Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sidomulyo, Suparli juga menuturkan hal serupa. Masyarakat sudah memiliki FPRB, namun forum tersebut masih terbilang baru. Sehingga aktivasi kegiatan PRB masih belum mapan.
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa bahwa kami Desa Sidomulyo telah diberikan pelatihan untuk menanam mangrove dan itu sangat berguna sekali serta sangat bermanfaat. Karena kami di sini FPRB kami memang belum lama berdiri dan tentang penanaman mangrove masih belum begitu paham sekali,”jelasnya.
Suparli berharap bahwa kegiatan ini bisa berlanjut dan meningkat hingga ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih masif lagi. ”Saat banjir terjadi dampaknya sangat menggerus pantai atau bibir pantai. Namun sekarang telah dilaksanakan pemasangan batu besar (tanggul) untuk penahan air yang telah diinisiasi oleh masyarakat,”terang Suparli.
“Nanti kami mohon ada tindak lanjut bantuan dari DMC Dompet Dhuafa yaitu penanaman pohon yang sifatnya keras untuk pendamping atau meneruskan program dari batu yang telah dipasang. Sehingga nanti bisa tertampung air dan ditanam mangrove lagi. Dengan demikian mungkin ke depan bisa jadi tempat pariwisata,”ujar Suparli.
“Kami ucapkan terima kasih kepada para donatur. Mudah-mudahan apa yang telah didonasikan menjadi baik untuk kita. Kedua menjadi manfaat atau menjadi amal barokah bagi para donatur,” tutup Suparli.
Bowo Prayogo selaku Ketua Karangtaruna Desa Sidomulyo menceritakan bahwa abrasi terparah terjadi di tahun 2022. Pada tahun 2022 abrasi telah menghilangkan lahan-lahan pariwisata di pantai. Hal itu terjadi dalam waktu seminggu.
“Dalam waktu seminggu, bencana abrasi telah menghabiskan lahan-lahan pariwisata. Tahun 2022, abrasi paling parah yang sudah terjadi di Pantai Soge di sini sampai menghabiskan lahan parawisata. Aset desa kita yang habis,” akunya.