Kathmandu, Nepal—Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Volunteer turut hadir dalam acara Nepal Zero Waste Meet 2024 yang berlangsung selama tiga hari, Sabtu (17/02/2024) hingga Senin (19/02/2024) di Kathmandu, Nepal.
Acara yang mengusung tema utama Zero Waste Solution for Plastic Pollution ini digalakkan oleh Health Environment and Climate Action Foundation (HECAF 360) dan Tear Fund-Nepal, serta menggandeng Buddhis Tzu Chi Foundation, Zero Waste USA, dan Zero Waste International Alliance sebagai kolaborator acara.
Pada hari Sabtu (17/02/2024), berlangsung kegiatan pre-event yang di dalamnya memuat pelatihan sertifikasi Zero Waste di kantor organisasi nirlaba HECAF 360.
Ada berbagai materi yang dijelaskan dalam sesi tersebut seperti konsep zero waste, keuntungan zero waste, institutsi dan bisnis zero waste, komunitas zero waste serta bagaimana menjadi bagian dari gerakan Zero Waste Alliance.
Pemaparan materi disampaikan oleh perwakilan dari Zero Waste USA dan Zero Waste International Alliance.
Pada hari Minggu (18/02/2024) kegiatan Nepal Zero Waste Meet 2024 dimulai dengan pembukaan resmi oleh Dr. Birendra Prasad Mahato selaku Menteri Kehutanan dan Lingkungan Nepal, dan selanjutnya kegiatan diisi dengan pemaparan materi terkait Zero Waste.
Materi-materi tersebut di antaranya skenario global zero waste, strategi untuk mengurangi emisi melalui zero waste, kebijakan dan peraturan mengenai zero waste dalam konteks global, dan penggunaan alternatif peralatan makan.
Yang menarik dari kegiatan kali ini ialah sesi best practices around the world yaitu presentasi oleh praktisi-praktisi Zero Waste tentang program-program yang telah dilakukan.
Dalam sesi ini, Ika Saragih sebagai perwakilan dari DMC Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Volunteer mendapatkan kesempatan untuk membagikan ceritanya tentang program Voluntrip Waste Summit 2023 yang sukses terselenggara di 11 provinsi di Indonesia.
Menurut Ika, materi dan pengalaman-pengalaman praktisi Zero Waste yang hadir dalam pertemuan memberikan gambaran baru untuk program DMC dan Dompet Dhuafa secara keseluruhan terkait pengelolaan sampah dan lingkungan.
“Dapat gambaran baru yang lebih detail soal prinsip-prinsip zero waste seperti, merancang gerakan dengan pendekatan zero waste, melibatkan komunitas kemudian mendapatkan gambaran bagaimana gerakan zero waste di beberapa wilayah di dunia, dan melihat bagaimana peraturan mengenai pengelolaan sampah plastik sekali pakai di Nepal pada khususnya,” terang Ika Saragih sebagai perwakilan dari DMC Dompet Dhuafa.
“Hal ini sudah cukup selaras dengan program-program DMC terkait lingkungan,” pungkas Ika.
Rangkaian acara selanjutnya mengunjungi dua sekolah di sekitar Kota Kathmandu yang telah menerapkan praktik Zero Waste dan pusat pengelolaan sampah bekas pengguna obat-obatan terlarang.
Zero Waste menjadi topik penting dalam pengelolaan sampah terutama di negara-negara berkembang.
“Sampah padat seperti plastik sering kali dikelola dengan cara yang salah. Dikumpulkan lalu dibakar di tempat terbuka. Ini menjadi masalah serius. Dan sampah yang ada, dari keseluruhan, tidak lebih hanya 2 persen yang bisa digunakan kembali. Ini jadi gambaran besar untuk (praktik) pengelolaan zero waste,” ucap Sanjeev Kumar Pandey selaku salah satu Dewan Direksi HECAF 360.
Meningkatnya permasalahan sampah di negara-negara berkembang didorong oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan populasi penduduk, perubahan gaya hidup, urbanisasi dan meluasnya penggunaan barang-barang sekali pakai.
Hal ini menyebabkan peningkatan sampah padat yang signifikan, khususnya di perkotaan.
Pengelolaan sampah padat di perkotaan menghadapi tantangan dalam menangani berbagai jenis sampah, termasuk sampah rumah tangga, industri, komersial, institusi dan layanan kesehatan, yang kerap kali dibuang secara tidak benar, sehingga berkontribusi terhadap dampak lingkungan dan kesehatan.
Selain itu, di kota-kota, mengambil kasus di Nepal, cenderung kurang memiliki pengetahuan teknis tentang pengelolaan limbah yang tepat, sehingga sering kali melakukan pengumpulan dan pembuangan limbah yang tidak efisien.
Perubahan gaya hidup dan hubungannya dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, mendorong terjadinya pemborosan makanan dalam jumlah besar, lantas semakin memperburuk masalah timbulan sampah.
Strategi komprehensif diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mendorong praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Persoalan ini melatarbelakangi terselenggaranya Nepal Zero Waste Meet 2024. Menengok secara khusus pada apa yang terjadi di Nepal, persoalan ini sesungguhnya kerap hadir juga di negara-negara berkembang lainnya.
Dihelatnya pertemuan ini ditujukan juga untuk menjadi wadah bagi lembaga-lembaga yang mempraktikkan zero waste dari Nepal dan juga negara-negara undangan seperti Indonesia dan Thailand, guna berbagi pengalaman masing-masing tentang pekerjaan yang telah dilakukan.
Kemudian lebih lanjut, melalui acara ini diharapkan mampu menemukan solusi progresif dan kreatif terkait praktik zero waste untuk mengatasi persoalan timbulan sampah plastik.
Kawan Baik, timbulan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia bisa menjadi bencana baru jika tidak ditangani secara benar.
Pengetahuan yang memadai tentang teknis pengelolaan sampah yang benar dan efisien menjadi keterdesakan yang perlu segera dipenuhi. Pengelolaan sampah berkelanjutan menjadi kunci menciptakan bumi layak huni yang terus berlanjut sampai kehidupan anak-cucu kita kelak. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)