Bitung, Sulawesi Utara–“Saya akhirnya memutuskan pergi mengungsi,” terang seorang Oma yang bernama Intan (68).
Oma Intan terhitung sudah beberapa hari tinggal dan hidup di Kantor Asrama BLK Bitung, Kelurahan Kadoodan, Kecamatan Madidir, Kota Bitung.
Ia merupakan penyintas yang berasal dari Pulau Tagulandang, yang jaraknya berdekatan dengan Gunung Ruang.
Asrama tersebut dialihkan oleh pihak pemerintah sebagai Pos Pengungsian bagi masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang.
Oma Intan (68) bersama sang adik, saat ini menetap di Pos Pengungsian Bitung. Menurutnya Pos Pengungsian ini terasa nyaman, lantaran bantuan konsumsi dan juga hiburan tercukupi di sini.
Beliau merupakan penerima manfaat dari Dapur Umum dan Pos Hangat Disaster Management Center (DMC) serta Dompet Dhuafa Sulawesi Utara.
“Di sini lengkap to jadi aman di sini,” terangnya.
Selain itu DMC dan Dompet Dhuafa Sulawesi Utara menyediakan arena bermain ular tangga dengan konsep mitigasi bencana. Dia bersama oma-oma lainnya sangat menikmati permainan ini, senyum dan gelak tawa terpancar di wajahnya yang sudah lanjut usia.
Oma Intan sehari-hari merupakan petani sekaligus pedagang. Dia menjual buah langsat dan berbagai sayuran dari hasil budidayanya sendiri.
“Saya tanam dan jual sendiri,” ujarnya.
Awalnya dia belum tertarik untuk mengungsi. Lantaran Pulau Tagulandang merupakan rumahnya yang nyaman. Namun ketika semua orang memulai evakuasi ke Manado dan Bitung, akhirnya dia juga memutuskan untuk evakuasi.
Dia melihat dirinya sudah tua, sehingga daripada merepotkan diri sendiri atau orang lain, dia dan sang adik harus merelakan sejenak tempat tinggalnya menuju Pos Pengungsian.
“Saya sadar diri, pun jika memutuskan di sana, tidak ada siapapun di sana,” ungkapnya.
Dia pun mengakui bermunculan kabar simpang siur (hoax) terkait erupsi Gunung Ruang, mulai dari gunung yang terbelah hingga tsunami. Namun dia tidak memusingkan hal tersebut, lantaran hal tersebut sulit terbukti.
Saat ini dia masih berharap untuk bisa kembali ke Pulau Tagulandang, namun jika kembali dia tidak yakin bisa hidup dengan aman, lantaran atap rumahnya berlubang akibat hujan batu dan abu dari Gunung Ruang.
“Ketika semua sudah selesai, mungkin saya akan pergi ke rumah saudara saya di Manado,” tutup Oma Intan. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).