Pelatihan Waste Management Hari Kedua: Harapan dari Kaki Gunung Semeru

Lumajang, Jawa Timur—Minggu pagi (14/01/2024), alih-alih menyurutkan semangat lantaran teriknya mentari pagi di kaki Gunung Semeru, para peserta hadir dengan wajah ceria di pelatihan waste management hari kedua.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa atas kerjasama dengan Waste4Change berlangsung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Huntap Semeru, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Berbeda dengan tema hari pertama pelatihan, tema yang diangkat kali ini menyangkut aspek pembiayaan. Sebagai sebuah lembaga tentu saja TPST perlu memiliki sistem pembiayaan yang baik.

Alur keluar-masuk uang perlu ditangani secara cermat, agar operasional TPST terus berjalan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan menjadi keharusan yang penting dimiliki.

Komunitas Swadaya Masyarakat (KSM) Bina Karya Semeru sebagai operator operasional TPST Huntap Semeru tidak mengabaikan kesempatan pelatihan ini. Mereka menyimak materi pelatihan dengan saksama. Termasuk saat mengikuti materi pertama terkait perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan (BOP).

Dibantu tim DMC Dompet Dhuafa sebagai kawan diskusi, peserta mengerjakan studi kasus tentang perhitungan biaya BOP, dan kemudian mempresentasikan hasilnya. Dengan praktik kerja langsung ini peserta diharapkan mampu mengatasi masalah biaya operasional dan pemeliharaan TPST sebagai sebuah lembaga yang profesional.

Sejalan dengan pepatah tak ada gading yang tak retak, TPST Huntap Relokasi Semeru tentu saja tidak bebas dari masalah. Satu dari beberapa masalah yang dihadapi (ini juga berlaku untuk TPST secara umum) adalah kebertahanan pekerja-pekerja TPST yang mudah goyah. Pekerja rentan keluar dan berhenti. Sehingga operasional TPST kerap tersendat-sendat.

Masalah ini bukan tanpa sebab. Ini merupakan efek domino dari masalah-masalah lainnya, sebagaimana yang dijelaskan pemateri dari Waste4Change, Albert.

“Pergantian operator TPST kerap cepat berganti karena tidak banyak orang yang bersedia mengurus sampah, dan faktor lain seperti honor yang biasanya tidak mencukupi dan juga pandangan masyarakat tentang pengelolaan sampah”, tuturnya.

Menengok permasalahan yang hadir di seputar pengelolaan limbah, dalam konteks ini TPST, materi kedua kali ini dinilai mampu mengatasi problem-problem tersebut. Yakni dengan membuat usaha otonom di samping pengolahan limbah. Usaha yang hendak dibuat bertujuan untuk membuat para pekerja TPST berdaya secara ekonomi.

Dalam sesi ini peserta dijelaskan cara membuat rencana usaha (business plan) menggunakan metode Bisnis Model Canvas (BMC).

Metode ini dijalankan dengan mengidentifikasi kategori-kategori penting yang perlu disiapkan saat merencanakan strategi bisnis dengan mengandalkan elemen-elemen visual, seperti target pasar, keunggulan SDM/SDA, alur pemasukan dan pengeluaran, dan lainnya.

Melalui pelatihan ini, KSM Bina Karya Semeru terpantik untuk membangun usaha guna memberikan kesejahteraan tiap-tiap anggotanya. Mencukupi segala kebutuhan hidup para anggota selaku pengelola TPST Relokasi Semeru.

KSM Bina Karya Semeru sebagai penerima manfaat dari terselanggaranya pelatihan ini diharapkan mampu mengatasi segala persoalan yang ada terkait sampah. Terutama persoalan yang hadir di tengah masyarakat baru Huntap yang terbentuk pasca erupsi Semeru tahun 2021 lalu.

“Kami sangat senang. Banyak sekali ilmu baru. Karena memang saya dan teman-teman di sini masih dibilang baru dalam mengelola sampah pengungsian, masih baru juga mengurus lembaga yang berbasis masyarakat”, ujar Febriyan, atau lebih akrab disapa Mas Kancil, salah seorang anggota KSM Bina Karya Semeru.

Pengelolaan sampah amat penting dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan, namun alangkah baiknya bila upaya ini diikuti dengan keberdayaan para pekerja TPST atas kebutuhan hidup sehari-hari.

Atas dasar itu materi perencanaan usaha mandiri TPST diharapkan mampu menambal celah-celah masalah, baik menyangkut kebutuhan dapur para pekerja maupun pemeliharaan operasional TPST yang bergantung pada iuran warga.

“Lewat pelatihan hari ini (14/01/2024) kami juga bisa tahu bagaimana sih cara menyusun bisnis (usaha), mengkonsepkan sampai pengembangannya. Berharap ke depannya kami bisa membangun usaha di luar kegiatan pengolahan sampah, agar teman-teman bisa punya hidup yang sejahtera”, lanjut Mas Kancil.

Harapan bercampur optimisme tidak hanya muncul di para anggota KSM Bina Karya Semeru, DMC Dompet Dhuafa pun memiliki harapan yang sama setelah terselenggaranya kegiatan pelatihan ini.

“Harapannya semoga setelah pelatihan ini TIM KSM BKS (Bina Karya Semeru) bisa menemukan pandangan dan tujuan yang sama terhadap perkembangan aktivitas mereka di TPST. Pun menguatkan kesatuan mereka sebagai sebuah tim sehingga tantangan apapun yang dihadapi di masa mendatang bisa dilalui dengan baik”, ujar Ika Saragih selaku PIC Pelatihan Kelembagaan & Model Bisnis Ekonomi Sirkular, dari tim DMC Dompet Dhuafa.

Ada andil manusia dalam menentukan nasib bumi ini, maka dari itu upaya menjaga bumi agar terus lestari adalah tanggung jawab moral kita semua. Dan pengelolaan sampah menjadi aspek penting dari upaya menjaga kelestarian itu.

Panjang umur untuk mereka yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk kemaslahatan bersama, dalam hal ini lingkungan bersih dan sehat.

Sekali dayung dua pulau terlampaui, upaya ini pun menjadi pencegahan risiko bencana yang mungkin hadir apabila kita bersikap acuh tak acuh kepada alam. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang! (MAA/ DMC Dompet Dhuafa)