Less Plastic More Action: Jaga Laut dan Bumi Kita dari Sampah Plastik

Pada awalnya, plastik diciptakan sebagai salah satu solusi dari keterbatasan material untuk menjaga ketersediaan sumber daya alami di bumi dan juga karena alasan ekonomis dan penggunaannya yang praktis. Hal tersebut yang secara tidak langsung membuat manusia telah bergantung pada penggunaan plastik.

Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Di  tahun 2018 saja dari Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan sekitar 0,26 juta-0,59 juta ton plastik ini mengalir ke laut.

Hingga saat ini dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 menyebutkan, limbah plastik di Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.

Jumlah tersebut dapat meningkat pada tahun 2050 mendatang dengan menimbang dari laju pertumbuhan penduduk dunia yang mencapai angka 70%.

Tidak hanya di Indonesia, hampir di seluruh negara di dunia dibuat kewalahan oleh plastik. Dengan sifat dan karakter yang sulit terdegradasi (non-biodegradable) plastik menjadi momok yang menakutkan, karena memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan juga Kesehatan.

Sekitar 80 persen pencemaran laut dan pesisir berasal dari darat – termasuk limpasan pertanian, pestisida, plastik, dan limbah yang tidak diolah.

Setiap tahun, diperkirakan 5 hingga 12 juta metrik ton plastik memasuki lautan, menelan biaya sekitar $13 miliar per tahun – termasuk biaya pembersihan dan kerugian finansial dalam perikanan dan industri lainnya. Sekitar 89% sampah plastik yang ditemukan di dasar laut adalah barang sekali pakai seperti kantong plastik.

Padahal lebih dari 3,5 miliar orang bergantung pada laut untuk ketahanan pangan mereka, sementara sekitar 120 juta orang bekerja langsung dalam kegiatan yang berkaitan dengan kelautan seperti budidaya ikan dan transportasi laut.

Laut juga menyediakan 57 juta pekerjaan secara global dan menyediakan sumber protein utama bagi lebih dari 50% populasi di negara-negara kurang berkembang.

Perdagangan barang internasional dilakukan melalui laut, dan persentasenya bahkan lebih tinggi untuk sebagian besar negara berkembang. Mayoritas pekerja ini tinggal di negara berkembang.

Lautan adalah penyangga penting terhadap perubahan iklim, menyerap sekitar 25 persen dari semua emisi karbon dioksida yang dihasilkan manusia. Laut juga telah menyerap lebih dari 90 persen suhu panas.

Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa mengajak masyarakat turut serta bersama dalam memerangi pencemaran laut melalui campaign Less Plastic More Action. Masyarakat bisa mengakses campaign melalui tautan https://donasi.dompetdhuafa.org/lessplasticmoreaction/ .

Melalui campaign Less Plastic More Action, DMC Dompet Dhuafa akan meengajak masyarakat, relawan, bahkan stakeholder pemerintah melakukan pembersihan sampah berkala di kawasan pesisir dan laut Pulau Tunda. Serta, DMC Dompet Dhuafa akan mengadakan pelatihan pengelolaan sampah ekonomi kreatif dan pengalihan sampah plastic menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Sehingga nelayan bisa memperoleh bahan bakar ramah lingkungan yang lebih murah ekonomis.