Cerita Sukma: Apakah Kehadiran Saya Dapat Membantu Mereka? (Bagian Satu)

Flores Timur, NTT–“Saya punya rasa kemanusiaan, karenanya, saya ikut merasakan apa yang dirasakan masyarakat terdampak erupsi Gunung Lewotobi. Saya berharap kehadiran saya (sebagai relawan) dapat membantu mereka,” kata Sukma.

Rasa kemanusiaan mendorong dirinya untuk rela mengalami langsung kondisi Gunung Lewotobi sedang erupsi yang tidak pernah Sukma, sama sekali, rasakan seumur hidupnya.

Sukmawati Usman, dari Corps Dai Dompet Dhuafa, merupakan relawan respons bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki bersama Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.

Sukma menceritakan kisah sehari-harinya selama menjadi relawan yang turut membantu masyarakat terdampak erupsi Gunung Lewotobi di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Awal kedatangannya ke kawasan terdampak erupsi membuatnya tercengang.

Sepanjang jalan, atap-atap rumah diselimuti abu vulkanik, karena hujan abu saban kali turun. Hembusan angin yang membawa serta abu erupsi Gunung Lewotobi membuat dada sesak saat bernapas, dan perih di mata, tambahnya. Oleh karena itu menggunakan masker dan kacamata menjadi keharusan yang pantang disepelekan.

Di pos-pos pengungsi, Sukma mendapati anak-anak tidak banyak berbicara, hanya duduk diam, termenung. Menurutnya, mereka seolah terbebani rasa trauma akibat pemandangan yang mereka saksikan.

Selain itu, orang-orang dewasa pun diserang rasa panik dan takut akan kondisi yang tidak biasa ini.

Pemandangan-pemandangan tersebut disaksikan dan dialami langsung oleh Sukma, dan membuat api kemanusiaan di hatinya terpantik nyala untuk bisa membantu penyintas.

Namun, rasa simpati Sukma untuk menolong membentur sebuah tanya, mengingat ini pengalaman pertamanya berhadapan langsung dengan Gunung Lewotobi Laki-laki yang sedang bergemuruh: Apakah kehadiran saya dapat membantu mereka? (MAN / MAA / DMC Dompet Dhuafa)

Selanjutnya