Melihat Banjir Bandang Pakistan Lewat Kaca Mata Indonesia

Tangerang Selatan—“Ini terhitung sudah ketiga kali melakukan emergency response-recovery di mancanegara,” terang Narwan selaku Manager Response-Recovery Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.

Terhitung Narwan sudah 12 tahun bersama DMC Dompet Dhuafa. Selama 12 tahun tersebut, Narwan sudah melakukan berbagai layanan emergency response-recovery di berbagai belahan Indonesia. Terbaru ia baru saja kembali selepas menjalankan program emergency response-recovery di wilayah terdampak banjir bandang Pakistan.

Saat kabar datang bahwa banjir bandang melanda Pakistan, Narwan dan segenap keluarga besar Dompet Dhuafa prihatin atas apa yang menjadi saudara-saudara di Pakistan. Sehingga ketika Narwan ditugaskan untuk datang langsung ke lokasi terdampak di Pakistan, dengan profesionalitas tinggi, Narwan langsung mempersiapkan diri terbang ke sana. Meninggalkan sementara keluarga tercinta yang berada di tanah air Indonesia.

“Saya siap dan sigap menuju Pakistan. Di satu sisi sedikit berat hati harus meninggalkan keluarga sementara waktu,” terangnya saat ditemui di kantor DMC Dompet Dhuafa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Menurutnya melakukan layanan aksi emergency response-recovery di mancanegara memiliki pengalamannya sendiri. Pengalaman pertama dan kedua saat melakukan aksi emergency response-recovery di mancanegara terjadi di Myanmar. Sedangkan ketiga kalinya saat ia pergi ke Pakistan.

Menyusul keberangkatan menuju Pakistan, kekhawatiran lainnya muncul, tidak lama muncul berita serangan bom di wilayah Pakistan. Namun dengan tekad yang kuat dan pengalaman yang mapan, dia berhasil memberanikan diri sampai di Pakistan.

Bahasa merupakan salah satu kendala yang ia hadapi. Meski bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang diakui, namun tetap sulit berinteraksi dengan biasanya mengingat Pakistan juga memiliki bahasa daerah selain bahasa nasional yakni Urdu. Beruntung saat ia menuju Pakistan, dia menemui beberapa diaspora Indonesia yang hidup di Pakistan.

“Agak kesulitan berinteraksi namun bisa diatasi bersama diaspora dan mitra lokal Dompet Dhuafa di sana,” sambungnya.

Saat sampai ke wilayah terdampak banjir bandang Pakistan. Terketuk hatinya untuk segera melakukan bantuan emergency response-recovery di sana. Pasalnya warga di sana belum memiliki kapasitas mitigasi risiko bencana yang memadai.

“Ternyata bukan tahun ini banjir besar yang melanda Pakistan. Pada tahun 2010, Pakistan juga terdampak banjir besar,”jelas Narwan.

“Banjir-banjir kecil juga belum ada upaya mitigasinya di sana,” tegasnya.

“Kondisi di sana cukup memprihatinkan. Jalan rusak dengan kondisi terkikis, ambles, dan retak-retak.”

Salah satu mitigasi risiko yang belum mapan menurutnya, rumah warga terdampak belum berlandaskan aspek mitigasi risiko bencana. Rumah warga hanya terdiri dari ranting yang direkatkan dengan tanah liat dan diperkuat dengan kotoran kerbau.

“Mengapa banjir merusak rumah di sana. Karena rumahnya dibuat dari ranting dan dikasih tanah liat. Ketika sudah keras ditempeli kotoran kerbau,” pungkas Narwan.

“(Kemampuan) mitigasi bencana masih belum mapan,” lanjutnya.

Hal lainnya yang ia lihat bahwa penanggulangan bencana di sana masih belum terpusat. Jika di Indonesia, layanan emergency response atau tanggap darurat dikelola dengan posko induk gabungan. Di Pakistan belum sampai ke tahap itu, sehingga sedikit sulit ketika memperoleh data dan mobilisasi. Semua informasi tersebut bertebaran secara diaspora di berbagai wilayah.

Di satu sisi, masyarakat sangat membutuhkan pertolongan. Berbagai institusi dan lembaga pegiat kemanusiaan sudah turut membantu penanganan penyintas terdampak. Dompet Dhuafa sendiri telah membantu kurang lebih 3.150 penerima manfaat.

Hal yang paling mengetuk hati Narwan memberi bantuan terhadap penyintas banjir kala itu saat ia melihat warga tidak memiliki akses air minum  yang bersih. Bagi yang mampu, membeli air ke kota bukan perkara sulit. Namun lain halnya dengan mereka yang secara ekonomi di bawah garis kemiskinan.

Mereka yang di bawah garis kemiskinan akan mengkonsumsi air dengan air dari luapan air banjir. Mereka akan memasak air hingga mendidih, setelah mendidih air akan didiamkan selama tiga hari. Kemudian menurut warga sekitar selepas tiga hari, air akan layak dikonsumsi.

“Masak air banjir dan tunggu tiga hari baru diminum,” imbuh Narwan.

Atas hal ini akhirnya Dompet Dhuafa membuat sarana air bersih berupa sumur bor di desa Haji Amir Syah dan Saleh Muhammad, Kota Thatta, Provinsi Sindh. Keputusan membangun sarana air bersih di sana lantaran dua desa tersebut sangat bergantung dan membutuhkan air bersih. Sebelum banjir mereka mengkonsumsi air yang mereka peroleh dari sungai kecil pembatas dua desa tersebut. Namun semua itu berubah ketika banjir bandang hadir. Sungai utama penyedia air bersih tercemar luapan banjir bandang.

“Kenapa (membuat sarana air bersih) di dua desa, karena desa tersebut diputus oleh sungai kecil. Sungai kecil tersebut sumber utama air bersih desa. Tapi menjadi tidak layak konsumsi akibat banjir bandang,” aku Narwan.

Meski begitu semangat juang hidup warga terdampak banjir sangat tinggi. Mereka bersama-sama saling membantu dan menyukseskan program yang dicanangkan Dompet Dhuafa di sana. Selain itu mereka sangat menyambut hangat kedatangan orang asing.

Di saat-saat seperti ini yang membuat ia merindukan keluarganya di Indonesia. Setiap hari tiada henti ia akan melakukan video call menghubungi anak dan istrinya di sana. Anaknya selalu menyebutkan kata “ayah” menandakan kerinduan yang dialami sang anak.

Narwan hanya bisa menemani mereka dari jarak jauh. Sembari menceritakan aktivitas yang ia lakukan bersama warga penyintas di Pakistan.

Saat waktu 14 hari di Pakistan datang, cukup berat hatinya harus meninggalkan teman-teman baru yang ia dapatkan di Pakistan. Namun hal itu tetap ia lakukan sambil berharap kesembuhan, ketabahan selalu menyertai warga Pakistan. Sambil berharap bisa mengunjungi kembali Pakistan untuk kedua kalinya.

“Semoga mereka selalu diberi ketabahan, keselamatan, kesembuhan dan semangat hidup yang tinggi untuk melewati cobaan ini semua. Saya yakin Allah SWT akan selalu melindungi mereka semua dan menyiapkan skenario terbaik atas semua peristiwa ini,”tutup Narwan (AFP/DMC Dompet Dhuafa).

Foto: Fadil Dedi/ Dompet Dhuafa