Peningkatan Kapasitas Mitigasi Bencana Sasar Masyarakat Wilayah Pesisir

Pacitan, Jawa Timur—PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Paiton dan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar sosialisasi dan peningkatan kapasitas mitigasi bencana di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (28/09/2022).

Sebanyak 40 warga turut menyimak sosialiasi yang diberikan DMC Dompet Dhuafa. Posisi Desa Sidomulyo yang berdekatan dengan Pantai Soge dan Pantai Teban membuat Desa Sidomulyo rawan terdampak bencana tsunami.

“Karena letaknya di pantai selatan, desa tersebut berpotensi terdampak tsunami. Bahkan sudah terjadi abrasi akibat gelombang pasang,”terang Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.

Adapun sosialisasi yang dilakukan pada Jumat lalu (23/09/2022) ini memuat materi tentang adaptasi perubahan iklim dan pola-pola hidup ramah lingkungan serta mitigasi bencana tsunami dan abrasi di wilayah setempat.

Selain itu PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton dan DMC Dompet Dhuafa juga memberikan cinderamata produk BUMDES Sidomulyo kepada para tamu undangan yang datang berupa produk kebutuhan rumah tangga (PKRT) yang berisi sabun cuci baju, sabun cuci piring, pelembut pakaian ,dan karbol.

“Program sosialisasi dan peningkatan kapasitas mitigasi bencana di desa sidomulyo kali ini, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan pemahaman masyarakat terhadap bencana yang ada disekitar masyarakat,”terang  Agus Prastyo Utomo selaku General Manager PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton melalui pesan singkat.

Dengan melibatkan dan koordinasi dengan lembaga terkait yakni BNPB, BPBD, pemerintah desa dan masyarakat. Antusias masyarakat sangat bagus sehingga mampu memahami materi dengan baik.

“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih atas kunjungan sekaligus juga saran dan masukan tentang mitigasi. Ini adalah suatu awal yang baik untuk melangkah ke depan yang lebih baik. Desa Kami memang termasuk ke dalam zona merah karena berdekatan langsung dengan pinggir pantai yang rawan akan bencana,”jelas Agus Sugiyanto selaku Kepala Desa Sidomulyo.

PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton memiliki beberapa program kerja sama dengan DMC Dompet Dhuafa. Mulai dari yang sudah terlaksana seperti Aksi Layanan Kesehatan di Tasikmalaya dan di Lumajang, dan donasi sembako bagi penyintas gempa bumi di Filipina. Kemudian dalam waktu mendatang akan ada pembuatan tanda -tanda peringatan bahaya, jalur evakuasi, titik kumpul dan tempat penampungan sementara di Magelang. Selain itu juga akan ada Pos Pantau Tsunami di wilayah Lebak, Banten.

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Jawa Timur bagian selatan, yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yaitu Teluk Pacitan, sehingga daerahnya mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, dan pasang surut air laut.

Kabupaten Pacitan dekat dengan pertemuan lempeng benua sehingga membuat daerah ini sangat rawan degan gempa dan Tsunami. Selain itu, aktivitas manusia di daerah hulu seperti halnya penebangan hutan, pembuangan limbah material pelebaran jalan, pencemaran serta penambangan batu mengakibatkan sedimentasi di Teluk Pacitan.

Analisa Perubahan Garis Pantai Diteluk Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (2012)menunjukan bahwa pantai Teluk Pacitan mengalami abrasi dan akresi. Hasil temuan dari penelitian ini memprediksikan setiap tahun selama 9 tahun (2012-2020) adalah pantai mengalami abrasi dengan abrasi terluas pada tahun 2016, yaitu seluas 82.820 m2 dan lahan terakresi seluas 32.900 m2.

Abrasi secara sederhana memiliki arti terkikisnya wilayah pesisir akibat  pasang surut air laut, angin di atas lautan, gelombang laut serta arus laut yang sifatnya merusak. Sedangkan akresi memiliki arti berubahnya garis pantai menuju laut.

Penyebab lainnya terjadi abrasi antara lain, adanya ketidakseimbangan ekosistem laut dimana terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia terhadap kekayaan sumber daya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota lainnya. Sehingga apabila terjadi arus atau gelombang besar maka akan langsung mengarah ke pantai yang dapat menimbulkan abrasi. 

Pemanasan global juga menjadi salah satu pemicu abrasi pantai misalnya seperti aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta pembakaran hutan. Asap asap yang menghasilkan zat karbon dioksida tersebut akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh bumi.  Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang dapat menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di bumi, maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang rendah. 

Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan oleh manusia secara besar-besaran juga menjadi faktor penyebab abrasi pantai. Hal itu berpengaruh secara langsung terhadap kecepatan dan arah air laut saat menghantam daerah pantai. Karena jika tidak membawa pasir maka kekuatan untuk menghantam pantai semakin besar.

Dalam satu studi yang berjudul Dampak Abrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Kedung, Jepara(2021), menemukan sebanyak 78 persen responden percaya abrasi menyebabkan rasa tidak nyaman dan cemas. Hal ini dikarenakan abrasi mengurangi pendapatan petani tambak, nelayan atau masyarakat yang sangat bergantung pada sumber daya laut.

Lalu ada 61 persen responden percaya abrasi mempengaruhi kondisi sosial antar masyarakat. Lantaran abrasi memutus akses dan interaksi yang terjalin di antara desa yang terpisah oleh laut. Akses jalan juga rusak sehingga intensitas interaksi antar masyarakat semakin menurun.

Selain dalam bidang ekonomi juga turut berdampak akibat hadirnya abrasi. Masih dalam studi yang sama, abrasi menyebabkan hilangnya tambak garam. Ada 56 persen responden percaya abrasi menyebabkan berkurangnya pendapatan. Biasanya ini disusul dengan terjadinya gelombang pasang yang tinggi, dan mendorong nelayan tidak melaut sampai satu bulan. Ketika nelayan tidak melaut mereka biasa beralih profesi sementara untuk menutupi berkurangnya penghasilan. Hal ini menambah daftar panjang dampak abrasi terhadap kehidupan di masyarakat. Bahkan pada tahun 2019 lalu dilaporkan tiga perempuan tewas akibat tertimbun daratan yang mengalami abrasi.

“Kemudian dalam waktu dekat akan ada penanaman pohon mangrove di Pantai Soge dan Pantai Teban pada pertengahan bulan Oktober 2022. Lalu akan ada tindak lanjut terkait penanganan muara dengan teknik semi-permabel,”lanjut Haryo.