Parigi Moutong, Sulawesi Tengah—Dompet Dhuafa Sulawesi Tengah dan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa melakukan respons percepatan penanganan banjir di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (01/08/2022).
Tim Dompet Dhuafa telah hadir dan bantu penanganan banjir semenjak Jumat lalu (29/07/2022). Tim turut serta dalam pencarian korban dan turut membantu warga membersihkan rumah-rumah pribadi mereka.
“Saat ini air telah surut. Sebagian pengungsi telah kembali ke rumah. Warga dan relawan yang sudah kembali ke rumah melakukan pembersihan dari sisa-sisa material lumpur banjir,” jelas Agus Riyanto Rahman selaku Koordinator Lapangan DMC Dompet Dhuafa penugasan Respons Banjir Sulteng (01/08/2022).
Kebutuhan mendesak masyarakat saat ini adalah pangan, sandang, air bersih, selimut, alat pembersih, susu formula dan kelambu bayi.“Satu tim masih membantu membantu dalam melakukan evakuasi korban yang hilang. Tiga orang tim pergi ke Palu untuk menyiapkan perlengkapan Dapur Umum. Terakkhir satu orang tim masih melakukan asesmen,”jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.
Sebelumnya banjir melanda empat wilayah di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah pada Kamis (28/07/2022) malam. Banjir terjadi pascahujan dengan itensitas tinggi dan berlangsung lama sehingga menyebabkan meluapnya sungai dan merendam permukiman di Desa Torue, Dusun II, Dusun III dan Dusun V yang berada di Kecamatan Torue pukul 22.33 waktu setempat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat hingga Jumat (29/7/2022) pukul 11.54 WIB, banjir dengan ketinggian muka air antara 30 hingga 90 sentimeter itu merendam 450 unit rumah, 11 di antaranya mengalami rusak berat dan 450 KK /1.800 jiwa terdampak.
Selain itu dilaporkan tiga orang meninggal dunia dan empat orang dinyatakan hilang akibat banjir tersebut. Kemudian terdapat 450 warga yang mengungsi ke beberapa titik pengungsian.
Menurut analisa sementara, kejadian banjir tersebut sebenarnya diawali oleh hujan dengan kategori intensitas yang tidak terlalu tinggi.
Data satelit curah hujan memperlihatkan intensitas hujan yang turun sebelumnya banjir masuk kategori hujan sedang.
Akan tetapi hujan sedang dengan durasi lama ini bersamaan dengan pasang tinggi sehingga komulatif debit di sungai khususnya bagian muara menjadi besar.
Titik – titik limpasan air yang menggenangi pemukiman merupakan alur lekukan sungai yang sekaligus pertemuan dari dua sungai, dan kawasan kaki jembatan yang tidak memiliki tanggul yang cukup.
Sehingga jika debit hulu bertambah akibat hujan intensitas tinggi maka titik-titik limpasan ini sangat mungkin meluap dan menggenangi pemukiman di daerah yang lebih hilir.
Kawasan pemukiman yang terdampak merupakan kawasan genangan banjir dengan ketinggian topografi hanya 2-3 meter dari permukaan laut.
Sedangkan titik limpasan air yang paling besar berada pada ketinggian 4-5m. Faktor inilah yang menyebabkan banjir melimpas dan berdampak di pemukiman dengan arus yang cukup besar.
Dari hasil analisa tersebut, maka Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menekankan beberapa upaya seperti perbaikan sektor hulu dengan reboisasi, pembuatan daerah resapan air, penyediaan embung dan sebagainya agar dilakukan.
“Untuk pencegahan jangka panjang ke depan, maka harus dibuat rencana kontijensi ke depan antara lain dengan memperbaiki lingkungan,” tandas Suharyanto bunyi dalam pernyataan resminya.
Rencana ke depan, tim Dompet Dhuafa akan mendirikan Dapur Umum dan Pos Hangat serta tetap membantu pendataan/asesmen kebutuhan mendesak warga terdampak banjir.
“Bagi kawan baik yang tertarik turut serta dalam bantu respons percepatan penanganan banjir Sulawesi Tengah bersama Dompet Dhuafa. Maka kawan baik bisa mendatangi Pos DMC Dompet Dhuafa di Jalan Abd. Rahman Saleh, Desa Torue, Dusun II, Kecamatan Torue,”tutup Haryo.