Di dalam buku Women Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Sama halnya di buku The Science Question in Feminism, gender juga bisa dipahami sebagai karakteristik individual dan perangai seseorang, serta peran sosial seseorang dalam sebuah konstruk budaya.
Namun demikian, hal terpenting adalah bagaimana pemahaman tentang gender ini dapat membentuk pembagian peran yang adil bagi seluruh manusia dari latar belakang gender, kelas dan ras yang berbeda.
Yang perlu dikembangkan dan dipahami adalah keberagaman dalam mengelola gender memberikan peluang kepada komunitas untuk mengkonstruksi peran gender dari masing-masing komunitas. Hal ini terkait dengan kemandirian dan kebebasan suatu komunitas dalam memberikan pemaknaan terhadap suatu fenomena dan potensinya.
Di tengah krisis lingkungan hidup dan meningkatnya konflik sumber daya alam di negara ini, peran gender jadi lebih penting. Ini tak lain karena mereka adalah yang paling terdampak dalam konflik lingkungan hidup.
Krisis lingkungan tidak hanya disebabkan pola pikir dan perilaku yang berpusat pada kepentingan manusia (antroposentris), namun juga disebabkan pola pikir dan perilaku yang mengutamakan dominasi, manipulasi, dan eksploitasi terhadap alam (androsentris).
Untuk menunjukkan sikap kepedulian terhadap lingkungan, harus memahami pentingnya etika lingkungan.
Secara umum, etika lingkungan adalah nilai-nilai keseimbangan dalam kehidupan manusia dengan interaksi dan interdependensi terhadap lingkungan hidupnya yang terdiri dari aspek biotik, abiotik, dan kultur.
Etika lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap lingkungan. Etika lingkungan juga berbicara mengenai relasi antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam keseluruhan.
Cara menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dengan pengelolaan sampah. Karena masalah sampah sampai saat ini masih menjadi masalah krusial di Indonesia.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap bahwa salah satu faktor peningkatan volume sampah adalah perilaku masyarakat itu sendiri. Di mana membuang sampah sembarangan masih menjadi penyebab utama penumpukan sampah.
Selain itu dapat juga dimulai dari upaya penekanan akan kesadaran untuk meminimalisir adanya emisi gas rumah kaca dan adanya upaya pembekalan pengetahuan akan segala dampak yang dihasilkan dari perubahan iklim.
Peduli terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab semua gender. Tetapi faktanya, masih melekat peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Seharusnya semua gender dapat memainkan peranan dalam memupuk kesadaran peduli lingkungan.
Oleh sebab itu, telaah etika lingkungan memberikan pembelajaran bahwa ada beragam cara pandang dan pola perilaku moral dengan perspektif yang berbeda. Ketika maskulinitas mendominasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, feminisme dapat mendobrak logika dominasi yang dianggap cenderung eksploitatif dan destruktif terhadap lingkungan.
Kawan Baik, setiap gender yang menerapkan sikap peduli terhadap lingkungan, akan bisa menikmati secara terus menerus tanpa merusak alam sekitar. Selain itu, seseorang yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan juga turut menjaga dan melestarikan lingkungan. Dengan begitu, hal tersebut akan membawa manfaat yang berkelanjutan.
Mari rapatkan barisan dan perkuat kapasitas dalam menghadapi bencana dan menjaga bumi pertiwi. Karena Bumi Cuma Satu. Mari Berdaya Hadapi Bencana. (AMR/DMC DOMPET DHUAFA)