30 Hari Ramadan Jadi Manfaat: Angkat Bicara Soal Kedaulatan Palestina

Tangerang Selatan—Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa gelar webminar yang bertajuk “Kerja Sama Lintas Agama untuk Bangsa  Palestina yang Merdeka dan Berdaulat” melalui platform Zoom Selasa (19/04).

Ini merupakan agenda DMC Dompet Dhuafa dalam bulan suci Ramadan untuk menghantarkan bulan ini dengan semangat produktif yang penuh keberkahan.

Sejak proklamasi dan pendudukan Israel tanggal 14 Mei 1948 lalu, identitas dan budaya Palestina tercerai berai seiring dengan meningkatnya jumlah konflik, kehilangan atas lahan, dan pengungsi Palestina yang meningkat serta tersebar di banyak negara.

Namun perlu diketahui bahwa warga terdampak terdiri dari banyak latarbelakang budaya dan agama. Mengingat Palestina sendiri merupakan bangsa yang majemuk dan permasalahan kemanusiaannya harus diselesaikan dengan dukungan banyak pihak dari dalam dan luar negeri.

“Saya ucapkan terima kasih atas teman-teman yang turut hadir dalam acara webminar kali ini. Kami berharap lebih banyak membawa dan mendorong perdamaian di Palestina dengan pendekatan lintas agama,”ujar Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.

Webminar dibuka dengan pemaparan program intervensi yang telah dilakukan Merciful Hand Charity bagi warga terdampak konflik kemanusiaan di Palestina. Merciful Hand Charity merupakan mitra program kemanusian Palestina Dompet Dhuafa. Melalui kolaborasi antara Dompet Dhuafa dan Merciful Hand Charity telah banyak program bantuan disalurkan bagi masyarakat di Palestina di antaranya adalah program Ambulance yang telah berjalan selama tujuh bulan sejak awal tahun 2022 dan program Food Ramadhan Package. Wilayah-wilayah intervensi program tersebut antara lain:

Al Zaytoon district; wilayah ini terletak disebelah timur kota Gaza, situasi ekonomi pada wilayah ini sangatlah sulit, banyak pengangguran yang menyebabkan banyak keluarga disana tidak berpenghasilan. Rumah mereka terbuat dari sisa-sisa seng, ataupun kain-kain. Kehidupan disana sangatlah sulit, terlebih dengan kondisi musim dingin saat ini, sangat sulit bagi tiap keluarga disana untuk menjaga diri mereka tetap hangat.

Desa Al Bared; terletak di sebelah timur Khan Younis, wilayah ini pun sangatlah miskin. Terdapat kurang lebih 45 rumah terbuat dari sisa-sisa bangunan dan kain-kain untuk menutupinya, selama musim dingin, hidup mereka semakin sulit karena tidak adanya sumber daya untuk menghangatkan. Bahkan jika hujan datang, airnya akan memasuki rumah dan itu memperburuk keadaan mereka pada musim dingin.

Desa Bedouin; lokasi desa ini ialah sebelah utara kota Gaza, yang mana populasi warganya sekitar 4000-5000 jiwa. Rumah-rumah mereka sangatlah kecil dan biasa berpindah-pindah, Sebagian besar dari populasi tersebut pengangguran, sehingga menyebabkan mereka tidak memiliki sumber untuk menghangatkan diri dikala hujan dan musim dingin.

Fasilitas-fasilitas yang diberikan tersebut yakni Pemanas bahan bakar gas (gas heater), Pakaian musim dingin (untuk anak-anak dan dewasa, Matras (alas tidur), dan keranjang buah-buahan.

”Saat ini kebutuhan mendesak ialah obat-obatan untuk musim dingin Ramadhan di pusat kesehatan,”jelas Nura Barzaq selaku Merciful Hand Charity.

George Stephen selaku perwakilan dari ACT Alliance Palestine Forum yang lahir dan besar di Jerussalem mengaku mendukung terkait hak untuk beribadah bagi semua agama. Ia sendiri merupakan perwakilan dari komunitas gereja melihat penting melihat dari sisi kemajemukan warga Palestina.

“Sebagai orang lokal, saya sangat mendukung terkait hak untuk beribadah bagi semua agama. Rata-rata komunitas Kristiani di Jerusalem mendukung hal ini. Kami membantu juga dalam hal penyediaan kebutuhan pokok dan juga bantuan advokasi terkait hak menjalankan ibadah, Jerusalem juga terbuka untuk semua orang, semua agama,”terang George.

Kerja sama lintas agama perlu dibangun sebagai wujud dialog untuk menciptakan keadilan sosial di tanah Palestina sehingga tercipta perdamaian yang aktif dan sejati.

“Berbicara tentang aliansi tidak hanya tentang aliansi agama, tetapi juga aliansi peradaban dunia. Saya setuju dengan George yang merangkul semua organisasi dan menghilangkan hambatan agama,”ungkap Sudarnoto Abdul Hakim selaku Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional

“Segala bentuk pendudukan harus dihapuskan, tanpa memandang agama dan suku, termasuk kedaulatan Palestina. Bagian penting kedua secara khusus terkait dengan masalah Palestina, menjadi sebuah keyakinan, bukan hanya masalah Islam atau Yahudi tetapi masalah bersama, kemanusiaan. Dari awal masalahnya adalah kolonialisme, genosida,”tutup Sudarnoto.

Diskusi ini merupakan bagian dari komitmen Dompet Dhuafa untuk bukan hanya memberikan bantuan secara langsung bagi masyarakat Palestina tetapi juga mendorong terjadinya dialog positif yang produktif antar pelaku kemanusiaan lintas agama untuk mendorong terwujudnya bangsa Palestina yang merdeka dan berdaya (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).