Flores Timur, NTT–Perihal nasib, tidak semua manusia memiliki sekaligus melewati pengalaman yang sama. Namun, ada hal kecil yang punya impak besar agar kita semua punya perasaan yang sama satu sama lain.
Hal kecil itu adalah mengandaikan bagaimana jadinya jika kita yang dibebani derita-derita orang lain. Sikap peduli bisa lahir dari hal sekecil itu. Ini juga yang dilakukan Sukma, mengandaikan dirinya sebagai penyintas.
Terlibat langsung menjadi relawan membuat Sukma mengorbankan keluangan waktu, tenaga dan pikirannya. Dari pengalaman ini ia merasakan apa yang dirasakan penyintas. Salah satunya ketidaknyamanan di tengah kondisi bencana. ia bercerita dengan membayangkan apa yang dialami penyintas,
“… yang pertama saya rasakan pertama kali adalah rasa tidak nyaman. Karena kita sebelumnya punya kehidupan sehari-hari di rumah, tapi setelah terkena erupsi Gunung Lewotobi kita diharuskan mengungsi di beberapa wilayah (yang aman). Aktivitas sehari-hari terganggu. Hanya mandi, makan dan tidur. Itu rasanya tidak nyaman sekali,” ucap Sukma dengan air muka miris karena membayangkan kondisi yang terjadi.
Namun setelah itu, Ia melanjutkan bahwa adanya perubahan yang membuat kondisi pengungsian semakin membaik. Perubahan ini terjadi setelah adanya kehadiran para relawan bersama DMC Dompet Dhuafa di lokasi.
“Awal kami turun di tempat kejadian, di beberapa tempat pengungsian belum adanya alas tidur dan juga belum adanya dapur umum. Kami dari Dompet Dhuafa menyediakan Dapur Umum untuk para pengungsi yang berada di tempat kejadian,” tutur Sukma
Ketidaknyamanan aktivitas penyintas di pos pengungsian berangsur-angsur menghilang, dan keceriaan terpancar dari wajah anak-anak di sana.
Sebagaimana diketahui di lapangan, tim DMC Dompet Dhuafa mendirikan Dapur Umum, Pos Hangat serta bantuan psychological first aid (PFA) kepada warga terdampak, terutama anak-anak—kelompok paling rentan di masa pasca bencana.
Selain itu, DMC Dompet Dhuafa membuat Dapur Keliling (Darling) untuk melayani kebutuhan mendesak penyintas di sana.
“Kami juga mempunyai dapur keliling atau Darling Dompet Dhuafa. Di mana setiap sore kami keliling dari beberapa pos ke pos pengungsian. Kami juga menyediakan makanan, minuman kepada anak-anak dan penyintas lainnya,” tutur Sukma.
“Tidak hanya itu saja, kami juga membuat taman ceria untuk anak-anak yang terkena terdampak erupsi Gunung Lewotobi,” lanjutnya.
Kesigapan dan ketanggapan Sukma dan para relawan lainnya kepada penyintas, membuahkan rasa aman.
Anak-anak yang sebelumnya hanya diam, mulai menebarkan senyum lewat canda dan tawa. (MAN/ MAA/ DMC Dompet Dhuafa)