Bogor—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa adakan pelatihan manajemen bencana bagi puluhan mahasiswa/I Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Budi Bakti yang berlokasi di Jalan Raya Parung Bogor KM 42 Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor (11/02/2024).
DMC Dompet Dhuafa menggandeng Khosyi Muttaqien Sugandi (Environmental Project Officer Kertabumi) dan Tira Anisya (Digital Creator Pengelolaan Sampah) dan Ahmad Baihaqi (Manajer Kesiapsiagaan & Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa) pada hari pertama Sabtu (10/02/2024).
Melalui mereka, para mahasiswa mampu memahami betapa pentingnya pengelolaan sampah yang baik sebagai salah satu bentuk pengurangan risiko bencana.
Kolaborasi ini merupakan inisiatif langsung dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bakti Care STIM Budi Bakti yang melihat bahwa dengan menaruh perhatian kepada penanggulangan bencana mampu membantu sesama.
Mereka juga menyumbang yang terkumpul dari penggalangan dana yang dilakukan oleh mahasiswa/i untuk membantu sesama yang terdampak bencana.
“Pertama karena kita memiliki _concern_ terhadap lingkungan, kedua adalah _concern_ terhadap kebencanaan. Kami, Bakti Care bergerak dalam tiga pilar utama, yakni kesehatan, kebencanaan dan pendidikan-pelatihan,” ujar Dyah Hastari selaku Ketua UKM Bakti Care STIM Budi Bakti seusai kegiatan.
“Kami turut serta dalam _campaign_ Indonesia Siap Siaga Bencana, harapannya dengan terlibat _campaign_ ini bisa membantu teman-teman yang sedang membutuhkan di luar sana,” lanjut Dyah.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 35,83 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022.
Pada tahun 2023 terhitung ada 13 juta ton sampah, jumlah ini belum ditambah timbunan sampah dari provinsi Banten, Sumatera Selatan, Bengkulu, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Utara, Papua Pegunungan dan Papua Barat Daya (diakses pada Minggu 11/02/2024 pukul 18:44 WIB).
Meski ada penurunan namun pengelolaan sampah harus terus digencarkan demi meminimalisir segala bentuk bencana yang mengikutinya.
Pada hari kedua, Minggu (11/02/2024), para peserta belajar tentang manajemen siklus bencana dan praktik dasar pertolongan pertama gawat darurat kesehatan bersama Ahmad Lukman (Manajer Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan) dan Adi ‘Malo’ Sumarna (Staf Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan).
“Perlu diperhatikan untuk memberikan pertolongan pertama (RJP) menyesuaikan dengan usia (bayi/anak-anak dan dewasa). Khawatir justru malah menambah luka (bagian dalam) terhadap orang yang mau kita bantu,” terang Adi ‘Malo’ Sumarna dalam paparannya.
Noval Arfan salah satu peserta dan juga mahasiswa STIM Budi Bakti menuturkan bahwa bencana alam sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Hal ini berkaca pada pengalaman dia merasakan langung getaran gempa bumi di rumahnya, Sukabumi.
“Kita belajar melakukan manajemen bencana mulai dari pencegahan/mitigasi, saat kejadian dan pasca-kebencanaan. Kedua kita belajar prinsip atau tentang pertolongan pertama,” terang Noval Arfan Koordinasi Kebencanaan dan dan Lingkungan Bakti Care di sela penutupan acara.
“Juga saya pernah merasakan bencana gempa bumi, walaupun ini terjadi di Cianjur, tetapi terasa sampai Sukabumi,” lanjut Noval.
“Di mana saat itu kami sedang belajar bersama teman-teman awalnya tidak terasa, namun ketika salah satu teman mengatakan gempa, baru saya mulai merasakan kursi seperti terombang-ombang dan mentor kita membimbing kami untuk tidak panik sembari keluar ruang dengan tidak terburu-buru dan cari tempat aman”.
Dengan hadirnya acara ini, mampu memberikan pengantar dan pelatihan awal bagi para mahasiswa/i untuk mampu menjadi tenaga ahli yang memiliki wawasan luas tentang penanggulangan bencana yang bisa memberikan kebermanfaatan kepada khalayak.
“Insyallah saya bisa sedikit membantu menjadi awam terlatih,” tutup Noval. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)