Latih Siap Siaga Karhutla, Sasar Relawan Guru Siaga Bencana

Kubu Raya, Kalimantan Barat—Kemenag Kubu Raya berkolaborasi bersama Sekolah Guru Indonesia (SGI) dan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa adakan pelatihan siap siaga bencana kebakaran hutan dan lahan bagi puluhan guru di Kubu Raya. Pelatihan tersebut berlangsung selama dua hari yakni mulai dari Selasa (15/08/2023) – Rabu (16/08/2023).

Berlokasi di Aula Kantor Kemenag Kubu Raya, puluhan peserta terlihat antusias menyimak dan praktik simulasi secara khusyuk.

“Alasan saya mengikuti pelatihan ini adalah untuk membantu masyarakat yang awam tentang bencana karhutla. Dengan kegiatan ini saya akan memotivasi masyarakat setempat untuk mengikuti sosialisasi tentang penanggulangan bencana karhutla (dan Langkah-langkah pencegahannya),” terang Fatimah salah seorang peserta dari MI di Kabupaten Kubu Raya.

Melalui tajuk Training of Trainers, pelatihan ini diharapkan mampu menjadi inisiator dan pembina dalam melatih serta menyebarkan keterampilan yang didapat dalam pelatihan ini.

“Pelatihan Sekolah Siaga Karhutla dilakukan melalui metode coaching (pembinaan) yakni mereka dibina dan dilatih menjadi relawan tangguh dalam hadapi bencana. Adapun para peserta yang mengikuti pelatihan ini terdiri dari guru yang sekolahnya terletak di wilayah yang kerap mengalami dampak bencana asap dan beserta untuk komitmen dalam menyebarkan pengetahuannya kepada rekan guru lain yang dirasa membutuhkan pemahaman penanganan karhutla dan bencana asap,” jelas Achmad Lukman selaku Humanitarian Academy Manager DMC Dompet Dhuafa melalui pesan singkat.

Kepala Kemenag Kabupaten Kubu Raya H. Ruslan mengucapkan banyak terima kasih atas pelatihan yang diselenggarakan oleh SGI dan DMC Dompet Dhuafa. Menurutnya ini adalah bentuk ikhtiar dalam penanggulangan bencana karhutla yang menjadi ancaman di wilayah Kalimantan Barat.

“Kami sangat mengapresiasi penyelenggara, DMC DD dan panitia kegiatan, sehingga peserta harus semangat dan harapanya peserta bisa menjadi trainer untuk sebagai wadah perjuangan,” katanya sebagaimana yang diberitakan oleh Tribunnews Kubu Raya.

Para peserta menerima pelatihan berupa langkah-langkah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan, kemudian pelatihan tentang penyusunan rancangan bahan kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan, kemudian melakukan kajian risko, terakhir menyusun rencana aksi pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

“Alhamdulillah kami bisa mengenyam materi tentang mitigasi dan penanggulangan bencana. Materi ini sangat bermanfaat. Suatu bagian yang dapat membantu masyarakat dalam mencari solusi,” ujar Muhammad Zaini salah satu peserta yang merupakan guru MA di salah satu sekolah di Kabupaten Kubu Raya.

Diketahui sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (63,65%), yang terdiri dari hutan belukar (22,69%), hutan lebat (31,37%), hutan rawa (6,27%), dan hutan sejenis (3,32%) (BPS, 2022).

Menurut Kajian Risiko Bencana Nasional (INARISK) yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2021. Tercatat kelas risiko bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan adalah tinggi. Hal ini lantaran, total luas bahaya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan adalah 11.976.418 Ha dan berada pada kelas tinggi.

Luas bahaya kebakaran hutan dan lahan tersebut dirinci menjadi 3 (tiga) kelas bahaya, yaitu luas bahaya dengan kelas rendah adalah 3.487.864 Ha, kelas sedang seluas 6.747.753 Ha, serta kelas tinggi adalah seluas 1.740.801 Ha.

Terhitung total kerugian untuk bencana kebakaran hutan dan lahan adalah sebesar 20,36 triliun rupiah yaitu dengan rincian tidak ada kerusakan fisik dan kerugian ekonomi sebesar 20,36 triliun rupiah.

Kemudian potensi kerusakan lingkungan bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat adalah 426.551 Ha dengan kelas kerusakan lingkungan adalah tinggi.

Adapun para peserta dituntut untuk perhatikan faktor lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya. Identifikasi kondisi bahaya sesuai tingkat bahayanya, misalnya pemadaman dilakukan malam/siang hari, kondisi cuaca (hujan, kecepatan angin, dan arah angin), kondisi lokasi (aksesibilitas, jenis vegetasi, jenis tanah, topografi, bentang alam, sumber air) dan perilaku api (tipe kebakaran, tingkat penyalaan api, asap, intensitas, jarak pandang, kecepatan penjalaran api).

Kemudian mereka harus lakukan aktualisasi informasi menyangkut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi membesarnya api. Dengan cara memperhatikan kesehatan fisik dan mental masing masing personil untuk menghindari kecelakaan akibat kelalaian manusia (human error ).

Lalu para peserta harus memberikan briefing/arahan sebelum melakukan pemadaman, informasikan rute penyelamatan diri bila terjadi hal hal yang membahayakan. Yakinkan bahwa setiap personil dalam regu pemadam mengetahui cara dan rute menyelamatkan diri. Terakhir siapkan peralatan dan perlengkapan perlindungan sesuai dengan prosedur.

Tidak lupa juga para peserta harus bisa identifikasi kondisi lokasi kebakaran sesuai jenis kebakarannya. Para peserta juga diingatkan untuk menghindari aktivitas pemadaman di malam hari bila belum mengenal betul lokasi tersebut.

Semua peserta juga diharapkan menjaga komunikasi dengan sesama personil regu pemadam maupun dengan personil regu pemadam lainnya bila melakukan pemadaman gabungan selama aksi pemadaman api.

Ketika peserta kelelahan saat melakukan pemadaman, jangan lupa lakukan pergantian personil. Hindari bekerja secara terus menerus untuk menjaga kebugaran. Lalu berikan dukungan logistik yang memadai dengan asupan energi yang seimbang. Terakhir lakukan evakuasi dan perawatan dengan segera bila terjadi kecelakaan kerja. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)