Jenis Dan Beragam Alat Early Warning System (EWS) Yang Cocok Untuk Konteks Kebencanaan Indonesia

Saat perubahan iklim semakin terlihat nyata dimana suhu dan cuaca cepat sekali berubah, mulai dari panas hingga ke musim dingin.

Dampak yang sangat jelas adalah bencana yang terus-menerus terjadi yang kemudian membuat urgensi early warning system (EWS) pada sebuah wilayah menjadi sangat krusial.

Hal ini juga yang dialami oleh Indonesia, belum lama kita mengalami cuaca panas ekstrim yang berkepanjangan.

Keadaan itu menimbulkan beberapa bencana seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), kekeringan, hingga kekurangan air.

Memasuki periode penghujan bukan berarti ancaman bencana berkurang, potensi tersebut makin tinggi apalagi dengan keadaan kenampakan alam Indonesia yang sangat variatif dan melihat rekam jejak situasi kebencanaan kita selama beberapa tahun kebelakang.

Membiasakan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari di situasi kebencanaan setidaknya akan membuat resiko menjadi berkurang.

Itulah pentingnya early warning system dalam kehidupan masyarakat, lebih spesifik yang menggunakan pendekatan community-based atau berbasis masyarakat dimana warga diberdayakan dalam kapasitas pendeteksian sebuah bencana.

Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam proses deteksi bencana akan menghasilkan dampak yang sangat luas tentunya.

Tidak hanya dalam konteks situasi darurat bencana sendiri seperti mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Lebih dari itu kapasitas literasi seputar teknologi kebencanaan menjadi lebih merata di seluruh lapisan masyarakat tentunya dengan konteks wilayah dan bencana masing-masing tempat.

Kalau kita coba amati dengan seksama, setidaknya ada lima bencana yang kerap terjadi di Indonesia, mulai dari banjir, tanah longsor, erupsi gunung berapi, hingga tsunami.

Berikut adalah macam-macam alat yang tepat digunakan sebagai mekanisme early warning system beberapa bencana yang kerap terjadi di Indonesia.

  1. Banjir

Sumber: United Nations Climate Change

Musim penghujan telah tiba, ancaman banjir menjadi nampak jelas. Hal ini tidak berlaku untuk area Jakarta saja, tetapi berbagai daerah lepas pantai, atau yang tiap tahun mengalami banjir rob juga berpotensi mengalami bencana tersebut.

Ada tiga alat yang setidaknya dapat digunakan oleh warga sekitar area berpotensi banjir sebagai upaya early warning system. Pertama ada flood sensor, kemudian transmitter, dan juga receiver.

Cara kerjanya tidak begitu rumit dan cukup sederhana, maka dari itu memberdayakan warga lokal/sekitar area potensi banjir akan membantu mengurangi resiko kerusakan dan korban jiwa.

Cara kerjanya cukup sederhana, flood sensor yang menempel pada sebuah transmitter yang ditempatkan oleh warga sekitar di tepi sungai akan mendeteksi ketinggian air.

Ketika ketinggian air pada sebuah sungai mencapai level darurat, maka penanda atau pesan akan dikirimkan lewat sebuah transmitter kepada receiver.

Selanjutnya pada alat receiver tersebut diterima lah informasi bahwa ketinggian air telah mencapai titik darurat dan berpotensi banjir.

  1. Tanah Longsor

Kita tahu kalau Indonesia dikelilingi oleh berbagai pegunungan dan dataran tinggi. Dalam kondisi tertentu hal ini bisa menimbulkan risiko terhadap bencana tanah longsor.

Untuk mengukur dan mendeteksi bahaya pergeseran lereng bisa digunakan tiga alat berikut: Inclinometer, ekstensometer, dan Remote Sensing.

Ketiga alat tersebut sangat membantu dalam proses monitor dan pendeteksian area-area lereng dataran tinggi yang seringkali bergeser atau melandai tiap waktu.

  1. Gunung Berapi

Sebagai sebuah negara yang dilalui oleh cincin api (ring of fire) sudah jelas impactnya adalah banyak sekali gunung aktif yang ada di Indonesia.

Sejumlah gunung aktif tersebut bisa saja meletus atau mengeluarkan erupsi di waktu yang tidak kita duga.

Alat seperti Seismograf dan Gravimeter merupakan tools EWS yang bisa mendeteksi dan memperkirakan kapan terjadinya sebuah letusan atau erupsi pada sebuah gunung berapi.

  1. Tsunami

Sumber: Dokumentasi BPPT

Sudah banyak sekali kejadian tsunami di Indonesia, mulai dari Aceh 2004 hingga Lombok 2018.

Hal itu yang akhirnya membuat pemerintah Indonesia mulai serius menerapkan sistem deteksi dini terhadap tsunami.

Dalam konteks tsunami, early warning system lebih banyak dilakukan oleh pemerintah dan dinas terkait seperti pemasangan alat apung, kabel optik, dan perambatan gelombang suara. 

Namun, masyarakat dapat memonitor tiap wilayahnya masing-masing melalui akses website Indonesian Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

Tugas instansi terkait yang bisa dilakukan untuk masyarakat yang berlokasi di area rawan tsunami adalah dengan meningkatkan kapasitas warga sekitar untuk memahami cara memonitor dan membaca literasi yang terdapat dalam website tersebut.

Di titik mana bahaya mulai muncul, agar warga setempat bisa berdaya dan mampu mengurangi resiko bencana.

  1. Gempa Bumi

Mulai dari seismometer, kemudian accelerograph, hingga intensity meter adalah beberapa tools atau alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi gempa bumi.

Sebuah situasi bencana yang sangat sering terjadi di Indonesia sebagai sebuah konsekuensi dari banyaknya pertemuan lempeng.

Dengan mengenalkan serangkaian metode dan alat yang biasa digunakan untuk mendeteksi berbagai bencana yang ada, hal itu akan membuat masyarakat setempat lebih berdaya dalam mengantisipasi sebuah bencana yang kerap terjadi di Indonesia.

Kawan Baik, mari tingkatkan literasi kita tentang bencana dan bahayanya. Agar kita bisa lebih siaga dan berdaya dalam memitigasi dan menghadapi bencana. Berdaya sekarang, Karena Bumi Cuma Satu. (FZN/ DMC Dompet Dhuafa)