Bogor—Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DKI Jakarta bersama DMC Dompet Dhuafa menggelar pelatihan tanggap bencana. Kegiatan dimulai dari Selasa (08/11/2022) hingga Rabu (09/11/2022) di Telaga Cikeas, Sentul, Bogor.
Peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan tersebut merupakan perwakilan masyarakat tangguh bencana di empat kelurahan dampingan WVI provinsi DKI Jakarta yakni Kelurahan Padbar, Kelurahan Ancol, Kelurahan Cililitan, dan Kelurahan Balekambang.
Pelatihan ini diberi nama SinerGi, sebuah program bertujuan untuk memperkuat ketahanan dan kapasitas masyarakat dalam rangka menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan manusia, dan mengurangi tekanan fisik, sosial, dan ekonomi dengan cara mengelola risiko serta dampak yang ditimbulkan oleh kejadian bencana.
Berangkat dari tujuan tersebut Proyek SinerGi hadir mendampingi masyarakat yang berada dalam risiko bencana dengan upaya membangun pondasi yang stabil melalui pelokalan lembaga lokal dan kepemimpinan terutama perempuan.
WVI melalui Proyek SinerGi akan mendampingi kelompok masyarakat di kelurahan maupun desa untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi masa tanggap darurat bencana melalui pelatihan pemberian pertolongan pertama serta simulasi menghadapi bencana kebakaran di wilayah dampingan Kabupaten Tangerang.
‘’Indonesia memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap ancaman bencana seperti banjir, kebakaran, angin puting beliung, sebaran penyakit, gempa bumi, letusan gunung api serta tsunami,’’ terang Hilda Rumambi, Project Officer (PO) SinerGi Project, Wahana Visi Indonesia.
Selain itu tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di kota-kota besar termasuk DKI Jakarta dan Kab. Tangerang turut memicu kerentanan tersebut.
Tujuan pendampingan proyek SinerGi pada masyarakat sejalan dengan peran dan fungsi strategis mereka sebagai aktor pembangunan.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan BNPB mengenai peran penting masyarakat dalam manajemen penanggulangan bencana. Dinyatakan bahwa masyarakat penting untuk mengetahui lebih tentang bencana alam, kegiatan apa saja yang harus dilakukan saat pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana, serta mengaplikasikan secara langsung dengan beragam aktivitas bersama masyarakat.
Peningkatan kapasitas masyarakat perlu menjadi perhatian khusus karena masyarakat adalah responden pertama pada masa tanggap darurat, sehingga dengan meningkatnya kapasitas masyarakat, risiko bencana yang akan dihadapi bisa lebih diminimalisir.
“Para peserta sangat antusias dalam mengikuti setiap sesi, mulai dari pemaparan materi tentang Manajemen Bencana, First Aid, Lifting and Moving, hingga melakukan praktik pendirian tenda, serta simulasi gempa bumi dan kebakaran,” jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.
Adapun output dari pelatihan ini mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan respon bencana sebagai first responder sebelum bantuan profesional datang. Selain itu akan ada tindak lanjut dengan mengadakan simulasi bencana mengacu dari dokumen kebencanaan yang ada di kelurahan/desa dampingan baik di DKI maupun di Kab. Tangerang.
‘’Dalam kegiatan ini kita bisa saling belajar dan bertukar ilmu, dan melihat serta mendengar kesan-kesan para peserat, juga response peserta yang sangat antusias dalam mengikuti setiap sesi, saya melihat DMC sangat community-based, melihat masyarakat bukan sebagai objek melainkan subjek dalam pelatihan ini sehingga kerjasama dan koordinasi terjalin baik dengan para peserta, tidak menggurui melainkan bertukar pengalaman dan pengetahuan seputar kebencanaan,’’ jelas Hilda.
‘’Semoga DMC Dompet Dhuafa ke depan lebih tangguh dan sukses dalam melayani masyarakat Indonesia terutama dalam PRB dan Tanggap Darurat,’’ tutup Hilda (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).