SAR.
Ia bergabung dengan tim SAR Gabungan yang dikomandoi langsung oleh Basarnas.
Terhitung sudah tiga kali aksi SAR yang ia ikuti dalam respons ini. Dan selama itu juga ia banyak mendapat pelajaran penting yang melengkapi jiwa sosial dan keberaniannya itu.
“Ternyata mencari orang hilang itu perlu analisis. Perlu tahu di titik mana orang tersebut hilang di sungai dan selanjutnya titik mana yang perlu kita operasi,” kata Doni.
Meski bersama tim SAR Gabungan operasi yang dilakukan masih nihil, akan tetapi komitmen Doni untuk membantu masyarakat Sumatera Barat yang terdampak tidak luntur.
“Biarpun belum mendapatkan hasil ketika saya turun, lelah saya terhapus oleh rasa ikhlas. Untuk tetap ikhlas saya selalu menanyakan kembali niat saya di awal. Terus berulang-ulang,” ujar Doni dengan cara bicara yang tenang.
Ketika lelah menghinggapi raganya setelah seharian penuh menyisir sungai berkilo-kilo meter jaraknya dalam operasi pencarian korban hilang, ia akan mengingat niat awalnya datang ke Sumatera Barat, yakni menolong.
“Ketika diputuskan bahwa saya yang berangkat ke Sumatera Barat, saya berniat untuk bisa membantu warga Sumatera Barat yang kesulitan. Saya niatkan itu. Agar usaha yang saya lakukan tidak terganggu urusan-urusan di luar niat awal saya,” kata Doni.
Rasa lelah dan jenuh ataupun perasaan lainnya yang bisa mengganggu ikhtiarnya dalam membantu warga terdampak bencana banjir bandang di Sumatera Barat akan hilang begitu saja ketika mengingat kembali tujuan untuk apa dirinya berada di tanah Minang ini.
“Dari dulu saya selalu punya pikiran seperti itu ketika membantu. Niat itu penting sekali, agar kita tidak goyah. Niat yang baik bikin kita tidak terbebani,” ujar Doni.
Satu per satu pengalamannya terkait ketanggapannya memberi pertolongan, membentuk rasa ikhlas yang menghapus segala lelah raganya. Meskipun dalam operasi SAR di Tanah Datar ia harus melewati jalan penuh lumpur, menyisir lembah-lembah sungai dan sesekali menyeberangi sungai dengan arus yang deras.
Menyambung kalimat pembuka tulisan ini: yang terbentuk kini dalam diri Doni adalah rasa tidak tenang saat ia tak mampu hadir membantu orang yang butuh pertolongan.
“Saya selalu berniat saya bisa membantu orang-orang. Sekarang ini saya niatkan membantu Sumatera Barat,” tutup Doni, seorang lelaki asal Jambi.
Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang! (MAA/DMC Dompet Dhuafa)