Banjir Bandang Pakistan Perburuk Tingkat Rentan Anak-anak

(Foto Ilustrasi)

Tangerang Selatan—Banjir bandang Pakistan menyebabkan 496 anak meninggal dunia dan 4.000 jiwa anak terluka. Banjir juga mengganggu aktivitas belajar dan mengajar bagi lebih dari 3,5 juta anak.

Pada tahun 2015 sendiri, warga Pakistan hidup dalam kemiskinan (absolute poverty) yakni memiliki pendapat di bawah US$1,90 perharinya atau sekitar Rp30.000. Kemudian pada tahun 2019, sebanyak 38 persen warga Pakistan atau setara 81,4 juta warga hidup dalam kemiskinan di segala bidang kehidupan.

Dengan besarnya tingkat kemiskinan yang ada, diperkirakaan sebanyak 23 juta anak di usia 5 – 16 tahun keluar dari sekolah. Kenyataan ini diperparah dengan lebih dari 22.000 sekolah telah rusak akibat banjir bandang di Sindh, Balochistan, Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa. Serta 5.500 sekolah dialihkan menjadi tempat pengungsian darurat.

“Rusaknya sekolah berarti anak-anak bisa kehilangan keamanan dan rutinitas. Tanpa akses ke pendidikan, mereka berisiko kehilangan masa depan mereka,”tulis dalam keterangan resmi United Nations Children’s Fund (UNICEF).

“Proses belajar dan mengajar anak-anak sekali lagi terganggu, terutama di daerah yang sepertiga anak perempuan dan laki-laki sudah putus sekolah sebelum krisis,”lanjut laporan UNICEF.

Sebanyak 556 ribu rumah hancur, 1,17 juta rumah rusak akibat banjir bandang. Sebagian penyintas dilaporkan tinggal dengan kerabat atau rumah warga Pakistan yang lainnya. Hampir 800.000 pengungsi tinggal di distrik yang rawan bencana luar biasa (calamity hit), termasuk sekitar 210.000 di distrik Peshawar di Khyber Pakhtunkhwa; 170.000 di Quetta, Balochistan; 77.700 di Nowshera, Khyber Pakhtunkhwa; dan 71.500 di Karachi, Sindh.

Infrastruktur yang rusak menyebabkan keluarga kehilangan akses terhadap sarana-prasarana sanitasi dan kebersihan yang memadai. Ini juga membuat anak-anak semakin rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air.

“Sementara 92 persen orang Pakistan memiliki akses ke air minum dasar, hanya 35 persen yang dapat mengakses air minum yang dikelola dengan aman. Sebanyak 40 persen populasi belum memiliki layanan sanitasi dasar, dan 29 persen populasi nasional belum memiliki akses listrik, termasuk 45 persen populasi yang tinggal di dearah pedesaan,”tulis dalam WFP Critical Corporate Initiative: Climate Response Analysis(2021).

Diperkirakan lebih dari 1.460 fasilitas kesehatan telah terkena dampak hujan lebat dan banjir. Akses ke fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, dan obat-obatan masih terbatas. Berdasarkan pantauan sementara penyintas telah menunjukan gejala penyakit diare, malaria, infeksi saluran pernapasan akut, infeksi kulit dan mata, serta tipus.

“Sementara itu, kasus diare dan penyakit yang ditularkan melalui air, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit telah dilaporkan. Anak-anak dan ibu sering terputus dari kebutuhan dasar dan esensial, termasuk persediaan obat-obatan dasar. Risiko terpapar malnutrisi juga meningkat,”lanjut laporan UNICEF.

Selain itu juga dilaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus demam berdarah di desa-desa pengungsi di Khyber Pakhtunkhwa. Sementara itu wabah diare akut (AWD) telah muncul di 45 distrik di Balochistan, Sindh, Punjab, Khyber Pakhtunkhwa dan Wilayah Ibu Kota Islamabad.

“Terhitung 40 persen anak-anak sudah menderita stunting sebelum banjir melanda. Oleh karena itu adanya peningkatan risiko kematian anak. Dan situasinya hanya akan terus memburuk karena musim dingin hanya 8 minggu lagi di beberapa bagian negara.”terang Abdullah Fadil selaku Perwakilan UNICEF untuk Pakistan.

“Pakistan menempati peringkat ke-14 dari 163 negara pada Indeks Risiko Iklim Anak (CCRI) UNICEF, menempatkan negara itu dalam kategori klasifikasi ‘berisiko sangat tinggi’. Intervensi untuk mengatasi perubahan iklim yang mendesak sangat penting untuk melindungi generasi ini dan generasi mendatang. Karena itu, UNICEF mendesak para pemimpin dunia, pemerintah, dan bisnis di seluruh dunia untuk mendengarkan anak-anak dan memprioritaskan tindakan yang melindungi mereka dari dampak bencana iklim, sambil mempercepat upaya mengurangi emisi gas rumah kaca,”lanjut Fadil

Kawan baik, yuk bantu masyarakat terdampak banjir bandang di Pakistan bersama kami. Kirimkan donasimu melalui: BSI 703.057.9946 a.n Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Tambahkan kode unik 50 di akhir nominal donasi.