Jakarta—(27/1/2022) “Gue punya dosa bikin sampah, lalu apa yang bisa gue lakuin?,” ujar MG Pringgotono di sela-sela pembicaraan.
MG Pringgotono salah satu founder STUFFO, sebuah brand lokal yang menghasilkan barang-barang ramah lingkungan. STUFFO menggunakan konsep metode upcycling yakni proses daur ulang limbah sampah menjadi barang dengan kebermanfaatan yang baru tanpa menghilangkan bentuk asal barang tersebut.
Metode tersebut berbeda dengan konsep proses recycling yang sering digaungkan masyarakat. Recycling, bentuk awal barang dileburkan hingga hancur baru kemudian dipilah dan dibentuk lagi menjadi barang baru.
MG Pringgotono menceritakan bahwa inisiasi ia bersama kawannya mendirikan STUFFO tidak lepas dari pengalaman dia menjadi exhibition designer, yang mengharuskan ia memperoduksi banyak spanduk di acara-acara besar. Seiring semakin banyak dan besarnya suatu acara, maka memperbesar juga produksi spanduk. Namun seusai suatu acara selesai, ia melihat spanduk-spanduk perlahan menumpuk di gudang penyimpanan yang membuat ia sendiri sedikit resah.
Sehingga pada tahun awal 2017 ia bersama kawan-kawannya di Gudskul terus melakukan riset dan menciptakan prototype, lalu bisa menciptakan produk yang ramah lingkungan. “Hingga akhirnya kita bisa gelar workshop dan banyak teman-teman semakin concern terhadap (isu) ini,”tambahnya saat ditemui di STUFFO Bag, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
STUFFO sendiri terbagi dua yakni STUFFO Bag dan STUFFO Lab. STUFFO Bag focus pada produksi hingga penjualan produk. Sedangkan STUFFO Lab merupakan tempat riset untuk eksplorasi benda-benda upcycle. Sehingga STUFFO tidak hanya mengolah spanduk bekas saja, tetapi merambah ke sampah dan botol plastic untuk diolah jadi benda layak pakai seperti tatakan laptop, aksesoris, pot untuk tanaman, dll.
“Bisa dibilang ini salah satu bentuk rasa tanggungjawab atas apa yang telah gue lakuin, yakni mengakibatkan sampah. Karena sampah sendiri merupakan masalah yang cukup besar,”sambungnya.
Saat ini ada beberapa jenis produk yang dihasilkan seperti waist bag, messenger bag, backpack, dan tote bag. Lalu juga menghasilkan barang-barang aksesori berupa reversible bucket hat yang bisa dijadikan sling bag dan lainnya. Landasan MG Pringgotono melakukan ini lantaran kita bisa menanggulangi sampah menjadi barang guna dengan tetap mempertahankan aspek estetikanya.
Melalui semangat akan peduli terhadap lingkungan mengantarkan Disaster Management Center Dompet Dhuafa mengajak kolaborasi bersama kawan-kawan STUFFO dalam program Tas Siaga Yatim. Program ini diperuntukan untuk anak-anak yatim atau piatu yang terdampak akibat bencana alam maupun non-alam seperti Covid-19. Tas siaga ini merupakan media pembelajaran untuk mengenalkan nilai nilai pendidikan tentang kebencanaan, sosial, hingga lingkungan.
Melalui kolaborasi ini STUFFO akan menyediakan tas berupa backpack dan satu tas kecil berupa poach. Kemudian DMC Dompet Dhuafa akan menghadirkan buku panduan kebencanaan untuk anak-anak, school kit, first aid kit, hygiene kit, perlengkapan salat, paket makanan, dan santunan.
“Cukup apresiasi terhadap Dompet Dhuafa untuk mau melirik praktik-praktik (upcycling) seperti ini yang dikerjakan oleh anak muda. Agak pop dan itu langkah yang bagus. Kita juga relate, karena salah satu yang paling sering jadi bencana ialah banjir akibat sampah yang tidak tertangani dengan baik,” pungkasnya.
“Sehingga melalui kolaborasi ini bisa meningkatkan lagi awareness (tentang peduli lingkungan) betapa pentingnya penanggulangannya, pemanfaatannya lalu bisa meminimalisir dampak bencana-bencana yang diakibatkan ulah manusia. Ini edukasi yang penting bagi anak-anak,”tutup MG Pringgotono (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).
Hubungi Disaster Management Center Dompet Dhuafa:
Linkedin: Disaster Management Center Dompet Dhuafa
Instagram: dmcdompetdhuafa
Facebook: dmcdompetdhuafa.offical
Twitter: dmcddofficial
Youtube: DMC Dompet Dhuafa
Tiktok: dmcdompetdhuafa