Saatnya Libatkan Teknologi Terbaru dalam Aksi SAR Evakuasi

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) total sebanyak 3544  bencana di tahun 2022. Frekuensi bencana dan kecelakaan di Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 81% selama 12 tahun terakhir. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) Nasional pada Kamis (16/2/2023), di Jakarta, dilansir dari artikel CNBC Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, bencana gempa bumi merupakan bencana yang paling sering melanda Indonesia. Banyak bangunan roboh dan menimpa korban yang diperkirakan masih hidup dan membutuhkan pertolongan.

Namun, kadang kala tim Search and Rescue (SAR) tidak dapat mencapai titik tertentu dan perlu menggunakan robot SAR untuk mencari korban sambil mengurangi risiko tim respons penyelamat.

Yang jadi masalah, mobilitas robot SAR di Indonesia masih terbatas. Meski robot sudah dipasangi kamera agar operatornya dapat memantau kondisi sekeliling robot dari jarak jauh, tetap saja kadang kaki-kaki robot masih tersangkut di puing-puing reruntuhan, sehingga menghentikan pergerakan yang menghambat proses pencarian korban.

Para ilmuwan di Universitas Washington Amerika Serikat menciptakan robot seukuran lalat yang mampu melakukan manuver gesit seperti gerakan serangga pada umumnya. Robot serangga yang diberi nama “Robofly” merupakan drone kecil yang didukung oleh sinar laser tak terlihat pada bagian tertentu sehingga bisa mengubah energi cahaya menjadi listrik.

Robofly ini dibuat dari serat karbon yang beratnya kurang dari satu gram dan memiliki sebuah otot elektronik super cepat sebagai penggerak sayapnya. Robot ini memiliki kelincahan terbang seperti lalat. Sayap yang tipis dan fleksibel ini mampu bergetar 120 kali perdetik, yang memungkinkan dapat menghindari usaha paling cepat manusia untuk memukulnya.

Saat ini, kemampuan Robofly masih sangat terbatas pada terbang dan mendarat. Apabila sel fotovoltaik tidak lagi terkena sinar laser, robot tersebut akan kehabisan daya dan tidak bisa terbang.

Langkah berikutnya dari perkembangan robot ini adalah pengembangan sistem untuk mengarahkan laser sehingga Robofly bisa terbang dengan lebih leluasa.

Sumber energi alternatif lainnya yang juga bisa melengkapi robot serangga seperti ini adalah baterai mikro atau sistem energi permanen dari gelombang radio.

Melihat perkembangan teknologi di negara tetangga, Presiden Joko Widodo meminta agar Basarnas memiliki sejumlah peralatan berteknologi mutakhir untuk mempercepat pencarian dan pertolongan korban saat terjadi bencana.

Salah satunya adalah Drone Rescue yang sudah digunakan di Amerika Serikat dan Jepang. Drone rescue dinilai sangat efektif untuk evakuasi pertolongan dan pencarian korban bencana serta memproteksi personil-personil tim SAR. Robot ini dikendalikan melalui pengontrol jarak jauh. Disematkan banyak kamera dan sensor untuk mendeteksi lokasi korban dengan cepat sampai ke area tersembunyi.

Selain itu, Jokowi juga mengusulkan robot lain yaitu robot penyelam yang bisa mencapai kedalaman lebih dari 1.000 meter, serta robot yang bisa mendeteksi korban di ketinggian 3.600 meter.

Kecepatan evakuasi yang ada di tangan tim SAR sangat menentukan jumlah nyawa yang dapat diselamatkan. Sehingga penggunaan teknologi percepatan dan pencarian ini sangat penting. Untuk itu, Presiden Indonesia menghimbau agar penanggulangan bencana harus ditingkatkan lagi. Pasalnya, harapan korban dan keluarga korban bertumpu pada kecepatan respons ketika bencana terjadi. (AMR/ DMC Dompet Dhuafa)