Upaya-upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai yang Mengalami Kritis

Daerah Aliran Sungai atau sering disebut DAS adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut.

Seiring berjalannya waktu, fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) mulai menurun. Penurunan fungsi tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kegiatan deforestasi, penebangan hutan secara liar, sistem pertanian yang tidak ramah lingkungan, dan sebagainya.

Alih fungsi tidak terkendali akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan termasuk proses-proses hidrologis di dalam wilayah DAS. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan neraca air, sedimen, unsur hara dan rusaknya habitat keanekaragaman hayati.

Penurunan fungsi DAS tidak boleh terus dibiarkan, mengingat fungsi DAS sangat berguna bagi kehidupan manusia atau masyarakat. Adanya penurunan fungsi dan pemanfaatan yang kurang memperhatikan kaidah konservasi lahan dapat mengakibatkan degradasi kondisi DAS di daerah hulu.

DAS berperan penting dalam menjaga lingkungan dan menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat. Aktivitas pemanfaatan sumber daya alam suatu hal yang krusial dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan juga kebutuhan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah daerah aliran sungai (DAS) yang mengalami kondisi kritis terus meningkat. Pada tahun 1984 terdapat 22 DAS, kemudian meningkat menjadi 39 pada tahun 1992. Selanjutnya pada tahun 1998 sebanyak 62 DAS mengalami kritis dan tahun 2020 mencapai 108 DAS.

Melihat kenyataan yang terjadi, konservasi DAS merupakan upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari pada peran dan fungsi setiap wilayah dalam DAS dan mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan.

Berbagai ilmu pengetahuan dan informasi mengenai berbagai upaya-upaya konservasi untuk menyelamatkan ekosistem dan lingkungan dalam DAS telah banyak berkembang dan penting untuk disebarluaskan ke masyarakat luas melalui berbagai media.

Berikut adalah beberapa upaya-upaya konservasi DAS yakni:

  • Pemberdayaan masyarakat sekitar DAS

Masyarakat sekitar DAS merupakan komponen penting dalam upaya konservasi DAS. Sebab mereka merupakan aktor utama yang memanfaatkan sumber daya alam di sekitar DAS.

Pemberdayaan bagi masyarakat sekitar DAS perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen penduduk terkait perlunya perlindungan dan pelestarian terhadap sumber daya alam dan DAS.

  • Tindakan pengendalian untuk meminimalisir laju degradasi DAS

Tindakan ini berupa pengendalian lahan yang dapat ditanami. Selain itu, tindakan pengendalian juga menyangkut perbaikan sumber daya alam, seperti penanaman pohon, penanaman tanaman semusim, dan perlindungan hutan dan air.

  • Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam DAS

Misalnya pengelolaan sumber daya air dengan melakukan penanaman tumbuhan yang mampu melindungi permukaan tanah dari curah hujan yang tinggi. Sehingga dapat membantu air hujan terserap ke dalam tanah dan mengalir secara perlahan ke sungai.

  • Peran Sektor Swasta bersama Pemerintah 

Salah satu upaya konservasi DAS yakni adanya kerjasama pengelolaan DAS berupa pembagian peran antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat.

Pemerintah pusat memiliki peran untuk membuat kebijakan makro perencanaan pengelolaan DAS, sedangkan Pemerintah Daerah memiliki peran untuk mengimplementasikan kebijakan yang disusun oleh pemerintah pusat terkait pengelolaan DAS dan sektor swasta memiliki peran untuk mengelola lingkungan dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).

DMC Dompet Dhuafa memiliki program Kawasan Tanggap Tangguh Bencana (KTTB) di bantaran Sungai Ciliwung yang bekerja sama dengan 5 Komunitas Pangkalan Ciliwung. Secara rutin, serempak, dan berkelanjutan DMC Dompet Dhuafa dibantu oleh 5 Komunitas dalam melakukan upaya meminimalisir risiko bencana berupa bersih-bersih sampah dari sungai, penanaman pohon hingga peningkatan kapasitas evakuasi mandiri bagi warga sekitar. Karena Bumi Cuma Satu, Saatnya Indonesia Berdaya Hadapi Bencana. (AMR/DMC DOMPET DHUAFA)