Demak, Jawa Tengah–Bagi yang pernah menonton film Waterworld (1995) atau film lainnya yang berkaitan antara pemukiman dan laut, maka Dusun Timbulsloko tidaklah asing bagi kalian.
Dusun yang terletak di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, ini sekilas merupakan wilayah parawisata seperti di Labuan Bajo atau mungkin Maladewa. Namun Timbulsloko jauh dari kata sejahtera, berbanding terbalik dengan wilayah Labuan Bajo atau Maladewa.
Namun dusun itu bukan wilayah wisata, melainkan pemukiman warga yang mulai perlahan tergerus abrasi hingga sekarang ini yang telah menenggelamkan sekitar 1 – 3 meter tinggi bangunan rumah warga.
Air laut yang memasuki wilayah pemukiman, bahkan bangunan rumah bukanlah pemandangan baru. Hal ini adalah kondisi sehari-hari warga Dusun Timbulsloko.
Jika kondisi air sedang surut, maka teman-teman bisa melihat jalan dan jembatan yang dahulu digunakan warga sehari-hari sebelum beralih menggunakan jembatan kayu sebagai jalur transportasi dan menggunakan perahu–terkadang– sebagai moda transportasi utama sekarang ini.
Kondisi di atas sangat berbeda dengan banjir yang terjadi di kota-kota besar yang akibat drainase buruk atau tata kelola pemukiman yang mulai padat. Kejadian di atas, merupakan akibat abrasi yang terus menggerus permukaan tanah dusun yang terjadi mulai dari tahun 1995.
Berbagai aktivitas terancam–bahkan memang sudah terancam–seperti pemakaman. Wilayah pemakaman yang telah ditinggikan tanahnya terlihat seperti sebuah pulau terapung.
Namun setiap ada berita duka, kesulitan dan kekhawatiran terus meliputi warga: khawatir jenazahnya jatuh ke laut, khawatir jalannya roboh, khawatir air laut menutupi seluruh wilayah pemakaman.
Melihat kenyataan di atas, beberapa kelompok/komunitas/lembaga swadaya masyarakat telah melakukan beberapa kolaborasi, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa sendiri turut memberikan gentong penampungan air.
Selain itu juga turut membantu peninggian jalan penghubung utama dusun dengan dusun serta desa lainnya. Jalan sepanjang 110 meter yang terletak di tengah air laut dan menjadi penghubung dusun satu-satunya, menjadi harapan baru bagi masyarakat.
Masihkah ada harapan yang tersisa?
Dokumentasi 10 Januari dan 10 Maret 2024
(AFP & JUL/ DMC Dompet Dhuafa)